Jejak Etnis Tionghoa di Cibinong

Cover Jejak Etnis Tionghoa di Cibinong (sumber: CV CMJ)

Penulis            : Alwan Putra Desriyanto, dkk

QRCBN           : 62-839-0941-855

Penyunting      : Neneng Hendriyani

Lay out            : Hawa

Desain Sampul: Andini Putri Erviyansyach

Cetakan Pertama, Mei 2023

Nama Hok Tek Ceng Sin diambil dari salah satu nama Dewa, yaitu Dewa Bumi yang bertugas dalam penjagaan kehidupan rakyat agar bahagia, aman dan memiliki banyak rezeki. Sejarah awal mula didirikannya Hok Tek Ceng Sin ini tidak diketahui secara jelas. Namun konon pendirinya ialah pedagang transmigran Tionghoa yang datang ke Indonesia dan saat mereka singgah di suatu tempat mereka membawa patung Dewa yang disembah hingga saat ini (Agi Widodo kepada tribunnewsbogor.com 11/2/20121). Menurut Hidayat, penjaga toko di kelenteng, kisaran tahun berdirinya kelenteng ialah sekitar 500-700 tahun yang lalu. Karena tidak ada catatan mengenai hal tersebut dikatakan bahwa sang pendiri tidak ingin dianggap sombong dengan menceritakannya.

Kelenteng ini memiliki arsitektur khas Cina yang dapat terlihat sangat jelas dari warna bangunannya yang sering dihiasi dengan warna merah dan kuning keemasan karena kedua warna tersebut memiliki makna simbolis yang penting dalam kepercayaan dan budaya Asia.

Warna merah melambangkan keberuntungan, kebahagiaan, dan kekuatan, serta diyakini dapat membantu mengusir roh jahat. Dalam kepercayaan Taoisme, merah juga melambangkan elemen api dan merupakan warna utama dalam festival Tahun Baru Imlek.

Sementara itu, warna kuning keemasan melambangkan kekayaan, kemakmuran, dan keberuntungan dalam kepercayaan dan budaya Asia. Warna ini juga dianggap suci dan dihubungkan dengan keilahian dalam agama Budha.

Kelenteng Hok Tek Bio Cibinong juga sering menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi umat Konghucu di wilayah tersebut. Beberapa kegiatan yang biasa diadakan di kelenteng ini antara lain:

  1. Ibadah: Umat Konghucu melakukan ibadah di Kelenteng Hok Tek Bio Cibinong secara rutin. Ibadah dilakukan pada hari raya besar seperti Cap Go Meh, Imlek, dan Tahun Baru Cina.
  2. Kegiatan Sosial: Kelenteng ini sering digunakan sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan sosial, seperti bakti sosial, pengobatan gratis, dan pemberian sembako bagi masyarakat kurang mampu.
  3. Kegiatan Budaya: Di Kelenteng Hok Tek Bio Cibinong, umat Konghucu dapat mengikuti kegiatan budaya seperti seni bela diri Kungfu, kesenian tradisional seperti Wayang Potehi dan Barongsai, serta pelajaran Bahasa Mandarin.
  4. Acara Tahun Baru Imlek: Kelenteng Hok Tek Bio Cibinong menjadi salah satu destinasi wisata religi yang populer pada saat perayaan Tahun Baru Imlek. Pada saat ini, kelenteng akan dihiasi dengan ornamen khas Tiongkok dan diadakan berbagai acara seperti parade Barongsai dan pertunjukan seni.
  5. Kegiatan Keagamaan Lintas Agama: Selain kegiatan keagamaan bagi umat Konghucu, Kelenteng Hok Tek Bio Cibinong juga sering menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan keagamaan lintas agama, seperti doa bersama dan dialog antar umat beragama. Hal ini menunjukkan semangat toleransi dan kerukunan antar umat beragama di wilayah Cibinong.

Dari daerah struktur pembangunannya terlihat memang Hok Tek Bio ini sengaja ditempatkan di dekat pasar karena di pasarlah mayoritas orang Tionghoa mencari rezeki. Dan pembangunannya yang berhadapan dengan arus air. Dikatakan bahwa alasan berhadapan dengan air karena air bermakna sebagai pembawa keberkahan dan rezeki. Ini sesuai dengan lokasi Kelenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong yang dekat dengan Kali Baru dan pasar Cibinong.

Sistematika penulisan buku ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Pada bab ini berisi alasan penulis mengambil topik dari buku ini. Bab ini menjelaskan pula latar belakang, tujuan dan manfaat dari penelitian Etnis Tionghoa di Cibinong.

BAB II Peninggalan Bangunan. Bab ini akan membahas tentang peninggalan bangunan etnis Tionghoa di Cibinong berupa kelenteng dan pemakaman. Kami memilih  Kelenteng Hok Tek Bio Cibinong, pemakaman, Feng shui rumah,  meja altar abu, dan Dewa Pintu.

BAB III Budaya Etnis Tionghoa. Bab ini berisi kebudayaan dari Etnis Tionghoa. Bab ini menjelaskan tentang hari-hari besar, tradisi yang biasa dilakukan, kepercayaan, pakaian tradisional, dan adat pernikahan.

BAB IV Kuliner. Bab ini membahas tentang arti, fungsi, kegunaan, dan nama-nama kuliner etnis Tionghoa.

BAB V Simpulan dan Saran. Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian. Isi kesimpulan yang merupakan kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan dan saran untuk pembaca dan peneliti selanjutnya.

LAMPIRAN. Pada bagian ini berisi data observasi, biodata penulis dan biodata pembimbing.

Kelurahan Cirimekar : Yon Bekang & TPU Cirimekar

cover Kelurahan Cirimekar Yon Bekang & TPU Cirimekar (sumber: CV CMJ)

Penulis                :  Ahmad Faizul Adnan dkk

QRCBN              : 62-839-5297-718

Penyunting         : Neneng Hendriyani

Lay out               : Hawa

Desain Sampul  : M. Ari Maulana Lubis dan Altahalli Nadhifa Nyssa

Cetakan Pertama, Mei 2023

Wilayah Cibinong memiliki enam kelurahan, yaitu Cirimekar, Ciriung, Harapan Jaya, Karadenan, Nanggewer Mekar, dan Pabuaran. Kelurahan yang paling dekat dengan kota Cibinong adalah Cirimekar.  

Wilayah Cirimekar merupakan salah satu kelurahan yang berada di Cirimekar. Kelurahan Cirimekar terbentuk pada tahun 1978. Cirimekar memiliki luas wilayah sebanyak 172.000.000 Hektare dan memiliki penduduk sebanyak lebih kurang 12.928 jiwa. Kelurahan Cirimekar memiliki kelembagaan masyarakat seperti RT (Rukun Tetangga), RW (Rukun Tetangga) dsb. Jumlah RT di Kelurahan Cibinong ini sebanyak 27 sedangkan RW berjumlah sebanyak tujuh.

Cirimekar merupakan kelurahan yang sedang berada pada masa pengembangan karena pada saat ini di Cirimekar banyak sekali terdapat tempat rekreasi, seperti Situ Gedong yang berada di dekat wilayah Yon Bekang, Cibinong.

Selanjutnya, ada Alun-Alun Cirimekar yang biasanya dimanfaatkan masyarakat setempat untuk berolahraga serta sarana rekreasi, yaitu Situ Citatah. Situ Citatah ini biasanya dimanfaatkan para warga setempat untuk memancing ikan dan bisa juga dijadikan tempat-tempat untuk bersantai.

Berdirinya  wilayah  Yon  Bek Ang  di kelurahan ini  melalui  sejarah  yang  panjang. Sebelum  menjadi  wilayah  Bek Ang  yang  dikenal seperti  sekarang,  pada  masa  kependudukan  Belanda  wilayah ini  digunakan sebagai  tempat  militer  Belanda. Saat itu tempat ini dimanfaatkan sebagai tempat latihan, dan tempat istirahat para prajurit Belanda. 

