Pembelajaran Teks Bahasa Inggris pada PJJ dan PTM (Procedure, Recount, Descriptive, dan Explanation)

Pembelajaran Teks Bahasa Inggris pada PJJ dan PTM (Procedure, Recount, Descriptive, dan Explanation)

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

All Right Reserved

Penulis: Sri Mukmini, Neneng Hendriyani, Erna Pujiasih, Soraya Putri Hasibuan

ISBN : 978-623-6581-12-4

Editor: Neneng Hendriyani

Lay out: Tim CV

Desain Sampul: Cahsantri

Cetakan Pertama, April 2021

Sumber: Dokumentasi CV Cakrawala Milenia Jaya

Mengajarkan teks kepada peserta didik seringkali tidak semudah melihat dan membaca teks secara langsung. Meskipun teks hanya berisi kumpulan kata, tanda baca dan informasi tidak semua orang lantas paham dengan semua yang diuraikannya.

Ada yang harus menyipitkan kedua mata guna menemukan makna dari kata-kata yang dicetak miring. Ada pula yang mengernyitkan dahi lantaran bingung mencari informasi yang tersembunyi di antara kata-kata. Bahkan ada yang berkunang-kunang lantaran tidak cekatan dalam menemukan perubahan bentuk kata kerja, persamaan kata, perbedaan kata, struktuk teks, dan unsur kebahasaan yang dikandung oleh suatu teks. Ada yang harus membacanya berulang kali agar paham dengan seluruh isi teks yang dibaca. Ada juga yang hanya membacanya selewat lalu ditinggalkan karena tidak tertarik dengan isinya.

Permasalahan di atas adalah segelintir permasalahan yang seringkali dihadapi juga oleh peserta didik kita di dalam kelas bahasa, terutama kelas bahasa Inggris. Rendahnya tingkat kosa kata seringkali dituding sebagai biang kerok dari masalah tersebut. Sebenarnya tidak lah demikian. Kesulitan peserta didik dalam memahami teks tidak hanya disebabkan oleh rendahnya kosa kata yang dimiliki tetapi juga oleh ketidakmampuan guru dalam membantu mereka memahaminya dengan baik. Guru yang baik adalah guru yang berhasil membuat peserta didiknya paham teks yang dibacanya. Dia haruslah menjadi contoh sekaligus teladan bagi peserta didiknya dalam menganalisis teks tersebut guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Selain itu, dia pun haruslah mampu membuat mereka tidak mudah bosan saat mempelajarinya baik di rumah (PJJ) maupun di kelas (PTM).

Melalui buku Pembelajaran Teks Bahasa Inggris pada PJJ dan PTM (Procedure, Recount, Descriptive, dan Explanation) para penulis ingin berbagi pengalaman bagaimana mengajarkan masing-masing teks berbahasa Inggris pada pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran tatap muka. Sebelumnya penulis menguraikan masing-masing definisi, fungsi sosial, jenis teks, struktur teks, unsur kebahasaan, contoh teks sebelum pada akhirnya menjelaskan langkah-langkah yang perlu dilakukan saat mengajarkannya.

Pembelajaran yang dilakukan pada pembelajaran jarak jauh jelas berbeda dengan pembelajaran tatap muka. Dari segi waktu, tingkat konsentrasi, dan kontrol guru membuat peserta didik makin kesulitan dalam belajar menganalisis suatu teks. Diperlukan strategi dan penanganan khusus dalam mengajarkannya. Dengan kehadiran buku Pembelajaran Teks Bahasa Inggris pada PJJ dan PTM (Procedure, Recount, Descriptive, dan Explanation) semoga hal tersebut dapat teratasi dengan baik.

Refleksi Guru Indonesia di Hari Pendidikan

Refleksi Guru Indonesia di Hari Pendidikan
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
All Right Reserved
Penulis: I Kadek Widya Wirawan, Rahmiati, Santi Eliyanti, Iso Suwarso, dkk ISBN : 978-623-6581-14-8
Editor : Neneng Hendriyani
Lay out: Tim CV
Desain Sampul: Cahsantri
Cetakan Pertama, April 2021
CV Cakrawala Milenia Jaya
Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No.11-12
Cibinong – Bogor Jawa Barat
cakrawalamileniajaya@gmail.com
https://cakrawalamj.co.id
ig: cakrawalamilenia
Jumlah halaman vi+131

