Sejarah Berdirinya Stadion Pakansari

Penulis               : Asep Badru Zaman, dkk.

QRCBN               :    62-839-3322-655

Editor                 :   Dina Ardianti

Lay out               :   Neneng Hendriyani

Desain Sampul:   Hawa

Cetakan Pertama, Mei 2023

Buku ini disusun berdasarkan hasil observasi, survei, wawancara, dan studi Pustaka yang dilakukan secara bersama-sama pada saat pembelajaran P5 berlangsung sejak tanggal 2 Januari 2023 hingga 31 Maret 2023. Semua data dan informasi yang diperoleh dari seluruh kegiatan tersebut kemudian diolah dan disusun menjadi naskah yang layak dinikmati oleh semua orang.

Meskipun stadion ini sangat terkenal di seluruh Indonesia karena kerap digunakan sebagai tempat pertandingan berskala nasional dan internasional namun tidak sedikit warga Cibinong yang belum mengetahui sejarah berdirinya stadion ini. Itulah sebabnya tim penulis dari kelas X-4 ini menuliskannya sebagai laporan kegiatan P5 Tema 3.

Ada banyak cerita menarik mengenai stadion kebanggaan Kabupaten Bogor. Dari mulai pemilihan motif gerbangnya, hingga fasilitas yang dimilikinya semua bercerita kepada kita.

Teman-teman sekalian, apakah kalian pernah mendengar  sejarah Stadion Pakansari? Nah, kali ini kami ingin menceritakan kepada kalian semua tentang sejarah Stadion Pakansari. Seperti yang kalian tahu, Stadion Pakansari terletak di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tapi kalian tahu tidak, sih? Sebelum dibangunnya Stadion Pakansari, tempat tersebut dahulunya adalah sebuah pemukiman yang dikelilingi pohon-pohon. Di pemukiman tersebut terdapat lingkungan RT 04 dan 05 yang tinggal di daerah setempat. Lalu, pemukiman tersebut digusur karena lahan tersebut akan dibeli oleh pemerintah dan akan dibangun stadion. Para warga yang sebelumnya tinggal di daerah tersebut sekarang berpindah ke berbagai tempat. Ada warga yang masih tinggal di sekitar stadion dan ada juga yang berpindah ke kampung halaman mereka.

Kalian tahu tidak mengapa Stadion Pakansari dibangun di daerah Pakansari? Pada tahun 1990, Pemerintah Kabupaten Bogor memindahkan kantor administrasinya ke daerah Cibinong dari pusat Pemerintahan Kota Bogor. Pada tahun yang sama, pembangunan kantor pemerintahan mulai dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Bogor termasuk daerah Pakansari. Kemudian, pada tahun 1999, Kabupaten Bogor ditunjuk menjadi tuan rumah Porda  VI. Kalian tahu tidak apa itu Porda? Porda merupakan kepanjangan dari Pekan Olahraga Daerah. Porda merupakan ajang kompetisi yang bertujuan meraih prestasi dalam bidang olahraga dan memiliki tujuan khusus untuk melahirkan atlet-atlet yang memiliki potensi untuk mewakilkan daerah dan negara pada kompetisi ajang tingkat nasional dan internasional. Kompetisi Porda diselenggarakan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) adalah organisasi yang bertanggung jawab untuk mengelola, membina, mengembangkan, dan mengoordinasikan seluruh pelaksanaan kegiatan olahraga.

Pembangunan Stadion Pakansari dimulai pada tahun 1996 sekaligus dibarengi dengan pembangunan Pemda. Namun, pada tahun 1998, pembangunan Stadion Pakansari terhenti karena adanya krisis moneter. Saat itu kondisi stadion baru selesai pondasi saja. Kalian tahu tidak pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis moneter yang sangat buruk, lho. Indonesia mengalami permasalahan ekonomi akibat nilai mata uang rupiah yang melemah terhadap mata uang asing, tingginya utang luar negeri terutama pada sektor swasta, pemerintah yang kurang tanggap dalam menyelesaikan masalah perekonomian yang semakin buruk, dan perekonomian masyarakat tidak stabil. Krisis ekonomi itu membuat para mahasiswa turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi menuntut Presiden Soeharto agar mengundurkan diri dari jabatan beliau sebagai Presiden Republik Indonesia kala itu.