Seiring  berjalannya waktu wilayah ini telah berganti kekuasaan.  Wilayah  ini  pada  akhirnya  dikuasai  oleh  prajurit  perang  Indonesia. Kemudian, tempat ini dimanfaatkan sebagai tempat istirahat dan latihan para Tentara Indonesia. Pada awalnya wilayah ini tidak sebesar sekarang. Dulu  tempat  ini  banyak  tumbuhi oleh  pohon karet.  Tentara  Indonesia  menguasai  wilayah ini  pada  tahun  1961  dan  nama  wilayah  ini  adalah  Yon In Palad, tempat  ini  digunakan  sebagai  base camp  prajurit  Indonesia  dalam  operasi  perebutan  pembebasan  Irian  Barat  yang dikenal  dengan  operasi  Trikora. Operasi ini  dilakukan  selama  kurang  lebih  sepuluh  bulan  yakni  dari  tanggal  19 Desember  1961  sampai  1  Oktober  1962.

Pada  1965  munculnya  Partai  Komunis  Indonesia  (PKI)  di daerah  Cibinong wilayah  Yon  In  Palad  ini  direbut  oleh  PKI  (Partai  Komunis  Indonesia)  namun  tidak  berselang  lama  wilayah  ini  kembali  direbut  oleh  TNI  (Tentara  Negara  Indonesia). Di sisi lain PKI ini memiliki  wilayah  kekuasaan  di wilayah  LIPI  tempat  tersebut  digunakan  sebagai  Base Camp  para PKI. Namun  karena  PKI  pada  tahun  tersebut  tunggang  langgang  akhirnya  dikuasai  oleh  anggota  TNI  lalu  diserahkan  kepada  negara.

Seiring  berjalannya  waktu,  pada  tahun  1985  wilayah  Yon  In  Palad  berganti  nama  menjadi  Yon  Bekang  1.  Sekarang  wilayah  ini  digunakan  sebagai  tempat  latihan  tembak  Prajurit  TNI  dan  tempat  pembekalan  perlengkapan-perlengkapan  TNI.

TPU  Cirimekar  adalah  tempat  pemakaman  umum  yang  terletak  di  Cirimekar.  TPU  ini  sangat  tidak  asing  dengan  warga-warga wilayah Cirimekar. TPU ini memiliki luas 2 hektare. Secara geografis TPU Cirimekar berada di dekat wilayah komplek Yon Bekang Kostrad, yakni di jalan TPU Cirimekar, Cibinong, Kabupaten Bogor dan terletak di samping gedung bengkel Trijaya Ban. Selain itu TPU Cirimekar berseberangan dengan MTs Amaliyah.

Tempat pemakaman umum ini diresmikan pada tahun 1995 oleh pemerintah Kecamatan Cibinong. TPU Cirimekar memiliki petugas sebanyak tiga anggota yang terdiri dari ketua koordinator dan pengurus makam-makam yang ada di TPU Cirimekar tersebut. Di TPU tersebut terdapat makam dari berbagai agama seperti islam, kristen katolik, kristen protestan, konghucu dan sebagainya.

TPU Cirimekar tidak hanya menjadi tempat pemakaman warga saja namun juga digunakan untuk tempat pemakaman para anggota TNI dan pada masa pandemi Covid-19 TPU ini digunakan pula untuk tempat pemakaman pasien yang terjangkit virus Covid-19.

Awalnya TPU ini dikenal dengan sebutan “Hutan Kuburan” yang disebabkan karena pada zaman dulu dikatakan tempat ini adalah hutan. Pada masa itu wilayah TPU ini masih berupa hutan yang jarang dilewati ataupun disinggahi manusia. Jalannya pun masih berupa tanah merah dan bebatuan. Menurut Pak Ali, “Ini makam memang sudah dari dulu kalau orang-orang Cibinong sini menyebutnya hutan kuburan, hutan kuburan gitu. Hutan kuburan karena hutan juga, dan dipakai buat ngubur juga. Jadi, orang-orang sini kalau nanya yang tua-tua di sini tetap dia nyebutnya hutan kuburan, bukan TPU Cirimekar, bukan”. Selain itu pun wilayah pemakaman tersebut banyak ditumbuhi oleh pohon bambu terutama pada wilayah belakang pemakaman. Selain pohon bambu masih banyak pohon lainnya seperti pohon beringin yang masih tumbuh hingga sekarang.

Seiring berjalannya waktu, hutan ini secara perlahan mulai banyak disinggahi oleh manusia dan menjadi tempat pemakaman. Hingga pada tahun 1995, tempat pemakaman ini diberi nama TPU Cirimekar. TPU Cirimekar ini diresmikan secara tidak langsung. Namun, dari pihak pengelola mengusulkan kepada kepemerintahan Cibinong untuk diresmikan. Setelah diresmikan pemakaman ini dibuatlah sebagai tempat pemakaman umum dan mulailah dibangun seperti patokan-patokan sebagai batas luas pemakaman tersebut, bangunan seperti kantor pengurus makam dan sebagainya. Lambat laun TPU Cirimekar mulai dipadati dengan pemakaman-pemakaman warga sekitar dan secara perlahan pun penjual-penjual bunga mulai menempati kios sekitar TPU. Akses jalan menuju ke pemakaman ini pun diperbaiki.*)

Jejak Rekam Masyarakat Cibinong Kabupaten Bogor

Cover Jejak Rekam Masyarakat Cibinong (sumber: CV CMJ)

Penulis           : Adriano Rahman, dkk

QRCBN         :  62-839-2275-232

Editor             : Dina Ardianti

Lay out          : Neneng Hendriyani

Desain Sampul : Bilqis Syasya Dwi Wijaya

Cetakan Pertama, Mei 2023

Buku ini berisi tentang penjelasan mengenai kondisi geografis wilayah Cibinong dan sekitarnya. Selain itu juga kondisi sosial, ekonomi, Pendidikan dan budaya masyarakat setempat. Pada bab berikutnya buku ini berisi latar belakang pembangunan monument perjuangan rakyat Cibinong yang menjadi bukti sejarah perjuangan rakyat Cibinong dalam mempertahankan kemerdekaan dan wilayah dari pendudukan NICA pada 24 Desember 1945. Dengan dikomandoi oleh Komandan Batalyon K. H. T.B. Syamsudin Noor, Komandan Batalyon W.K. K.H. Syamsuri (H. Syarun), Staf Batalyon Pengajar Kebangsaan, dan Batalyon Staf Madi seluruh rakyat Cibinong bersatu padu berjuang mempertahankan wilayah Cibinong.

Banyak dari mereka yang gugur di medan perang. Nama-nama mereka diabadikan di monument tersebut.

Buku ini ditutup dengan penjelasan mengenai keterlibatan masyarakat dalam pelestarian monument tersebut sejak tahun 1985 hingga saat ini.

Wilayah Cibinong merupakan daerah yang menjadi titik terjadinya peristiwa sejarah di masa awal kemerdekaan Indonesia melalui peristiwa perang melawan penjajah, yaitu Netherlands Indies Civiles Administration atau biasa disebut (NICA) yang dipimpin oleh Letjen Sir Philips Christison. Perlawanan yang terjadi bertujuan untuk menghadang tentara NICA pergi ke Kota Kembang Bandung dengan cara memberikan perlawanan untuk melemahkan tentara sekutu NICA.

Masyarakat Cibinong mengerahkan seluruh kekuatannya selama konflik, termasuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), Laskar Hizbullah, Kaum Hitam, preman, dan masyarakat Cibinong. Proses perlawanannya hanya mengandalkan senjata sederhana, seperti parang, ketapel, dan tombak bambu. Sejumlah pejuang Cibinong tewas di medan perang. Pasukan ini dipimpin oleh Dan Yon II Cibinong Mayor TB, Syamsudin Noor. Konflik yang dikenal dengan War Got Tjiluar Bivak terjadi di Cibinong antarawarga sekitar dengan pasukan NICA.

Sebagai bentuk upaya dalam mengenang peristiwa bersejarah di Indonesia, dengan semangat juang, Nasionalisme, dan Patriotisme, pada tanggal 17 Januari 1985, diresmikan sebuah monumen oleh Soedrajat Natamadja yang pada saat itu menjabat sebagai Bupati Bogor.

Pembangunan monumen ini bertujuan untuk mengenang jasa pahlawan dan menjadi salah satu wujud aset sejarah yang mencerminkan jiwa perjuangan para pahlawan cinta tanah air dalam membangun bangsa dan negeri. Kedua arti ini dapat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari di dalam masyarakat karena masyarakat pada hakikatnya adalah bagian dari sejarah. Oleh karena itu, tujuan monumen ini adalah untuk mengingatkan masyarakat setempat bahwa kawasan Cibinong memiliki sejarah perjuangan kemerdekaan yang di dalamnya terkandung nilai-nilai nasionalisme dan cinta tanah air.