Sumber: Dokumentasi CV Cakrawala Milenia Jaya

Menjadi guru adalah panggilan jiwa bagi sebagian besar guru Indonesia. Itulah sebabnya mereka rela dan ikhlas ditugaskan di seluruh wilayah Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Banyak kisah kehidupan yang menemani setiap langkah pengabdiannya dan mereka menerimanya sebagai bagian dari pilihan hidup sebagai guru.
Dengan segala keterbatasan di berbagai aspek kehidupan yang selama ini dekat dengan profesi guru nasional, guru Indonesia tetap menyalakan semangat pantang mundur dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Sebagai lilin-lilin kecil mereka telah rela berbagi terang dengan sesama guru dan murid-muridnya. Cita-citanya yang mulia mengantarkan mereka ke depan gerbang kemuliaan sebagai seorang penuntun, pendamping, dan penjaga peradaban bangsa.


Kini di tengah modernisasi dan pandemi Covid-19 mereka pun telah menunjukkan integritas, keuletan, kerja keras, kerja cerdas, dan penuh tanggung jawab sebagai patron pendidikan yang tak lelah menggali ilmu baru demi anak-anak muridnya. Mereka sadar betul ketika guru kencing berdiri maka murid kencing berlari. Maka itulah mereka langsung mencontohkan bagaimana mereka tetap semangat dalam mendapatkan ilmu-ilmu baru berkenaan dengan berbagai perkembangan di bidang pendidikan dengan mengikuti berbagai diklat baik yang diadakan oleh Kemendikbud maupun oleh berbagai organisasi profesi (IGI, PGRI, IGMP, MGMP, dll). Mereka berharap para muridnya pun akan melakukan hal yang sama dalam menuntut ilmu. Yaitu tetap semangat dan pantang menyerah.


Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2021 ini guru yang tergabung dalam WhatsApp Group penulis PENA AJAIB sepakat mengangkat tema “REFLEKSI GURU INDONESIA DI HARI PENDIDIKAN” sebagai cara memperingati Hari Pendidikan Nasional di mana mereka menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalamnya. Harapannya sederhana, sesederhana mimpinya saat pertama kali memutuskan menjadi guru. Yaitu turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa berbekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Semoga hasil refleksi para guru terhadap pendidikan dan profesi yang mereka jalani ini bisa menjadi penyambung lidah bagi rekan sejawat yang tidak sempat menyuarakan aspirasinya.

Buku dengan judul “REFLEKSI GURU INDONESIA DI HARI PENDIDIKAN” ini ditulis oleh:

I Kadek Widya Wirawan
Rahmiati
Santi Eliyanti
Iso Suwarso
Rahma Dewi Hartati
Sri Mukmini
Isma Rachmadani Siregar
Kusmiati Umar Syarif
Rinna Slamet
Puji Triana Rahayu
Suryani
Rahmadani
Maya Septina Sari
Ika Purnama Sari
Neneng Hendriyani
Tuti Alawiyah

Bogor, 26 Mei 2021

Pengembangan Instrumen Penilaian Praktikum di Laboratorium Kimia

Pengembangan Instrumen Penilaian Praktikum di Laboratorium Kimia

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

All Right Reserved

Penulis: Tuti Alawiyah

ISBN : 978-623-6581-16-2

Editor: Neneng Hendriyani

Desain Sampul & Layout Cover Dalam: Cahsantri

Cetakan Pertama, Mei 2021

Penerbit

Cakrawala Milenia Jaya

Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No.11-12

Cibinong – Bogor Jawa Barat

cakrawalamileniajaya@gmail.com

https://cakrawalamj.co.id

ig: @cakrawalamilenia

Akhir-akhir ini tuntutan global terjadi seiring dengan berbagai perubahan dalam masyarakat. Perkembangan sains dan teknologi yang sangat cepat  menuntut  peningkatan mutu pendidikan untuk penyiapan sumber daya manusia yang mampu berkompetisi dalam masyarakat global.

Pendidikan menengah pun tak luput harus mengikuti revolusi yang jauh lebih cepat, beragam, kompleks dan mengglobal. Perkembangan informasi, misalnya pembelajaran, materi pelajaran, dan segala peristiwa di sekolah di belahan dunia manapun begitu cepat perubahannya. Bekal bagi siswa untuk berkomunikasi, berkolaborasi, beradaptasi dengan perubahan di abad ke-21 ini juga semakin kompleks dan sulit diramalkan. Dari permasalahan pemanasan global, ledakan penduduk, krisis energi, bencana sosial, kelaparan, kemiskinan, kesehatan hingga permasalahan di dunia pendidikan sendiri.

