Jejak Rekam Masyarakat Cibinong Kabupaten Bogor

Cover Jejak Rekam Masyarakat Cibinong (sumber: CV CMJ)

Penulis           : Adriano Rahman, dkk

QRCBN         :  62-839-2275-232

Editor             : Dina Ardianti

Lay out          : Neneng Hendriyani

Desain Sampul : Bilqis Syasya Dwi Wijaya

Cetakan Pertama, Mei 2023

Buku ini berisi tentang penjelasan mengenai kondisi geografis wilayah Cibinong dan sekitarnya. Selain itu juga kondisi sosial, ekonomi, Pendidikan dan budaya masyarakat setempat. Pada bab berikutnya buku ini berisi latar belakang pembangunan monument perjuangan rakyat Cibinong yang menjadi bukti sejarah perjuangan rakyat Cibinong dalam mempertahankan kemerdekaan dan wilayah dari pendudukan NICA pada 24 Desember 1945. Dengan dikomandoi oleh Komandan Batalyon K. H. T.B. Syamsudin Noor, Komandan Batalyon W.K. K.H. Syamsuri (H. Syarun), Staf Batalyon Pengajar Kebangsaan, dan Batalyon Staf Madi seluruh rakyat Cibinong bersatu padu berjuang mempertahankan wilayah Cibinong.

Banyak dari mereka yang gugur di medan perang. Nama-nama mereka diabadikan di monument tersebut.

Buku ini ditutup dengan penjelasan mengenai keterlibatan masyarakat dalam pelestarian monument tersebut sejak tahun 1985 hingga saat ini.

Wilayah Cibinong merupakan daerah yang menjadi titik terjadinya peristiwa sejarah di masa awal kemerdekaan Indonesia melalui peristiwa perang melawan penjajah, yaitu Netherlands Indies Civiles Administration atau biasa disebut (NICA) yang dipimpin oleh Letjen Sir Philips Christison. Perlawanan yang terjadi bertujuan untuk menghadang tentara NICA pergi ke Kota Kembang Bandung dengan cara memberikan perlawanan untuk melemahkan tentara sekutu NICA.

Masyarakat Cibinong mengerahkan seluruh kekuatannya selama konflik, termasuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), Laskar Hizbullah, Kaum Hitam, preman, dan masyarakat Cibinong. Proses perlawanannya hanya mengandalkan senjata sederhana, seperti parang, ketapel, dan tombak bambu. Sejumlah pejuang Cibinong tewas di medan perang. Pasukan ini dipimpin oleh Dan Yon II Cibinong Mayor TB, Syamsudin Noor. Konflik yang dikenal dengan War Got Tjiluar Bivak terjadi di Cibinong antarawarga sekitar dengan pasukan NICA.

Sebagai bentuk upaya dalam mengenang peristiwa bersejarah di Indonesia, dengan semangat juang, Nasionalisme, dan Patriotisme, pada tanggal 17 Januari 1985, diresmikan sebuah monumen oleh Soedrajat Natamadja yang pada saat itu menjabat sebagai Bupati Bogor.

Pembangunan monumen ini bertujuan untuk mengenang jasa pahlawan dan menjadi salah satu wujud aset sejarah yang mencerminkan jiwa perjuangan para pahlawan cinta tanah air dalam membangun bangsa dan negeri. Kedua arti ini dapat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari di dalam masyarakat karena masyarakat pada hakikatnya adalah bagian dari sejarah. Oleh karena itu, tujuan monumen ini adalah untuk mengingatkan masyarakat setempat bahwa kawasan Cibinong memiliki sejarah perjuangan kemerdekaan yang di dalamnya terkandung nilai-nilai nasionalisme dan cinta tanah air.

Setelah 35 tahun berdiri, perhatian terhadap monumen berbentuk tugu tersebut semakin berkurang, seperti bangunan tertutup, ilalang tumbuh tinggi di sekitarnya, dan ditemukan beberapa bagiannya retak. Namun, tugu perjuangan tersebut mendapatkan fokus baru pada tahun 2016, dan Bupati Bogor kembali mengulang peresmian dan pemugaran tugu tersebut.

Pemugaran monument itu diselesaikan tanpa mengubah bentuk bangunan. Sebaliknya, fokus menata lingkungan monumen dengan memperbesar area taman, memperbaiki jalan setapak yang mengarah ke gedung, dan menambahkan tanda monumen di pintu masuk. Plang tersebut yang bertuliskan “Monumen Perjuangan Masyarakat Cibinong” menunjukkan bahwa masyarakat Cibinong yang terdiri dari banyak lapisan yang saling berhubungan mendukung mereka yang berjuang dalam konflik bivak.

Salah satu bidang yang menjadi perhatian keluarga lain yang terlibat dalam konflik sejarah penting bagi masyarakat Cibinong adalah pemugaran monumen. Salah satu cara untuk menafsirkan, memperdalam, dan memperkuat penafsiran sejarah adalah melalui tumbuhnya pengetahuan masyarakat tentang pemugaran monumen tersebut yang kemudian dapat memperdalam pemahaman tentang sejarah dan karakter suatu negara.

Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap sejarah memerlukan partisipasi guna menjaga kelestarian. Salah satu cara untuk menunjukkan penghormatan terhadap warisan sejarah adalah dengan tidak mencorat-coret benda peninggalan sejarah dan membantu menjaga bangunan tetap bersih dan utuh. Pelestarian ini sangat penting agar setiap individu dapat bersungguh-sungguh mengamankan dan menjaga aset bersejarah.