Setelah 35 tahun berdiri, perhatian terhadap monumen berbentuk tugu tersebut semakin berkurang, seperti bangunan tertutup, ilalang tumbuh tinggi di sekitarnya, dan ditemukan beberapa bagiannya retak. Namun, tugu perjuangan tersebut mendapatkan fokus baru pada tahun 2016, dan Bupati Bogor kembali mengulang peresmian dan pemugaran tugu tersebut.

Pemugaran monument itu diselesaikan tanpa mengubah bentuk bangunan. Sebaliknya, fokus menata lingkungan monumen dengan memperbesar area taman, memperbaiki jalan setapak yang mengarah ke gedung, dan menambahkan tanda monumen di pintu masuk. Plang tersebut yang bertuliskan “Monumen Perjuangan Masyarakat Cibinong” menunjukkan bahwa masyarakat Cibinong yang terdiri dari banyak lapisan yang saling berhubungan mendukung mereka yang berjuang dalam konflik bivak.

Salah satu bidang yang menjadi perhatian keluarga lain yang terlibat dalam konflik sejarah penting bagi masyarakat Cibinong adalah pemugaran monumen. Salah satu cara untuk menafsirkan, memperdalam, dan memperkuat penafsiran sejarah adalah melalui tumbuhnya pengetahuan masyarakat tentang pemugaran monumen tersebut yang kemudian dapat memperdalam pemahaman tentang sejarah dan karakter suatu negara.

Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap sejarah memerlukan partisipasi guna menjaga kelestarian. Salah satu cara untuk menunjukkan penghormatan terhadap warisan sejarah adalah dengan tidak mencorat-coret benda peninggalan sejarah dan membantu menjaga bangunan tetap bersih dan utuh. Pelestarian ini sangat penting agar setiap individu dapat bersungguh-sungguh mengamankan dan menjaga aset bersejarah.

Sejarah Berdirinya Stadion Pakansari

Penulis               : Asep Badru Zaman, dkk.

QRCBN               :    62-839-3322-655

Editor                 :   Dina Ardianti

Lay out               :   Neneng Hendriyani

Desain Sampul:   Hawa

Cetakan Pertama, Mei 2023

Buku ini disusun berdasarkan hasil observasi, survei, wawancara, dan studi Pustaka yang dilakukan secara bersama-sama pada saat pembelajaran P5 berlangsung sejak tanggal 2 Januari 2023 hingga 31 Maret 2023. Semua data dan informasi yang diperoleh dari seluruh kegiatan tersebut kemudian diolah dan disusun menjadi naskah yang layak dinikmati oleh semua orang.

Meskipun stadion ini sangat terkenal di seluruh Indonesia karena kerap digunakan sebagai tempat pertandingan berskala nasional dan internasional namun tidak sedikit warga Cibinong yang belum mengetahui sejarah berdirinya stadion ini. Itulah sebabnya tim penulis dari kelas X-4 ini menuliskannya sebagai laporan kegiatan P5 Tema 3.

Ada banyak cerita menarik mengenai stadion kebanggaan Kabupaten Bogor. Dari mulai pemilihan motif gerbangnya, hingga fasilitas yang dimilikinya semua bercerita kepada kita.

Teman-teman sekalian, apakah kalian pernah mendengar  sejarah Stadion Pakansari? Nah, kali ini kami ingin menceritakan kepada kalian semua tentang sejarah Stadion Pakansari. Seperti yang kalian tahu, Stadion Pakansari terletak di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tapi kalian tahu tidak, sih? Sebelum dibangunnya Stadion Pakansari, tempat tersebut dahulunya adalah sebuah pemukiman yang dikelilingi pohon-pohon. Di pemukiman tersebut terdapat lingkungan RT 04 dan 05 yang tinggal di daerah setempat. Lalu, pemukiman tersebut digusur karena lahan tersebut akan dibeli oleh pemerintah dan akan dibangun stadion. Para warga yang sebelumnya tinggal di daerah tersebut sekarang berpindah ke berbagai tempat. Ada warga yang masih tinggal di sekitar stadion dan ada juga yang berpindah ke kampung halaman mereka.

Kalian tahu tidak mengapa Stadion Pakansari dibangun di daerah Pakansari? Pada tahun 1990, Pemerintah Kabupaten Bogor memindahkan kantor administrasinya ke daerah Cibinong dari pusat Pemerintahan Kota Bogor. Pada tahun yang sama, pembangunan kantor pemerintahan mulai dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Bogor termasuk daerah Pakansari. Kemudian, pada tahun 1999, Kabupaten Bogor ditunjuk menjadi tuan rumah Porda  VI. Kalian tahu tidak apa itu Porda? Porda merupakan kepanjangan dari Pekan Olahraga Daerah. Porda merupakan ajang kompetisi yang bertujuan meraih prestasi dalam bidang olahraga dan memiliki tujuan khusus untuk melahirkan atlet-atlet yang memiliki potensi untuk mewakilkan daerah dan negara pada kompetisi ajang tingkat nasional dan internasional. Kompetisi Porda diselenggarakan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) adalah organisasi yang bertanggung jawab untuk mengelola, membina, mengembangkan, dan mengoordinasikan seluruh pelaksanaan kegiatan olahraga.

Pembangunan Stadion Pakansari dimulai pada tahun 1996 sekaligus dibarengi dengan pembangunan Pemda. Namun, pada tahun 1998, pembangunan Stadion Pakansari terhenti karena adanya krisis moneter. Saat itu kondisi stadion baru selesai pondasi saja. Kalian tahu tidak pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis moneter yang sangat buruk, lho. Indonesia mengalami permasalahan ekonomi akibat nilai mata uang rupiah yang melemah terhadap mata uang asing, tingginya utang luar negeri terutama pada sektor swasta, pemerintah yang kurang tanggap dalam menyelesaikan masalah perekonomian yang semakin buruk, dan perekonomian masyarakat tidak stabil. Krisis ekonomi itu membuat para mahasiswa turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi menuntut Presiden Soeharto agar mengundurkan diri dari jabatan beliau sebagai Presiden Republik Indonesia kala itu.

Ada pun beberapa dampak krisis moneter 1998, yaitu banyak perusahan yang gulung tikar karena tidak sanggup membayar utang dan membeli bahan baku yang diperoleh secara impor sementara nilai mata uang rupiah mengalami penurunan, lalu harga bahan pokok meningkat dan terjadinya kerusuhan masyarakat. Pada tahun 1998, krisis moneter tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi ada beberapa negara di Asia yang mengalami krisis moneter, yaitu Thailand dan Korea Selatan. Akan tetapi, Indonesialah yang mengalami krisis moneter paling buruk di antara negara-negara tersebut.

Ada pun beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani krisis moneter 1998, yaitu pertama, memperbaiki sistem perbankan karena banyak praktik perbankan yang tidak berjalan dengan baik yang membuat pemerintah dan IMF sepakat untuk menutup bank yang bermasalah. Kedua, pemerintah membentuk BPPN (badan penyehatan perbankan nasional). BPPN memiliki tugas pokok untuk penyehatan perbankan, penyelesaian aset yang bermasalah, dan mengupayakan pengembalian uang negara yang tersalur pada sektor perbankan. Namun, karena kinerja BPPN dinilai kurang memuaskan pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Lembaga ini resmi dibubarkan pada tanggal 27 Februari 2004 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengakhiran Tugas dan Pembubaran BPPN.

Ketiga, restrukturisasi utang swasta, total utang luar negeri Indonesia pada maret 1998 mencapai 138 miliar dollar AS. Dari jumlah tersebut, utang perusahaan swasta sebesar 64,5%. Hal ini membuat pemerintah ikut andil dalam penyelesaian utang perusahaan swasta. Tim penyelesaian utang luar negeri swasta berhasil mencapai kesepakatan yang mencakup pembiayaan perdagangan, pinjaman perusahaan swasta, dan penyelesaian pinjaman antarbank.