Menurut Dharma (2012) dalam buku Sosok Guru Pendidikan Menengah Masa Depan, turut prihatin dengan hasil berbagai lembaga survei internasional menyangkut kemampuan prestasi belajar siswa, terutama dalam kemampuan membaca, matematika dan sains. Berbagai lembaga internasional yang secara periodik melakukan tes adalah PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study), TIMSS (Trends in International  and Science Study), dan PISA (Programme for International Student Assesment). Menurutnya,  hasil studi dari tiga lembaga internasional yang dilakukan secara periodik  menunjukkan bahwa prestasi belajar anak-anak kita dalam bidang membaca, matematika, dan IPA jauh ketinggalan dibanding negara-negara lain. Sebagai contoh pada studi PIRLS tahun 2006 dalam kemampuan membaca, nilai anak-anak Indonesia berada di posisi kelima dari urutan paling bawah dari 30 peserta. Begitu pula hasil studi TIMSS yang fokus meneliti kemampuan anak dalam bidang matematika dan IPA, maupun hasil studi PISA yang mendalami tiga kemampuan dasar (membaca, matematika dan IPA) juga menunjukkan bahwa mutu pendidikan kita berada di peringkat bawah. Pada studi PISA tahun 2006 yang berfokus pada literasi IPA, kemampuan siswa Indonesia berada di peringkat 50 dari 57 peserta (2012).

Selanjutnya Dharma mencermati kemampuan akademik anak-anak Indonesia berdasarkan sejumlah lembaga survei internasional itu nilainya rendah lantaran tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam memecahkan masalah (problem solving) dan berpikir kritis (critical thinking). Menurutnya, guru dituntut memiliki kemampuan dalam pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah dan berpikir kritis, karena hal ini sudah merupakan tuntutan abad 21.

Lantas, postur pengetahuan dan keahlian seperti apa yang diharapkan terhadap siswa lulusan pendidikan menengah abad 21? Terkait hal ini di abad 21 ternyata  para siswa terutama pada level pendidikan menengah sebagai produk pendidikan dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan yang secara lengkap meliputi: (1) Communication Skills, (2) Critical and Creative Thinking,  (3) Information/ Digital Literacy, (4) Inquary/Reasoning Skill, (5) Inpersonal Skill, (6) Multicultural/Multilingual Literacy, (7) Problem Solving, dan (8) Technological Skill.

Berbagai keahlian dan pengetahuan di atas tentunya perlu diproses oleh suatu model pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki karakteristik tersebut. Oleh karena itu para guru harus mampu memberikan pola pembelajaran yang dapat menciptakan dan menumbuhkan kemampuan siswa pada aspek pemecahan masalah (problem solving), serta mendorong siswa untuk melakukan eksperimen dan penyelidikan (inquiry) terhadap berbagai fenomena pengetahuan yang dipelajari di sekolah.

Tujuan Pendidikan kimia dikembangkan dari tujuan pendidikan IPA/sains, yang meliputi pengembangan kemampuan “problem solving” pengembangan sikap, pengembangan keterampilan, serta penguasaan pengetahuan itu sendiri. Tujuan tersebut meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. (Sugiarto,1997). Hal ini berarti, bahwa tujuan pendidikan IPA/sains adalah untuk mengembangkan produk sains (pengetahuan) dan proses sains (keterampilan, sikap dan nilai) serta interaksinya dalam diri setiap subjek didik. Hal di atas sesuai dengan hakikat sains yang meliputi 2 hal, yaitu sains sebagai produk dan sains sebagai proses, di mana keduanya tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar.

Oleh karena itu rancangan pembelajaran kimia/IPA harus dapat memuat pengembangan ketiga ranah tersebut. Untuk mengembangkan ranah afektif dan psikomotor tidak cukup hanya mengandalkan pembelajaran di kelas, tetapi perlu ditunjang dengan pembelajaran di luar kelas, baik dalam bentuk aktivitas proyek maupun aktivitas terarah berupa praktikum maupun eksperimen.