Ada pun beberapa dampak krisis moneter 1998, yaitu banyak perusahan yang gulung tikar karena tidak sanggup membayar utang dan membeli bahan baku yang diperoleh secara impor sementara nilai mata uang rupiah mengalami penurunan, lalu harga bahan pokok meningkat dan terjadinya kerusuhan masyarakat. Pada tahun 1998, krisis moneter tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi ada beberapa negara di Asia yang mengalami krisis moneter, yaitu Thailand dan Korea Selatan. Akan tetapi, Indonesialah yang mengalami krisis moneter paling buruk di antara negara-negara tersebut.

Ada pun beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani krisis moneter 1998, yaitu pertama, memperbaiki sistem perbankan karena banyak praktik perbankan yang tidak berjalan dengan baik yang membuat pemerintah dan IMF sepakat untuk menutup bank yang bermasalah. Kedua, pemerintah membentuk BPPN (badan penyehatan perbankan nasional). BPPN memiliki tugas pokok untuk penyehatan perbankan, penyelesaian aset yang bermasalah, dan mengupayakan pengembalian uang negara yang tersalur pada sektor perbankan. Namun, karena kinerja BPPN dinilai kurang memuaskan pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Lembaga ini resmi dibubarkan pada tanggal 27 Februari 2004 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengakhiran Tugas dan Pembubaran BPPN.

Ketiga, restrukturisasi utang swasta, total utang luar negeri Indonesia pada maret 1998 mencapai 138 miliar dollar AS. Dari jumlah tersebut, utang perusahaan swasta sebesar 64,5%. Hal ini membuat pemerintah ikut andil dalam penyelesaian utang perusahaan swasta. Tim penyelesaian utang luar negeri swasta berhasil mencapai kesepakatan yang mencakup pembiayaan perdagangan, pinjaman perusahaan swasta, dan penyelesaian pinjaman antarbank.

Keempat, makroekonomi. Makroekonomi adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk menganalisis suatu peristiwa untuk mengetahui sebab dan akibat dari suatu masalah. Salah satu kebijakan yang ada dalam makro ekonomi adalah kebijakan moneter yang mencakup tentang langkah-langkah pemerintah untuk mempengaruhi pengeluaran agregat, mulai dari mempengaruhi penawaran atau peredaran uang di masyarakat hingga mengubah tingkat bunga pada periode tersebut. Oleh karena itu, peran kebijakan moneter dalam makroekonomi adalah untuk menjaga laju pertumbuhan perekonomian negara.

Karena krisis moneter 1998, kehidupan masyarakat tidak sejahtera terlihat pada data BPS. Penduduk miskin meningkat dari 17,47% menjadi 24,20%. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi krisis ini adalah APBN diperlonggar untuk memberikan bantuan kepada rakyat sebesar 8, 5%. Apakah kalian tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan Indonesia untuk mengatasi krisis moneter 1998? Indonesia membutuhkan waktu yang lama sekitar sepuluh tahun untuk pulih dari krisis moneter 1998 dan mengembalikan perekonomian seperti sebelum terjadinya krisis moneter 1998.

Terjadinya krisis moneter sangat berdampak pada pembangunan Stadion Pakansari. Selama belasan tahun, pembangunan stadion tersebut menjadi terbengkalai. Pada tahun 2012, Stadion Pakansari dibangun kembali  oleh Bupati Bogor, Drs. H. Rahmat Yasin. Pembangunan Stadion Pakansari menghabiskan dana sebesar Rp803 miliar. Proses pembangunan Stadion Pakansari selesai pada tahun 2016. Stadion Pakansari dibangun di atas tanah dengan luas 60 hektar dan memiliki lapangan utama dengan panjang 105 meter dan lebar 70 meter.

Stadion Pakansari diresmikan oleh Bupati Bogor, Ibu Nurhayati dan Gubernur Jawa Barat, Bapak Ahmad Heryawan. Stadion pakansari mulai beroperasi secara formal setelah diresmikan pada tahun 2016 dan acara yang pertama kali diselenggarakan oleh Stadion Pakansari adalah kejuaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat dan piala AFF 2016. Teman-teman tahu, tidak? Sebelum nama stadion ini diresmikan dengan nama Stadion Pakansari, stadion ini dikenal dengan nama Pakansari Cibinong Raya yang disingkat menjadi Pacira, lho. Nama stadion tersebut dilelang dan dari hasil lelangan tersebut, stadion ini dinamakan Stadion Pakansari.*)