Keempat, makroekonomi. Makroekonomi adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk menganalisis suatu peristiwa untuk mengetahui sebab dan akibat dari suatu masalah. Salah satu kebijakan yang ada dalam makro ekonomi adalah kebijakan moneter yang mencakup tentang langkah-langkah pemerintah untuk mempengaruhi pengeluaran agregat, mulai dari mempengaruhi penawaran atau peredaran uang di masyarakat hingga mengubah tingkat bunga pada periode tersebut. Oleh karena itu, peran kebijakan moneter dalam makroekonomi adalah untuk menjaga laju pertumbuhan perekonomian negara.

Karena krisis moneter 1998, kehidupan masyarakat tidak sejahtera terlihat pada data BPS. Penduduk miskin meningkat dari 17,47% menjadi 24,20%. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi krisis ini adalah APBN diperlonggar untuk memberikan bantuan kepada rakyat sebesar 8, 5%. Apakah kalian tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan Indonesia untuk mengatasi krisis moneter 1998? Indonesia membutuhkan waktu yang lama sekitar sepuluh tahun untuk pulih dari krisis moneter 1998 dan mengembalikan perekonomian seperti sebelum terjadinya krisis moneter 1998.

Terjadinya krisis moneter sangat berdampak pada pembangunan Stadion Pakansari. Selama belasan tahun, pembangunan stadion tersebut menjadi terbengkalai. Pada tahun 2012, Stadion Pakansari dibangun kembali  oleh Bupati Bogor, Drs. H. Rahmat Yasin. Pembangunan Stadion Pakansari menghabiskan dana sebesar Rp803 miliar. Proses pembangunan Stadion Pakansari selesai pada tahun 2016. Stadion Pakansari dibangun di atas tanah dengan luas 60 hektar dan memiliki lapangan utama dengan panjang 105 meter dan lebar 70 meter.

Stadion Pakansari diresmikan oleh Bupati Bogor, Ibu Nurhayati dan Gubernur Jawa Barat, Bapak Ahmad Heryawan. Stadion pakansari mulai beroperasi secara formal setelah diresmikan pada tahun 2016 dan acara yang pertama kali diselenggarakan oleh Stadion Pakansari adalah kejuaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat dan piala AFF 2016. Teman-teman tahu, tidak? Sebelum nama stadion ini diresmikan dengan nama Stadion Pakansari, stadion ini dikenal dengan nama Pakansari Cibinong Raya yang disingkat menjadi Pacira, lho. Nama stadion tersebut dilelang dan dari hasil lelangan tersebut, stadion ini dinamakan Stadion Pakansari.*)

Mengenang Perjuangan Para Tokoh Karanggan – Citeureup

Cover Mengenang Perjuangan Para Tokoh Karanggan – Citeureup; Sumber: CMJ

Penulis:   Achmad Rafif Althaf, dkk

QRCBN:   62-839-1043-295

Editor:   Dina Ardianti

Lay out:   Neneng Hendriyani

Desain Sampul:   Tim Naskah X-3

Cetakan Pertama, Mei 2023

Karanggan memiliki banyak kisah unik dan juga misteri-misteri yang menarik untuk dicari tahu dengan lebih lanjut, di antaranya adalah Makam Panjang dari Mbah Kolot Pidin dan Makam Mbah Uyut Bongkok. Alasan kami memilih Karanggan sebagai topik yang dibahas karena topik tentang daerah Karanggan belum pernah dibahas dan dijadikan sebagai topik dari sebuah buku. Selain itu, kami juga ingin memperkenalkan Karanggan kepada masyarakat luar dan para pelajar lainnya.

Di Karanggan terdapat suatu makam yang sering dikunjungi oleh masyarakat dari luar daerah Karanggan, sementara warga Karanggan sendiri jarang datang untuk berziarah ke makam tersebut. Makam tersebut merupakan Makam Mbah Kolot Pidin. Makam ini memiliki bentuk yang tidak biasa dibandingkan dengan makam lainnya. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan panjangnya dengan makam biasa. Makam Mbah Kolot Pidin memiliki panjang yang mencapai 8—10 meter.

Ada yang berpendapat bahwa di dalam makam tersebut terdapat jenazah Mbah Kolot Pidin yang dikubur dengan benda-benda sakti yang dimilikinya. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa di dalam makam tersebut terdapat jenazah Mbah Kolot Pidin dengan kedua adiknya, yaitu Saidin dan Saipin.

Uniknya, setiap tahun para peziarah akan beramai-ramai datang ke Makam Mbah Kolot Pidin dengan membawakan banyak makanan tertentu yang kemudian diletakkan di dalam tempat yang telah disediakan dalam saung. Makanan tersebut nantinya akan dinikmati bersama-sama dan juga dibagikan kepada warga yang tinggal di sekitar makam.

Di dekat makam panjang, terdapat pula makam lain yang bernama Makam Mbah Uyut Bongkok. Saat memasuki makam ini, kamu akan disuguhi hawa gelap dan suram yang akan membuat orang merinding. Ditambah lagi, keberadaan dua pohon beringin yang mengapit makam tentunya menambah kesan angker tempat tersebut.

Selain itu, di Citeureup juga terdapat makam Syarifudin Shoheh atau yang lebih dikenal dengan Pangeran Sake. Pangeran Sake sendiri merupakan salah satu tokoh yang berkaitan dengan penyebaran agama Islam di Indonesia, terutama di daerah Citeureup. *)

Maguma Taraya Bercerita

Penulis: Arunika Niscala (Tim Naskah Kelas X-2)

QRCBN: 62-839-3450-925

Editor: Neneng Hendriyani

Lay out: Tim CV

Desain Sampul: Agnia Saffanah Az Zahwa, Rifdah Mufida Zahrah, Saskia Damayanti

Cetakan Pertama, Mei 2023

Cover Maguma Taraya Bercerita; sumber: CMJ

Di Balik Nama Maguma Taraya Bercerita

Buku ini merupakan hasil karya siswa kelas X-2 (Gen 10) SMA Negeri 4 Cibinong terkait kegiatan pembelajaran pada Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Tema 3 Kearifan Lokal. Sengaja mengambil judul “Maguma Taraya” karena nama ini mengandung makna yang cukup luas.

Taraya merupakan akronim yang berasal dari suku kata awal nama tempat yang penulis angkat sebagai tema dari isi buku. Dalam kata ‘Maguma’, Ma adalah Jalan Mayor Oking, Gu adalah Tugu Perjuangan Masyarakat Cibinong, Ma adalah Makam Panjang. Lalu, dalam kata ‘Taraya’, Ta adalah Situ Citatah, Ra adalah Kampung Sampora, dan Ya adalah Sekolah Mardi Waluya. Jadi, Maguma adalah Jalan Mayor Oking, Tugu Perjuangan Masyarakat Cibinong, Makam Panjang, Situ Citatah, Kampung Sampora, dan Sekolah Mardi Waluya.

Kata ‘Bercerita’ memiliki filosofi bahwa tempat-tempat yang penulis kunjungi memiliki kisah dan keunikannya masing-masing yang sudah mulai pudar dari waktu ke waktu. Saat penulis melakukan observasi, tempat-tempat tersebut seakan-akan bercerita kepada kami bahwa ia memiliki sejarahnya sendiri.

Taraya sendiri memiliki kisahnya masing-masing. Tempat-tempat tersebut memiliki kisah unik yang bisa terus diceritakan kebenarannya kepada generasi penerus secara turun temurun. Keunikan mereka ada pada asal usul dari keberadaan tempat tersebut. Kebanyakan yang melatarbelakangi adanya tempat-tempat tersebut tidak lepas dari campur tangan para penjajah Belanda. Namun, setelah dipelajari dengan lebih cermat, sebenarnya para penjajah Belanda membuat tempat-tempat tersebut untuk kebaikan negara ini juga.

Memang, tidak semua tempat yang penulis teliti dibuat oleh bangsa Belanda. Namun demikian, ternyata tempat-tempat tersebut masih memiliki kaitan dengan hal-hal yang menyangkut peristiwa penjajahan bangsa Indonesia oleh bangsa Belanda. Seakan-akan peran bangsa Belanda dalam sejarah berkembangnya tanah air tercinta ini sangatlah penting dan juga memegang peran yang cukup besar. Hal tersebut yang membuat peninggalan-peninggalan dari tempat yang penulis teliti sangatlah unik, karena semua tempat tersebut berkaitan satu sama lain dengan masa Kolonial Belanda yang sarat sejarahnya sangat kental dan tentunya menjadi ingatan serta pengalaman yang berharga tersendiri bagi bangsa Indonesia dan juga masyarakat Indonesia.