Kegiatan praktikum atau eksperimen dapat dilakukan di laboratorium,  salah satu kegiatan pembelajaran dalam pendidikan kimia. Oleh karenanya kegiatan laboratorium harus berkembang, baik dalam hal pengetahuan maupun keterampilan-keterampilan sains, sikap dan nilai-nilai bagi setiap subjek didik/siswa. Di samping itu kegiatan laboratorium mempunyai peranan yang penting dalam pendidikan kimia, yaitu untuk menggugah pemahaman siswa akan apa arti ilmu kimia sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam, dan bagaimana menerapkan belajar kimia yang sebenarnya.

Pada bagian berikutnya Penulis memaparkan konsep, prosedur, dan instrumen yang digunakan di laboratorium kimia.

sumber: Dokumentasi CV Cakrawala Milenia Jaya

Buku dengan judul “Pengembangan Instrumen Penilaian Praktikum di Laboratorium Kimia” (144 halaman) ini ditulis berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tuti Alawiyah.

MOZAIK KATA (ANTOLOGI PUISI TOGE)

Buku Mozaik Kata (Antologi Puisi Toge) adalah sebuah buku antologi puisi toge yang ditulis oleh delapan guru Indonesia.

Cover Mozaik Kata (Sumber: Dokumentasi CV Cakrawala Milenia Jaya)

Buku Mozaik Kata (Antologi Puisi Toge) ini berisi 80 puisi yang ditulis dengan aturan khusus yang dikenal dengan nama puisi toge. Puisi toge sendiri adalah sebuah aliran puisi kontemporer yang mulai dikembangkan di Jawa Barat oleh Edi Sudrajat alias AA Roy melalui KPPJB.

Kata toge sendiri merupakan akronim dari tiga ornamen genap. Maksudnya adalah bahwa puisi ini ditulis dalam tiga bait. Masing-masing bait hanya berisi tiga baris. Setiap baris memiliki empat suku kata. Secara keseluruhan puisi ini hanya memiliki 12 suku kata. Puisi ini juga terikat ke dalam diksi dan rima seperti puisi pada umumnya. Jadi, jangan heran bila pembaca menemukan bunyi akhir yang sama pada setiap bait puisinya. Selain untuk menambah keindahan juga menjaga keselarasan dan makna puisi itu sendiri.

Pada buku Mozaik Kata (Antologi Puisi Toge), para penulis sepakat mengangkat tema mengenai berbagai hal yang dekat dengan diri dan lingkungannya. Ada yang secara totalitas mengangkat tema cinta keluarga, ada juga yang memilih tema lingkungan tempat tinggalnya.

Bahasa yang digunakan dalam menyusun puisi toge dalam buku ini pun cukup beragam. Penulis dibebaskan memilih bahasa yang digunakannya dalam berekspresi. Ada yang setia menggunakan bahasa nasional. Ada juga yang penuh kesadaran dan bangga memilih menggunakan bahasa daerahnya sebagai identitas diri dan lingkungannya. Apa pun bahasa yang dipilih dan digunakan mereka tetap disiplin menulis puisi-puisinya dalam bentuk puisi toge.

Ruang sempit yang ada di dalam puisi toge seringkali membuat mereka merasa kurang nyaman sehingga ada yang memasukkan lebih dari empat suku kata dalam setiap bait. Di sinilah peran editor sangat diperlukan guna menjaga benang merah dan keajegan isi buku sebagai sebuah antologi puisi toge yang sejak awal memang berisi puisi-puisi toge.

Editor yang jeli harus melihat dengan seksama makna, pemilihan kata, rima, dan jumlah suku kata setiap barisnya. Ini perlu agar puisi yang disuguhkan benar-benar menyuarakan pesan yang mendalam meskipun ditulis sedemikian singkat dan padat dalam dua belas suku kata saja.

Salut kepada semua penulis buku inj yang telah begitu konsisten dan penuh semangat mampu menyelesaikan tantangan menulis minimal delapan puisi toge dalam waktu kurang dari seminggu. Di tengah kesibukan mereka mempersiapkan hari istimewa mereka masih mampu menyempatkan diri memikirkan, menyusun dan menulis puisi-puisi tsb.

Akhir kata, selamat atas lahirnya buku Mozaik Kata (Antologi Puisi Toge). Semoga sukses selalu.

(Karadenan, 23 Mei 2021)