Catatan Harian Seorang pengawas

Penulis:
Dra. Taty Rahayuningsih, M.Pd.
Penerbit: CV Cakrawala Milenia Jaya
Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No.11-12
Cibinong – Bogor Jawa Barat
cakrawalamileniajaya@gmail.com
https://cakrawalamj.co.id
Ig: @cakrawalamilenia
Cetakan Pertama, September 2021
ISBN: 978-623-6581-33-9
Editor: Neneng Hendriyani
Penata Letak: Hapiah Wardah
Desainer Sampul: Cahsantri
x + 142 halaman; 14 cm x 20 cm

Catatan Harian Seorang pengawas (source: CV Cakrawala Milenia Jaya)

Catatan Harian Seorang Pengawas merupakan potongan-potongan cerita tentang perjalanan hidup seorang pengawas dalam bentuk artikel yang dikemas dalam bahasa sederhana agar mudah dipahami oleh para pembaca.


Catatan yang dimulai dari masa kecil, menjadi guru, dan menjadi pengawas dengan segala suka dukanya diharapkan dapat menjadi inspirasi siapa pun yang membacanya. Buku yang terdiri dari dua puluh lima bagian cerita dari catatan harian ini, merupakan cerita yang saling berkesinambungan.

Bagian 1.


Menulis Untuk Keabadian


Senja perak mulai kikis dan berubah menjadi keemasan. Gugur pucuk-pucuk dedaunan meredup, mendengarkan tangis bayi yang membahana dan menghapus ketegangan wajah-wajah gagah. Tangisan itu, 52 tahun yang lalu, ketika aku lahir di dunia bersahabat dengan dinginnya angin dan bermanja di pangkuan ibu. Bapak aku memberi nama yang sangat indah, yakni Taty Rahayuningsih. Artinya, “perempuan manis yang selamat dunia akhirat”. Aku lahir di rumah joglo, khas rumah orang Jawa pada umumnya. Aku bukan lahir di antara dinding bertembok dengan cat serba putih. Aku lahir dengan pertolongan seorang paraji kampung (dukun beranak), mbah Karnadi namanya.


Sebagai anak pertama, limpahan kasih dan akung dari bapak-ibu tercurah bagaikan air pancuran bambu di belakang rumah. Mereka berdua sangat mengasihi aku hingga aku tumbuh menjadi anak kecil yang menggemaskan siapa pun yang melihatnya. Pipi tembemku dengan bedak tebal selalu habis diciumi oleh kakak-kakak sepupu dan siapa pun yang melihatku. Genap satu tahun lebih lima bulan, aku dihadiahi seorang adik laki-laki oleh ibu. Terkadang aku menangis karena merasa kasih akung bapak dan ibu harus terampas. Tetapi waktu memberikan pelajaran hidup yang luar biasa.

(sila baca selengkapnya di buku tersebut. Pembelian buku hubungi penulisnya langsung, ya).

Biografi Penulis

Dra. Taty Rahayuningsih, M.Pd, lahir di Banyumas, 6 Januari 1968 dari seorang ibu bernama Watimah dan ayah bernama Siswanto (Almarhum). Ibu dua orang anak ini menamatkan Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia di IKIP Jakarta (UNJ) pada tahun 1993, Pasca Sarjana dengan jurusan yang sama lulus tahun 2012 di Universitas Indraprasta Jakarta, dan saat ini sedang menyelesaikan studi doktornya di Universitas Pakuan, Prodi manajemen pendidikan.


Mengawali karier sebagai guru sejak tahun 1993 sampai tahun 2012, dan diangkat menjadi Pengawas Sekolah jenjang SMP pada tahun yang sama (2012) di Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor. Menekuni hobi menulis sejak SMP dan telah menerbitkan beberapa karya Sastra seperti Bila dan lalu (Antologi Puisi), Aku Jatuh Cinta Lagi (Antologi Puisi),Sketsa Cinta Biru (Novel), Bulan Menangis di Langit Lembang (Kumpulan Cerpen), Di Bawah Langit Patayya (Kumpulan Cerpen), Kubah: Untuk Senjani, Perempuan di Persimpangan Jalan, Antologi Puisi Melukis Birunya Rindu dan lain-lain. Selain itu juga menerbitkan beberapa buku tentang kepengawasan Kepala sekolah serta Karya Ilmiah berupa Penelitian Tindakan Sekolah.