Tentunya dengan menulis buku ini, penulis berharap agar kebenaran sejarah dari tempat-tempat yang diteliti menjadi terlestarikan sehingga sejarah dari tempat-tempat tersebut bisa diceritakan kembali ke generasi selanjutnya. Penulis juga berharap dengan adanya buku ini, masyarakat di sekitar tempat- tempat yang penulis kunjungi bisa menunjukkan rasa peduli terhadap tempat-tempat tersebut dengan menjaganya dan juga merawatnya agar tetap ada dan terlestarikan hingga anak cucu penerus bangsa Indonesia.*)


Mengupas Misteri Gedung Arsip dan Situ Cikaret Cibinong-Bogor

(Cover Mengupas Misteri Gedung Arsip dan Situ Cikaret Cibinong-Bogor, sumber: CMJ)

Penulis                : Adelia Fauzia Rakhim, dkk

QRCBN              : 62-839-8412-026

Penyunting          : Neneng Hendriyani

Lay out               : Hawa

Desain Sampul    : Chayara Arsalya Sandy

Cetakan Pertama, Mei 2023

Karya

Adelia Fauzia Rakhim, Adinda Putri Wahyudi, Arnold Rivaldo, Azalea Talitha Putri, Bunga Fitri Choirunisa, Chayara Arsalya Sandy, Ghina Raya Safsa, Kencana Win Theodora, Kiandra Daffa Janesa, Muhammad Rafi’ul Anwar Baehaki, Na’ilah Rahadatul Aisy Saktia, Nayla Nurhaliza Bilqis, Rayhan Adistira.

Sinopsis

Buku ini merupakan hasil kegiatan pembelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) untuk Tema 3 Kearifan Lokal. Ditulis oleh tim penulis dari kelas X-1 dengan mengangkat tema mengenai misteri di seputar Gedung Arsip dan Situ Cikaret yang sempat viral di media sosial karena banyaknya penampakan dan kisah horor. Keingintahuan penulis mengenai asal mula kedua tempat, termasuk tujuan, fungsi, dan manfaat keduanya dituangkan di dalam buku ini.

Pengumpulan data mengenai kedua tempat tersebut, yaitu Gedung Arsip dan Situ Cikaret dilakukan dengan cara melakukan observasi langsung ke lokasi, wawancara tokoh, studi pustaka, dan literasi digital.

Para penulis melakukan braisntorming pencarian ide mengenai tema penulisan pada minggu pertama Januari 2023 dengan bimbingan fasilitator yaitu Ibu Citra Ayu Ningrum, S.Pd. Setelah merencanakan semua tahap kegiatan dan membuat jadwal pelaksanaan barulah mereka melakukan pengumpulan data. Setelah semua data dirasa cukup penulis menuangkannya ke dalam naskah berupa draft buku. Fasilitator memeriksa draft dan mengembalikannya kepada tim naskah untuk direvisi hingga tanggal 30 Maret 2023. Setelah itu barulah draft dikumpulkan.

Akhirnya, buku yang merupakan hasil kegiatan mandiri, kolaboratif ini berhasil diterbitkan. Semoga buku ini bermanfaat bagi seluruh pembaca di mana pun berada. *)

Sehimpun Akrostik: Rona Kuliner Nusantara

Cover Sehimpun Akrostik: Rona Kuliner Nusantara (Dok. CMJ)

Karya                                                                                                     

Iyus Yusandi, Yanti Mandalliyana, Imas Fatimah, Eulis Waliah, Rendra Bagus Cahyono, N. Evi Susantika, Hasanah, Dadan Sumardana, Asri Utami, Hani Rohani, Nawangsih,       Euis Citarasa, Elis Sulastri, Maria Ulfah, Erum Rumiasih,        Rani Puspitasari, Sartikah, Iis Patimah, Iis Suminar, Nurlaela,     Ahmad Hidayat, Nunuk Marsiti, Reni Rostiani, Tika Supartika, Ade Sumarna, Tuti Susilawati, Aini Mardiyah, Rekyan Setiati, Euis Cucu Sukmanah, Jei Sobarry Buitenzorg

Antologi: Sehimpun Akrostik Rona Kuliner Nusantara

Penulis                          :   Keluarga Asmaraloka KPPJB

QRCBN                       :    62-839-8611-375

Editor                          :   Drs. Iyus Yusandi, M.Pd.

Lay out                         :   Drs. Iyus Yusandi, M.Pd.

Desain Sampul              :   Hapiah

Cetakan Pertama, Januari 2023

Penerbit

Cakrawala Milenia Jaya

Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No.11-12

Cibinong – Bogor Jawa Barat

Cakrawalamileniajaya@gmail.com

Https://cakrawalamj.co.id

IG: cakrawalamilenia

Jumlah halaman  xi+ 211  halaman; 14 cm x 20 cm

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Buku ini berisi kumpulan puisi yang diawali kegiatan pelatihan di kelas daring. Kelas Menulis Puisi Akrostik ini diciptakan sebagai wujud bentuk kreativitas. Wujud kreativitas ini  oleh salah seorang rekan sesama penulis, yaitu saudara Drs. Iyus Yusandi, M.Pd,  dinamai Kelas Asmaraloka KPPJB.

Upaya pengembangan salah satu bentuk kreativitas ini, semoga dapat menambah wawasan literasi Nusantara dan dipelajari oleh khalayak ramai sehingga menjadi bagian sebuah warna karya kontemporer dunia.

Keleluasaan tema ini juga sebagai upaya agar penulis, terutama guru, memiliki banyak kesempatan menulis sebuah karya. Selayaknya guru di Indonesia perlu membuat dan membukukan karya tulisnya, sebagai teladan sekaligus demi menumbuhkan animo siswa pada kepenulisan.

Buku yang Anda pegang ini adalah salah satu karya sastra para guru yang ditulis dalam rangka mendokumentasikan gagasan yang mereka pikirkan dalam bentuk kumpulan karya puisi. Sebagai Guru, begitu banyak hal yang dialami. Di tengah kesibukan mereka sebagai pendidik anak bangsa, mereka meluangkan waktu untuk menulis. Sungguh suatu tindakan terpuji yang patut diteladani kita semua.

Info lebih lanjut hub

Antologi: Secarik Memori

cover “Secarik Memori”; dok. cmj

Penulis: Peserta Didik XII MIPA 4 SMA Negeri 2 Cibinong – Bogor

QRCBN : 62-839-7890-136

Editor : Neneng Hendriyani

Lay Out : Tim CMJ

Desain Sampul : Hapiah

Cetakan Pertama, Januari 2023

Penerbit

Cakrawala Milenia Jaya

Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No.12

Cibinong – Bogor, Jawa Barat

cakrawalamileniajaya@gmail.com

https://cakrawalamj.co.id

ig: cakrawalamilenia

Jumlah halaman vii+337

Hak cipta dilindungi Undang-undang

All Right Reserved

“Secarik Memori” hadir di tangan pembaca yang budiman sebagai karya peserta didik kelas XII MIPA-4 SMAN 2 Cibinong Tahun Pelajaran 2022-2023. Buku ini terdiri dari 35 teks cerita pribadi yang ditulis oleh peserta didik dengan cara mengawali cerita, isi cerita, dan gaya penulisan masing-masing.

Ide penerbitan buku ini berawal pada saat pembelajaran di ruang kelas. Dalam setiap pembelajaran, guru berpatokan pada Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar 4.4 Kurikulum 2013 adalah Menulis Cerita Sejarah Pribadi Dengan Memerhatikan Kebahasaan.

Selaku pengampu Bahasa Indonesia di kelas ini saya tergerak untuk menghimpun tulisan peserta didik ini dalam sebuah buku. Penerbitan buku ini bertujuan untuk: 1) memberikan wadah ekspresi peserta didik, 2) meningkatkan kompetensi siswa di bidang menulis, 3) mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMAN 2 Cibinong; dan 4) mendokumenkan karya peserta didik yang dapat dikenang sepanjang hayat. (Pembimbing, Helfy M Ilfa, S.Pd., M.Pd.)