Mengenang Perjuangan Para Tokoh Karanggan – Citeureup

Cover Mengenang Perjuangan Para Tokoh Karanggan – Citeureup; Sumber: CMJ

Penulis:   Achmad Rafif Althaf, dkk

QRCBN:   62-839-1043-295

Editor:   Dina Ardianti

Lay out:   Neneng Hendriyani

Desain Sampul:   Tim Naskah X-3

Cetakan Pertama, Mei 2023

Karanggan memiliki banyak kisah unik dan juga misteri-misteri yang menarik untuk dicari tahu dengan lebih lanjut, di antaranya adalah Makam Panjang dari Mbah Kolot Pidin dan Makam Mbah Uyut Bongkok. Alasan kami memilih Karanggan sebagai topik yang dibahas karena topik tentang daerah Karanggan belum pernah dibahas dan dijadikan sebagai topik dari sebuah buku. Selain itu, kami juga ingin memperkenalkan Karanggan kepada masyarakat luar dan para pelajar lainnya.

Di Karanggan terdapat suatu makam yang sering dikunjungi oleh masyarakat dari luar daerah Karanggan, sementara warga Karanggan sendiri jarang datang untuk berziarah ke makam tersebut. Makam tersebut merupakan Makam Mbah Kolot Pidin. Makam ini memiliki bentuk yang tidak biasa dibandingkan dengan makam lainnya. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan panjangnya dengan makam biasa. Makam Mbah Kolot Pidin memiliki panjang yang mencapai 8—10 meter.

Ada yang berpendapat bahwa di dalam makam tersebut terdapat jenazah Mbah Kolot Pidin yang dikubur dengan benda-benda sakti yang dimilikinya. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa di dalam makam tersebut terdapat jenazah Mbah Kolot Pidin dengan kedua adiknya, yaitu Saidin dan Saipin.

Uniknya, setiap tahun para peziarah akan beramai-ramai datang ke Makam Mbah Kolot Pidin dengan membawakan banyak makanan tertentu yang kemudian diletakkan di dalam tempat yang telah disediakan dalam saung. Makanan tersebut nantinya akan dinikmati bersama-sama dan juga dibagikan kepada warga yang tinggal di sekitar makam.

Di dekat makam panjang, terdapat pula makam lain yang bernama Makam Mbah Uyut Bongkok. Saat memasuki makam ini, kamu akan disuguhi hawa gelap dan suram yang akan membuat orang merinding. Ditambah lagi, keberadaan dua pohon beringin yang mengapit makam tentunya menambah kesan angker tempat tersebut.

Selain itu, di Citeureup juga terdapat makam Syarifudin Shoheh atau yang lebih dikenal dengan Pangeran Sake. Pangeran Sake sendiri merupakan salah satu tokoh yang berkaitan dengan penyebaran agama Islam di Indonesia, terutama di daerah Citeureup. *)

Maguma Taraya Bercerita

Penulis: Arunika Niscala (Tim Naskah Kelas X-2)

QRCBN: 62-839-3450-925

Editor: Neneng Hendriyani

Lay out: Tim CV

Desain Sampul: Agnia Saffanah Az Zahwa, Rifdah Mufida Zahrah, Saskia Damayanti

Cetakan Pertama, Mei 2023

Cover Maguma Taraya Bercerita; sumber: CMJ

Di Balik Nama Maguma Taraya Bercerita

Buku ini merupakan hasil karya siswa kelas X-2 (Gen 10) SMA Negeri 4 Cibinong terkait kegiatan pembelajaran pada Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Tema 3 Kearifan Lokal. Sengaja mengambil judul “Maguma Taraya” karena nama ini mengandung makna yang cukup luas.

Taraya merupakan akronim yang berasal dari suku kata awal nama tempat yang penulis angkat sebagai tema dari isi buku. Dalam kata ‘Maguma’, Ma adalah Jalan Mayor Oking, Gu adalah Tugu Perjuangan Masyarakat Cibinong, Ma adalah Makam Panjang. Lalu, dalam kata ‘Taraya’, Ta adalah Situ Citatah, Ra adalah Kampung Sampora, dan Ya adalah Sekolah Mardi Waluya. Jadi, Maguma adalah Jalan Mayor Oking, Tugu Perjuangan Masyarakat Cibinong, Makam Panjang, Situ Citatah, Kampung Sampora, dan Sekolah Mardi Waluya.

Kata ‘Bercerita’ memiliki filosofi bahwa tempat-tempat yang penulis kunjungi memiliki kisah dan keunikannya masing-masing yang sudah mulai pudar dari waktu ke waktu. Saat penulis melakukan observasi, tempat-tempat tersebut seakan-akan bercerita kepada kami bahwa ia memiliki sejarahnya sendiri.