Penghargaan yang pernah diraih diantaranya:

  1. Tim Penilai Guru Penggerak, dan Sekolah Penggerak Tingkat Nasional 2020 s.d sekarang
  2. Aktif menulis pada Blog Media Guru
  3. Peringkat 3 Pengawas Berprestasi Tk. Nasional tahun 2017
  4. Instruktur Kurikulum 13 Terbaik jenjang Pengawas SMP Tk. Provinsi Jawa Barat
  5. Tim Penilai Tata kelola BOS Tk. Nasional
  6. Tim Verifikator Sekolah Rujukan Tk. Nasional
  7. Peserta Terbaik School Leadership and Supervisory Programme di SEAMEO College Bangkok – Thailand

Dangerous : Be Careful, They Can Be Very Dangerous

Penulis:
Zulfhania
ISBN: 978-623-6581-34-6
Editor: Zulfhania
Penata Letak: Zulfhania
Desainer Sampul: Cahsantri
Penerbit: CV Cakrawala Milenia Jaya
Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No.11-12
Cibinong – Bogor Jawa Barat
cakrawalamileniajaya@gmail.com
https://cakrawalamj.co.id
Ig: @cakrawalamilenia
Cetakan Pertama, September 2021
viii+346 ; 19 cm

Dangerous : Be Careful, They Can Be Very Dangerous (Source: CV Cakrawala Milenia Jaya)

THE SECRET


Januari, 2018


“Cepatlah pulang. Aku butuh bantuanmu.”
Woojin menyimpan kembali ponselnya di dalam saku setelah mendapat panggilan dari Chan. Langkahnya terburu- buru menelusuri sepanjang gang komplek. Dinaikkannya tudung jaket untuk menutupi identitas, agar tak ada satu pun orang yang mengenalinya. Namun…


Bruk.


Woojin bertabrakan dengan seorang bocah perempuan yang sedang berlari dari persimpangan jalan. Keduanya sama-sama terjatuh.


“Maaf, Oppa,” bocah itu bersuara dengan lirih.


Oppa…


Alih-alih marah, Woojin malah tersenyum saat mendengar dirinya dipanggil Oppa. Tatapannya bertemu dengan manik bocah itu. Demi Tuhan, cantik sekali.


“Lain kali hati-hati ya, Dik,” ucap Woojin, membantu bocah itu berdiri.

Nan Gwaenchana (Aku Baik-baik Saja)

Penulis:
Zulfhania
ISBN: 978-623-6581-36-0
Editor: Zulfhania
Penata Letak: Zulfhania
Desainer Sampul: Cahsantri
Penerbit: CV Cakrawala Milenia Jaya
Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No.11-12
Cibinong – Bogor Jawa Barat
cakrawalamileniajaya@gmail.com
https://cakrawalamj.co.id
Ig: @cakrawalamilenia
Cetakan Pertama, September 2021
viii+248 ; 19 cm

Nan Gwaenchana (Source: Dokumentasi CV Cakrawala Milenia jaya)

Apakah Ini Mimpi?


SATU hal yang sampai detik ini Jimin syukuri dalam hidup adalah masih dapat melihat lautan manusia di depannya yang memegang lightstick yang menyala sambil menyerukan sebuah fanchant.


“Kim Namjoon! Kim Seokjin! Min Yoongi! Jung Hoseok!


Park Jimin! Kim Taehyung! Jeon Jungkook! BTS!”


Mereka tiada lelah. Menyerukan namanya. Berteriak untuknya. Bahkan ada yang menangis untuknya. Tangan mereka yang ringkih tanpa lelah mengangkat lightstick untuk melakukan fanchant hampir di setiap penampilannya. Ada juga beberapa tangan yang mengangkat tinggi-tinggi spanduk bertuliskan namanya, dukungan untuknya, dan ungkapan rasa cinta mereka padanya agar dapat dibaca olehnya ketika sedang melakukan penampilan di atas panggung.