Halo semuanya! Perkenalkan nama saya Almira Adelia Puspita, akrab dipanggil Adel oleh keluarga dan teman-teman saya. Lahir di Bogor pada tanggal 1 September 2004. Saya anak kedua dari dua bersaudara. Saya memiliki seorang kakak laki-laki dan saya memiliki selisih usia yang cukup jauh dengan kakak saya. Usia kami terpaut delapan tahun. Walau begitu tidak mengurangi rasa persaudaraan atau kebersamaan yang kami punya. (Memutar Waktu, Almira Adelia Puspita)

Namaku Andhika Gerhan Pratama. Kalian semua bisa memanggil namaku Dhika. Aku lahir di Bogor pada tanggal 8 Januari 2005. Aku memiliki hobi olahraga dan bela diri. Bela diri yang ditekuni yaitu karate. Aku memiliki cita-cita ingin menjadi seorang polisi. (Pengalaman Pribadiku, Andhika Gerhan Pratama)

Aku tidak terlalu ingat bagaimana masa-masa yang telah aku lalui. Entahlah. Bisa jadi memang kepandaianku saja yang lemah dalam mengingat memori-memori pada masa itu. Dari ribuan hari yang telah  kulalui. Kebanyakan dari mereka yang melekat di otakku adalah memori-memori indah yang selalu tidak ingin aku lupakan bahkan hingga esok hari. Tidak kupungkiri memang tidak semuanya kuingat. Namun memori tentang visual, suara, rasa, dan rabaan tak mudah hilang ditelan waktu. (Triasih, Astrid Prinsilia Tribuana)

Pada saat mengandungku ibu terkena virus toxoplasma dan meskipun ibu sudah terapi pengobatan menurut dokter virus ini sesekali akan muncul bila kondisi tubuh tidak fit, sehingga dokter menganjurkan di saat kandungan ibu sudah tiga bulan, ibuku harus selalu minum obat berupa antibiotik, antivirus, multivitamin dan suplemen makanan untuk menjaga agar tubuh ibuku tetap sehat karena menurut dokter, virus ini akan menyerang janin pada saat tubuh si ibu hamil melemah. (Serpihan Memoriku, Aulia Rahman)

Saya sangat menyayangi mereka. Menjadi anak pertama sekaligus cucu pertama di keluarga membuat saya memiliki rasa tanggung jawab yang besar. Selain saya harus mewujudkan impian pribadi saya juga harus memberi contoh yang baik untuk adik-adik. Saya harus bisa membanggakan kedua orang tua dan saya juga harus bisa mewujudkan apa yang kedua orang tua harapkan pada diri saya. Saya merasa memiliki tanggung jawab yang besar karena saya merupakan cucu pertama. (Kenanganku, Alia Tattya Rahma)

Empat belas tahun yang lalu aku memulai pendidikan di Taman Kanak Kanak atau TK AR Rahman yang berjarak beberapa meter saja dari rumahku. Ketika itu aku memiliki banyak sekali teman. Saat itu pula aku dikenal sebagai perempuan yang sangat tomboy karena saat itu aku memiliki banyak sekali teman laki-laki dan aku juga banyak menghabiskan waktu dengan bermain bersama mereka. Seperti anak TK pada umumnya kala itu segala kegiatan masih terbilang sangat mudah dan ringan untuk dilalui. Aku pun masih bisa menikmati suasana tidur siang, makan siang bersama keluarga, menonton acara televisi di siang hari dan bermain bersama teman-teman saat sore hari. Pada saat itu TK ku juga memiliki banyak sekali kegiatan yang sangat menyenangkan  seperti Outbond, pergi mengunjungi kebun binatang, melakukan kegiatan menanam, dan kegiatan membajak sawah menggunakan kerbau. Hal tersebut menjadi kenangan bahagia bagiku yang saat itu masih berada di taman kanak kanak. (Sedikit Kisah Tentang “Aku”, Aurellia Zahra Pradhana)

Aku dan keluarga terus berjalan melihat-lihat barang hingga pada suatu waktu aku mendengar suara mainan dan mengikuti suara tersebut yang semakin lama menjauh dari tempat di mana keluargaku berada.

Aku mulai menangis ketika menyadari keluargaku tidak berada di sekitarku. Lorong demi lorong, toko demi toko aku lewati untuk menemukan keberadaan orang tuaku tetapi belum juga aku temukan. Setelah sekitar 5 menit, aku memberanikan diri mendekati seorang kakak perempuan untuk bertanya. (Kenangan Lalu, Cinta Ratu Putri Pratama)

Saya merasa hari itu menjadi salah satu fase paling menegangkan dalam hidup di mana saya harus diam-diam menahan tangis. Bahkan saat air mata baru saja jatuh setetes dengan cepat saya menghapusnya secara sembunyi-sembunyi. Saya tidak  mau terlihat lemah, dan juga tidak mau membuat orang-orang khawatir. Seperti dugaan bidan sebelumnya bahwasanya memang proses persalinan harus dilakukan secara Caesar.  Kemungkinan tindakan baru bisa dilakukan pukul enam pagi nanti. Karena  saat ini jam sudah menunjukkan pukul setengah dua malam dan kebetulan dokter beserta para tim operasi tidak bisa siap-siap secara mendadak, apalagi di waktu tengah  malam seperti sekarang. Mau tidak mau memang harus menunggu. Mungkin sekitar lima jam ke depan. (Kelahiran dan Kebahagiaan, Dede Nurhalimah)

Pada saat SMP saya mengikuti ekstrakulikuler PMR. Alasan saya masuk PMR itu karena sejak kecil saya ingin menjadi dokter jadi saya mengikuti ekstrakulikuler yang berhubungan dengan kesehatan. Saya pernah mengikuti pelantikan ekskul PMR. (Proses Menuju Yang Terbaik, Dinda Humairah M)

Namaku Diva Elysia. Biasa dipanggil  Diva. Aku lahir di Bogor, tepatnya pada hari Sabtu, tanggal 29 Januari 2005. Ayahku bernama Istadi, dan ibuku  bernama Siswanti. Aku merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Aku memiliki seorang kakak laki-laki bernama Ahmad Wahyudin dan saudara kembar perempuan bernama Devi Elysia. Usiaku dan kakakku terpaut cukup jauh, yakni 9 tahun. Tapi aku dan Devi hanya berbeda 2 menit saja. Namun ketika masih bayi, aku dan saudara kembarku dipisahkan. Aku tinggal di Bogor bersama kedua orang tua, dan kakakku. Sedangkan saudara kembarku tinggal bersama tante dan om di Magelang, Jawa Tengah. Karena  terpisah oleh jarak yang cukup jauh, aku dan saudara kembarku biasanya hanya bertemu ketika liburan atau pun hari raya Idul Fitri. (Menilik Kisah Lalu, Diva Elysia)

Sedikit cerita aku sebenarnya tidak lulus TK dikarenakan aku terlalu malas untuk bersekolah pada saat itu jadi diputuskan untuk melanjutkan ke SD. (Mengulang Waktu, Ebiet Fitranda)

Seperti yang kita tahu saya dilahirkan di Banjarmasin pada bulan November 2004. Saat kelahiran saya ada hal yang menarik terjadi, bukan terjadinya tsunami innalillahi wa inna ilaihi rajiun, melainkan saat saya lahir sebelum dokternya datang. He he he. Iya sampai segitu aja sombongnya. Setelah itu, saya berdomisili di Jalan Manarap. Ayah saya bekerja sebagai PNS dan ibu saya bekerja sebagai ibu rumah tangga. (Mengingat Masa Lalu, Faiz Kharisma Putra)

Masa kecilku dahulu sangat mengesankan dan memiliki banyak kenangan  yang tidak dapat dilupakan. Pada saat aku masih kecil, aku sudah punya banyak teman bermain di rumah. Aku selalu bermain bersama-sama dengan mereka. Apapun mainnya kami selalu bersama. Banyak kenangan yang indah saat bermain bersama mereka yang takkan aku lupakan hingga saat ini. (Pengalaman Yang Tak terlupakan, Farkhandanu Isharyanto)

Saat aku masih duduk di taman kanak-kanak (TK),  aku sering mengikuti kegiatan perlombaan. Aku sering mengikuti lomba menari, paduan suara dan menggambar. Untuk pertama kalinya aku memenangkan juara 3 pada lomba dance modern bersama teman-temanku. Aku juga  mengikuti paduan suara pada PORSENI ANAK dalam rangka Pesta Olahraga dan Seni Anak Tingkat RA. Aku juga selalu menjadi juara kelas ketika  masih duduk di Taman Kanak-Kanak. Aku masuk TK pada umur 6 tahun. Selama 1  tahun aku di TK ada hal yang tidak pernah aku lupakan yaitu ketika melakukan manasik haji. (Sepenggal Cerita Tentang Diriku, Isna Pitriyani)