Taraya sendiri memiliki kisahnya masing-masing. Tempat-tempat tersebut memiliki kisah unik yang bisa terus diceritakan kebenarannya kepada generasi penerus secara turun temurun. Keunikan mereka ada pada asal usul dari keberadaan tempat tersebut. Kebanyakan yang melatarbelakangi adanya tempat-tempat tersebut tidak lepas dari campur tangan para penjajah Belanda. Namun, setelah dipelajari dengan lebih cermat, sebenarnya para penjajah Belanda membuat tempat-tempat tersebut untuk kebaikan negara ini juga.

Memang, tidak semua tempat yang penulis teliti dibuat oleh bangsa Belanda. Namun demikian, ternyata tempat-tempat tersebut masih memiliki kaitan dengan hal-hal yang menyangkut peristiwa penjajahan bangsa Indonesia oleh bangsa Belanda. Seakan-akan peran bangsa Belanda dalam sejarah berkembangnya tanah air tercinta ini sangatlah penting dan juga memegang peran yang cukup besar. Hal tersebut yang membuat peninggalan-peninggalan dari tempat yang penulis teliti sangatlah unik, karena semua tempat tersebut berkaitan satu sama lain dengan masa Kolonial Belanda yang sarat sejarahnya sangat kental dan tentunya menjadi ingatan serta pengalaman yang berharga tersendiri bagi bangsa Indonesia dan juga masyarakat Indonesia.

Tentunya dengan menulis buku ini, penulis berharap agar kebenaran sejarah dari tempat-tempat yang diteliti menjadi terlestarikan sehingga sejarah dari tempat-tempat tersebut bisa diceritakan kembali ke generasi selanjutnya. Penulis juga berharap dengan adanya buku ini, masyarakat di sekitar tempat- tempat yang penulis kunjungi bisa menunjukkan rasa peduli terhadap tempat-tempat tersebut dengan menjaganya dan juga merawatnya agar tetap ada dan terlestarikan hingga anak cucu penerus bangsa Indonesia.*)


Mengupas Misteri Gedung Arsip dan Situ Cikaret Cibinong-Bogor

(Cover Mengupas Misteri Gedung Arsip dan Situ Cikaret Cibinong-Bogor, sumber: CMJ)

Penulis                : Adelia Fauzia Rakhim, dkk

QRCBN              : 62-839-8412-026

Penyunting          : Neneng Hendriyani

Lay out               : Hawa

Desain Sampul    : Chayara Arsalya Sandy

Cetakan Pertama, Mei 2023

Karya

Adelia Fauzia Rakhim, Adinda Putri Wahyudi, Arnold Rivaldo, Azalea Talitha Putri, Bunga Fitri Choirunisa, Chayara Arsalya Sandy, Ghina Raya Safsa, Kencana Win Theodora, Kiandra Daffa Janesa, Muhammad Rafi’ul Anwar Baehaki, Na’ilah Rahadatul Aisy Saktia, Nayla Nurhaliza Bilqis, Rayhan Adistira.

Sinopsis

Buku ini merupakan hasil kegiatan pembelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) untuk Tema 3 Kearifan Lokal. Ditulis oleh tim penulis dari kelas X-1 dengan mengangkat tema mengenai misteri di seputar Gedung Arsip dan Situ Cikaret yang sempat viral di media sosial karena banyaknya penampakan dan kisah horor. Keingintahuan penulis mengenai asal mula kedua tempat, termasuk tujuan, fungsi, dan manfaat keduanya dituangkan di dalam buku ini.

Pengumpulan data mengenai kedua tempat tersebut, yaitu Gedung Arsip dan Situ Cikaret dilakukan dengan cara melakukan observasi langsung ke lokasi, wawancara tokoh, studi pustaka, dan literasi digital.

Para penulis melakukan braisntorming pencarian ide mengenai tema penulisan pada minggu pertama Januari 2023 dengan bimbingan fasilitator yaitu Ibu Citra Ayu Ningrum, S.Pd. Setelah merencanakan semua tahap kegiatan dan membuat jadwal pelaksanaan barulah mereka melakukan pengumpulan data. Setelah semua data dirasa cukup penulis menuangkannya ke dalam naskah berupa draft buku. Fasilitator memeriksa draft dan mengembalikannya kepada tim naskah untuk direvisi hingga tanggal 30 Maret 2023. Setelah itu barulah draft dikumpulkan.

Akhirnya, buku yang merupakan hasil kegiatan mandiri, kolaboratif ini berhasil diterbitkan. Semoga buku ini bermanfaat bagi seluruh pembaca di mana pun berada. *)