Sekali lagi, Jimin bersyukur memiliki mereka dan masih dapat melihat mereka hingga detik ini.
Anggap saja, mereka adalah vitamin bagi hidupnya.


ARMY―para penggemar yang Jimin cintai. “Kami dari Bang―”

“―tan! Kamsahamnida1!”


Dan tak ada hal yang lebih menyedihkan ketika akhirnya Jimin bersama enam temannya pamit undur diri untuk mengakhiri konser dan menyaksikan ekspresi sedih mereka karena konser sudah berakhir yang menandakan mereka harus berpisah.


Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Jimin tahu hal itu.


Tapi entah kenapa, setiap kali ia mengucapkan slogan grupnya untuk mengakhiri konser, berpamitan dengan para ARMY, dan melambaikan tangan untuk mereka, Jimin selalu merasa takut.


Ya, takut.


Ia takut tidak bisa bertemu lagi dengan mereka―ARMY di penampilan berikutnya.

BE HIDDEN: SAAT CINTA MENJADI DILEMA

BE HIDDEN (Saat Cinta Menjadi Dilema) Copyright © 2018 Queenmard Hak Cipta Dilindungi Undang-undang All Right Reserved ISBN Cetakan Pertama, Mei 2018 Editor Muhamad Budi Wahyu Desain Sampul & Tata Letak Boedy Why Penyunting Neneng Hendriyani Penerbit Cakrawala Milenia Jaya Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No 11-12 Rt 04/17 Kelurahan Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor Kode Pos 16913 Tlp. 081316336202 email: cakrawalamileniajaya@gmail.com Distributor Tunggal Cakrawala Milenia Jaya

Kisah seorang pria bernama Ezy yang sejak kecil tinggal di Pert, Australia bersama kedua orang tuanya. Ayah Ezy adalah keturunan Australia dan Ibunya adalah keturunan Indonesia. Ketika Ezy menginjak bangku SMP, kedua orang tuanya bercerai, maka Ezy ikut sang Ibu tinggal di Indonesia. “Ezy, kamu kenapa? Dari tadi Mami perhatikan kamu diam terus?”, Tanya Ibunya pada Ezy yang dari tadi melamun ketika dalam perjalanan menuju tempat tinggal barunya di Indonesia. Ezy tetap diam, ia tidak menjawab sedikitpun pertanyaan Ibunya. Ezy memalingkan wajahnya pada pemandangan di sekitar jalan yang ia lalui. Kemudian Ibunya berkata kembali. “Ezy, kamu ga senang ya ikut dengan Mami tinggal di Indonesia?, Mami memang ga akan bisa memberi banyak pada kamu, tapi Mami janji akan membuat kamu senang berada di samping Mami. Kamu masih ingat ga? Dulu waktu Oma dan Opa masih ada, kamu betah sekali tinggal di Indonesia bahkan kalau Mami dan Daddy ngajak kamu pulang ke Pert, kamu ga pernah mau.” Cerita Ibunya pada Ezy. Ezy tetap diam. Ezy sama sekali enggan memalingkan wajahnya pada Ibunya. Ezy bingung, ia sama sekali tidak mengerti kenapa Ibu dan Ayahnya harus berpisah. Ibu Ezy yang melihat sikap anaknya yang masih enggan berbicara akhirnya memaklumi keadaan anaknya. “Ya sudah, kalau Ezy ga mau bicara sama Mami, Mami ga akan maksa. Mungkin Ezy masih bingung. Ayo siap–siap, sebentar lagi kita sampai.” Ajak Ibunya dengan sabar. Akhirnya mereka tiba di rumah baru, di mana dulu Ezy sering menginap. Rumah itu adalah warisan dari Kakek dan Neneknya untuk Ibu Ezy. Ibu Ezy memang anak semata wayang. Jadi semua peninggalan Kakek dan Neneknya diwariskan padanya. Rumah yang ditempati Ezy sekarang sangat sederhana berbeda dengan tempat tinggalnya dulu di Pert yang serba mewah. Rumah itu tidak terlalu besar, modelnya seperti rumah adat Jakarta namun pekarangannya sangat luas.