Untuk informasi lebih lanjut 

Antologi: Kepingan Memori Vensciun

Penulis : Peserta Didik XII MIPA 1 SMA Negeri 2 Cibinong – Bogor

QRCBN : 62-839-6565-322

Editor : Neneng Hendriyani

Lay Out : Tim CMJ

Desain Sampul : Hapiah

Cetakan Pertama, Januari 2023

Penerbit

Cakrawala Milenia Jaya

Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No.11-12

Cibinong – Bogor Jawa Barat

cakrawalamileniajaya@gmail.com

https://cakrawalamj.co.id

ig: cakrawalamilenia

jumlah halaman ix + 322

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Antologi “Kepingan Memori Vensciun” hadir di tangan pembaca yang budiman sebagai karya peserta didik Kelas XII MIPA 1 SMAN 2 Cibinong Tahun Pelajaran 2022-2023. Buku ini terdiri dari  teks cerita pribadi yang ditulis oleh peserta didik dengan cara mengawali cerita, isi cerita dan gaya penulisan masing-masing.

Ide penerbitan buku ini berawal pada saat pembelajaran di ruang kelas. Dalam setiap pembelajaran, guru berpatokan pada Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar 4.4 Kurikulum 2013 adalah Menulis Cerita Sejarah Pribadi dengan memerhatikan kebahasaan. (Pembimbing, Helfy Maryamul Ilfa, S.Pd., M.Pd.)

Terdengar sayup-sayup suara derap langkah lalu lalang para perawat membantu pasien yaitu seorang ibu yang sedang berjuang, bersusah payah melahirkan jiwa yang baru ke dunia ini. Di depan ruang bersalin, seorang laki-laki tegap sedang terduduk sembari merapalkan doa agar ibu dan bayi yang akan dilahirkan selamat, ia adalah ayah dari calon bayi tersebut.

Selepas menunggu kurang lebih sepuluh menit, lahirlah seorang bayi perempuan. Banyak pasang mata melihatnya dengan penuh dama. Itulah aku, Adinda Aurora Fatimah Soeryono yang lahir pada hari Kamis di Bogor 9 Juni 2005. Tepat 17 tahun yang lalu aku diberi panggilan Olla oleh kerabatku yang akhirnya menjadi nama panggilan sampai saat ini. Aku memiliki seorang kakak perempuan dengan selisih umur tujuh tahun. (Merangkai Memori Empiris dalam Asmaraloka, Adinda Aurora F.S.)

Masa kecilku dahulu penuh dengan hal-hal unik dan tak terlupakan. Ketika umurku lima tahun aku dengan semangat memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Azzahra. Saat itu aku mulai memiliki banyak teman dan dikenal sebagai anak yang aktif, karena sering mengikuti banyak kegiatan, mulai dari lomba menggambar, menari, dan fashion show. Seperti anak TK pada umumnya, kala itu segala kegiatan masih terbilang sangat mudah dan ringan untuk dilalui. Dahulu, bahagiaku tidak perlu harus memenangkan perlombaan atau mendapatkan peringkat di kelas, cukup dengan menonton acara televisi di siang hari dan bermain bersama teman-teman saat sore hari saja membuatku merasa senang. (Kepingan Memoriku, Adzra Ghina Alea)

Masa putih abu-abu pun tiba. Namun semua itu tidak berjalan seperti yang  saya bayangkan sebelumnya karena situasi pandemi yang ada. Situasi kami saat itu sangat tidak memungkinkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka sehingga masa pengenalan sekolah kami dilakukan dari jarak jauh. Selama melakukan pembelajaran jarak jauh saya mengalami banyak kesulitan. Pembelajaran jarak jauh pun semakin lama semakin membuat saya jenuh. Melakukan pembelajaran jarak jauh sangatlah tidak mudah. Banyak kendala yang saya hadapi. Meskipun masa pandemi cukup menyulitkan namun ada sisi positif yang dapat saya ambil, yaitu saya menjadi lebih banyak di rumah dan bisa menghabiskan waktu bersama keluarga saya. Hal itu membuat saya semakin bersyukur atas semua yang ada. Berkat pandemi ini saya benar-benar dapat menghabiskan banyak waktu bersama keluarga saya. (Kisahku, Aishah Khumaira Farzana)

Di kala sang surya belum menampakkan dirinya sudah ada seorang ibu yang dengan sekuat tenaga bertaruh nyawa untuk melahirkan seorang anak. Tepatnya pada tanggal 26 Juni tahun 2005 lahirlah seorang anak bernama Aldika Galang Jarmananda.Anak itu diberi nama tersebut oleh sang ayah dan sang ibu bukan tanpa tujuan. Setiap kata dari nama tersebut memiliki arti. Aldika mempunyai makna Alhamdulillah dia kembali ada. Ketika sang ibu mengandung anak keduanya ia mengalami sebuah musibah dan anak yang sedang dikandung pun tidak dapat ia lahirkan. Galang mempunyai makna Gagah Lanang mereka menamakan anak itu dengan nama Galang dengan harapan anak tersebut bisa tumbuh menjadi seorang anak laki laki yang gagah. Nama Jarmananda datang kepada sang ibu ketika sedang tertidur di suatu malam yang sangat tenang dan mendapatkannya dalam mimpi. (Kisah yang Masih Berlanjut, Aldika Galang Jarmananda)

Di masa sekolah SMP ini aku pun mewakili sekolahku untuk mengikuti Young Health Program (YHP), yaitu suatu organisasi internasional yang membahas isu tentang hak anak, kesehatan anak, dan lain sebagainya. Aku mengikuti organisasi ini secara aktif dan sangat bersemangat karena di YHP ini aku mendapatkan pelajaran dan pengetahuan yang belum pernah aku ketahui sebelumnya. Aku juga mendapat kesempatan untuk menjadi pembicara dengan mewakili para remaja dalam isu hak anak di salah satu mall terbaik di Cibinong. Aku bangga dapat membawa harum nama sekolahku. Aku pun mendapat kesempatan untuk terlibat dalam pembuatan film dokumenter tentang YHP. Aku juga aktif di Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) serta menjadi kandidat dalam Pemilihan Ketua OSIS. Namun, aku belum beruntung terpilih menjadi ketua OSIS. Aku mendapatkan jabatan sebagai Sekretaris. Tidak mengapa aku tidak merasa kecewa. Justru dengan itu, aku mendapat kesempatan untuk belajar lebih banyak mengenai kegiatan keorganisasian. Di OSIS, aku banyak belajar bagaimana kita menghargai pendapat orang lain, bagaimana cara menyampaikan pendapat dengan baik, dan dapat menuangkan ide-ide kreatif untuk kemajuan sekolah. (Cerita Tentangku, Alica Kinar Deska)

Terlahir dari keluarga yang mayoritas besar berseragam loreng, sejak kecil aku sudah ditempa dengan pendidikan yang mungkin melalui kacamata orang lain terlihat sadis. Pada usia tiga tahun aku sudah diikutkan bela diri dari Negeri Ginseng, yaitu Taekwondo. Kemudian ibuku yang merupakan seorang kutu buku mewariskan tumpukan buku-buku kepadaku; mulai dari buku novel, komik, hingga ensiklopedia. Warisan harta karun dari ibuku itu secara tidak langsung memberiku gelar kutu buku. Sehingga saat menginjak usia kurang lebih lima tahun aku telah menyelesaikan dua buku dari serial fantasi Harry Potter. (Bernapas, Rehat, dan Romantisasi Hidup, Andi Aviramitha Shalimar Sawerannu)

Pada hari Rabu tanggal 9 Februari tahun 2005 lahirlah seorang bayi perempuan  kecil di sebuah kota dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit dan dikenal dengan sebutan Kota Hujan, yaitu Kota Bogor. Betapa bahagianya seorang ibu melahirkan bayi perempuan kecil nan imut yang beliau beri nama Aura Titania Hadi, yaitu saya sendiri. Baik di lingkungan keluarga maupun pertemanan, saya akrab dipanggil dengan nama Aura. Nama Aura Titania Hadi memiliki arti bahwa saya dapat memancarkan aura dari diri saya sehingga saya dapat menjadi seseorang yang kuat, tabah, dan tenang. Saya lahir dari seorang malaikat cantik bernama Intan Ferania dan ayah kandung saya bernama Teguh Hadi Sulistiono, dan saya memiliki ayah sambung yang sangat menyayangi saya sampai saat ini bernama Yuniar Kuswarsanto. Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara. (Sebuah Kisah Klasik Untuk Masa Depan, Aura Titania Hadi)

