Pengembangan Instrumen Penilaian Praktikum di Laboratorium Kimia
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
All Right Reserved
Penulis: Tuti Alawiyah
ISBN : 978-623-6581-16-2
Editor: Neneng Hendriyani
Desain Sampul & Layout Cover Dalam: Cahsantri
Cetakan Pertama, Mei 2021
Penerbit
Cakrawala Milenia Jaya
Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No.11-12
Cibinong – Bogor Jawa Barat
cakrawalamileniajaya@gmail.com
ig: @cakrawalamilenia
Akhir-akhir ini tuntutan global terjadi seiring dengan berbagai perubahan dalam masyarakat. Perkembangan sains dan teknologi yang sangat cepat menuntut peningkatan mutu pendidikan untuk penyiapan sumber daya manusia yang mampu berkompetisi dalam masyarakat global.
Pendidikan menengah pun tak luput harus mengikuti revolusi yang jauh lebih cepat, beragam, kompleks dan mengglobal. Perkembangan informasi, misalnya pembelajaran, materi pelajaran, dan segala peristiwa di sekolah di belahan dunia manapun begitu cepat perubahannya. Bekal bagi siswa untuk berkomunikasi, berkolaborasi, beradaptasi dengan perubahan di abad ke-21 ini juga semakin kompleks dan sulit diramalkan. Dari permasalahan pemanasan global, ledakan penduduk, krisis energi, bencana sosial, kelaparan, kemiskinan, kesehatan hingga permasalahan di dunia pendidikan sendiri.
Menurut Dharma (2012) dalam buku Sosok Guru Pendidikan Menengah Masa Depan, turut prihatin dengan hasil berbagai lembaga survei internasional menyangkut kemampuan prestasi belajar siswa, terutama dalam kemampuan membaca, matematika dan sains. Berbagai lembaga internasional yang secara periodik melakukan tes adalah PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study), TIMSS (Trends in International and Science Study), dan PISA (Programme for International Student Assesment). Menurutnya, hasil studi dari tiga lembaga internasional yang dilakukan secara periodik menunjukkan bahwa prestasi belajar anak-anak kita dalam bidang membaca, matematika, dan IPA jauh ketinggalan dibanding negara-negara lain. Sebagai contoh pada studi PIRLS tahun 2006 dalam kemampuan membaca, nilai anak-anak Indonesia berada di posisi kelima dari urutan paling bawah dari 30 peserta. Begitu pula hasil studi TIMSS yang fokus meneliti kemampuan anak dalam bidang matematika dan IPA, maupun hasil studi PISA yang mendalami tiga kemampuan dasar (membaca, matematika dan IPA) juga menunjukkan bahwa mutu pendidikan kita berada di peringkat bawah. Pada studi PISA tahun 2006 yang berfokus pada literasi IPA, kemampuan siswa Indonesia berada di peringkat 50 dari 57 peserta (2012).
Selanjutnya Dharma mencermati kemampuan akademik anak-anak Indonesia berdasarkan sejumlah lembaga survei internasional itu nilainya rendah lantaran tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam memecahkan masalah (problem solving) dan berpikir kritis (critical thinking). Menurutnya, guru dituntut memiliki kemampuan dalam pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah dan berpikir kritis, karena hal ini sudah merupakan tuntutan abad 21.
Lantas, postur pengetahuan dan keahlian seperti apa yang diharapkan terhadap siswa lulusan pendidikan menengah abad 21? Terkait hal ini di abad 21 ternyata para siswa terutama pada level pendidikan menengah sebagai produk pendidikan dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan yang secara lengkap meliputi: (1) Communication Skills, (2) Critical and Creative Thinking, (3) Information/ Digital Literacy, (4) Inquary/Reasoning Skill, (5) Inpersonal Skill, (6) Multicultural/Multilingual Literacy, (7) Problem Solving, dan (8) Technological Skill.
Berbagai keahlian dan pengetahuan di atas tentunya perlu diproses oleh suatu model pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki karakteristik tersebut. Oleh karena itu para guru harus mampu memberikan pola pembelajaran yang dapat menciptakan dan menumbuhkan kemampuan siswa pada aspek pemecahan masalah (problem solving), serta mendorong siswa untuk melakukan eksperimen dan penyelidikan (inquiry) terhadap berbagai fenomena pengetahuan yang dipelajari di sekolah.
Tujuan Pendidikan kimia dikembangkan dari tujuan pendidikan IPA/sains, yang meliputi pengembangan kemampuan “problem solving” pengembangan sikap, pengembangan keterampilan, serta penguasaan pengetahuan itu sendiri. Tujuan tersebut meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. (Sugiarto,1997). Hal ini berarti, bahwa tujuan pendidikan IPA/sains adalah untuk mengembangkan produk sains (pengetahuan) dan proses sains (keterampilan, sikap dan nilai) serta interaksinya dalam diri setiap subjek didik. Hal di atas sesuai dengan hakikat sains yang meliputi 2 hal, yaitu sains sebagai produk dan sains sebagai proses, di mana keduanya tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar.
Oleh karena itu rancangan pembelajaran kimia/IPA harus dapat memuat pengembangan ketiga ranah tersebut. Untuk mengembangkan ranah afektif dan psikomotor tidak cukup hanya mengandalkan pembelajaran di kelas, tetapi perlu ditunjang dengan pembelajaran di luar kelas, baik dalam bentuk aktivitas proyek maupun aktivitas terarah berupa praktikum maupun eksperimen.
Kegiatan praktikum atau eksperimen dapat dilakukan di laboratorium, salah satu kegiatan pembelajaran dalam pendidikan kimia. Oleh karenanya kegiatan laboratorium harus berkembang, baik dalam hal pengetahuan maupun keterampilan-keterampilan sains, sikap dan nilai-nilai bagi setiap subjek didik/siswa. Di samping itu kegiatan laboratorium mempunyai peranan yang penting dalam pendidikan kimia, yaitu untuk menggugah pemahaman siswa akan apa arti ilmu kimia sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam, dan bagaimana menerapkan belajar kimia yang sebenarnya.
Pada bagian berikutnya Penulis memaparkan konsep, prosedur, dan instrumen yang digunakan di laboratorium kimia.
Buku dengan judul “Pengembangan Instrumen Penilaian Praktikum di Laboratorium Kimia” (144 halaman) ini ditulis berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tuti Alawiyah.