Sejak kecil semua orang di sekitar saya memiliki cita-cita. Entah itu menjadi seorang presiden, memiliki banyak uang, mempunyai banyak penggemar atau masih banyak lagi. Sejak saya menginjak jenjang sekolah, teman-teman saya sudah memiliki gambaran hidup yang mereka inginkan pada masa depan walaupun itu tidak realistis. Pada waktu itu saya sangat takjub mendengarkan impian-impian mereka. Namun, saat saya bercermin yang saya lihat hanyalah seorang pemalu biasa. Pada saat itu saya tidak bisa membayangkan sebuah masa depan di mana saya merasa senang dan bebas. Tetapi hal tersebut tidak bertahan lama. Ini lah cerita perjalanan gadis pemalu itu mencari masa depannya. (Mencari Masa Depan, Darin Ariqa Khairunnisa)

Ketika usiaku sekitar 3,5 tahun aku terjatuh yang menyebabkan kepalaku bocor terkena ujung tangga. Saat itu aku sedang bermain boneka bersama kucing dan tidak menyadari jika tangga sedang licin. Aku terbangun dan tidak merasakan sakit sedikit pun tetapi darah menetes dari jidatku. Aku yang saat itu masih kecil tidak mengerti dan kemudian menghampiri ibuku di ruang keluarga. Sontak saja ibuku sangat shock anak perempuannya datang dengan kepala bocor beserta darah yang mengalir deras dari jidatnya, aku hanya bisa tertawa sambil terus mengelap darah yang tidak berhenti mengalir. (Kisah yang Belum Usai, Desak Nyoman Putri. A. W )  

Tetapi meskipun begitu aku memiliki jiwa berpetualang yang tinggi. Aku senang bermain di luar ruangan. Sifatku yang ini pun tidak luput dari cerita menegangkan. Di bawah panasnya terik matahari yang membakar kulit saat hari Jumat aku diperintahkan untuk tidur siang seperti anak seumuran yang lainnya tetapi dengan bersikukuh aku menolak karena ingin main sendiri di luar ruangan. Hal yang selanjutnya terjadi adalah aku dibawa oleh seorang pemulung, tetapi syukurlah digagalkan karena ayahku yang sedang di dalam rumah berlari keluar setelah menyadari ada yang tidak beres dengan anak gadisnya yang satu itu. (Perpaduan Niskala Dalam Kehidupan, Dessinta Aryani)

Aku pun mulai mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yaitu marching band. Aku menjadi pemain pianika juga xylophon. Ekskul marching band ini biasanya digunakan untuk mengiringi lagu pada saat upacara setiap hari Senin. Aku juga sempat satu kali mengikuti lomba marching band sebagai pemain xylophon dan kami mendapatkan juara ketiga. (Teks Cerita Sejarah Pribadi, Dewi Sekar)

Paskibra merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang saya ikuti sejak kelas tujuh. Di sekolah saya, para murid diwajibkan untuk mengikuti minimal mengikuti satu kegiatan ekstrakurikuler. Maka dari itu tanpa ragu saya memilih Paskibra untuk kegiatan ekstrakurikuler yang akan saya ikuti. Paskibra Garuda Dua atau Pasgardu adalah organisasi Paskibra di SMPN 02 Cibinong. Di sini saya mendapatkan sangat banyak pengalaman baru. Selain itu, saya juga mengikuti beberapa perlombaan LKBB atau Lomba Ketangkasan Baris Berbaris bersama teman-teman satu pasukan lainnya. Seringkali kami mendapatkan juara pada beberapa perlombaan dan itu membuat saya sangat bangga akan diri sendiri dan teman-teman. (Jurnal Yang Belum Selesai, Didah Azkiya Armondya)

Melihat telinga kananku meneteskan darah aku segera mengemas buku-buku dan tempat tulisku lalu aku segera bergegas menemui kepala sekolah. Aku berusaha tutup mulut tentang kejadian nahas yang menimpa diriku sebelumnya, tetapi setelah di interogasi oleh kepala sekolah akhirnya aku membuka mulut tentang kronologi kejadian ini. Setelah itu, aku langsung dibawa ke rumah sakit umum terdekat dan setelah menunggu beberapa saat akhirnya giliranku lah untuk mendapatkan perawatan berupa jahitan di telinga kananku.

Pada saat proses penjahitan telinga kananku prosesnya sangat menyiksa walaupun sudah disuntik dengan obat bius tapi tetap saja rasa sakit itu masih bisa kurasakan. Aku menangis dan menjerit kesakitan ketika dijahit. Aku benar-benar tidak kuat menahan rasa sakit saat dijahit, benar-benar menyiksa diriku pada saat itu. Namun, beberapa saat kemudian ayahku datang untuk menemaniku. Dan, pada saat itu aku merasa lega karena akhirnya orang tuaku bisa menemaniku. (Teks Cerita Sejarah Pribadi, Dikko Frentzen)

Suatu hari suara tangisan menggema di sekitar ruangan yang berukuran kira-kira 4×4m². Lahirlah seorang anak perempuan bertubuh mungil. kehangatan selimut kecil berwarna biru memeluknya. Kedua orang tuanya memberikan nama anak itu dengan nama Dinda Salsabila. Kata “Dinda” yang memiliki arti anak kesayangan dan “Salsabila” yang berarti diberi kebesaran, teguh dalam pendirian, bijaksana mengambil keputusan, dan dapat memimpin. Semua orang bersuka cita pada hari itu, 17 September 2005 pada pukul 23.45 WIB. Itulah namaku, nama yang berisi doa dan harapan dari kedua orang tuaku. ( Teks Cerita Sejarah Pribadi, Dinda Salsabila)

Selain itu, aku juga mempunyai teman laki-laki bernama Sulton. Setiap pembagian tempat duduk yang diatur oleh guruku, kami bagai api dengan asap. Empat tahun kami duduk bersama, banyak sekali hal kecil yang kami ributkan di setiap harinya. Ia termasuk anak yang menyebalkan dan suka menjahiliku sehingga membuatku kesal, hingga aku memanggilnya dengan sebutan “Bala”, yang berarti banyak tingkah. Sementara dia memanggilku dengan sebutan “Baper” karena aku yang mudah sekali marah terhadapnya. Meskipun begitu, kami suka berbagi keluh kesah bersama, dan saling mendukung satu sama lain. (Lika–Liku Perjalanan Hidupku, Diniah Wulandari)

Orang tua saya selalu berpesan, “Tidak apa-apa tidak berhasil yang penting Kamu sudah berusaha dengan baik dan mempunyai keberanian untuk mencobanya”. Selama 3 tahun saya menimba ilmu dan banyak sekali pelajaran yang saya dapat. Saya sangat senang di kelilingi oleh orang-orang yang sangat saya sayangi. Itu merupakan suatu rasa syukur saya karena masih bertemu dengan teman-teman yang baik. (Teks Cerita Sejarah Pribadi, Dwi Pawestri)

Biasanya sepulang sekolah ibuku akan menjemputku dari sekolah. Jika di rumah tidak ada pengasuh, ia akan membawaku dan adikku pergi ke kantornya. Dikarenakan aku dan adikku hanya berselisih satu tahun kami bagaikan anak kembar yang tak dapat dipisahkan, bahkan tidak sedikit juga yang mengira bahwa kami adalah anak kembar. Pernah suatu hari ibu tidak membawa kendaraannya ke kantor, dan kami harus menggunakan kendaraan umum untuk bisa kembali ke rumah. Dikarenakan cuaca yang tidak mendukung, rintikan hujan mulai menyapa di sore hari itu. Ibu yang tidak ingin kami terkena flu, melindungi kami dengan memasangkan kain pada masing-masing kepala kami hingga membuat seorang ibu yang berada dekat dengan kami,bertanya jika kami adalah anak kembar. Ibuku terkekeh menanggapi pertanyaan itu. Dan, aku tidak begitu mendengar apa yang mereka bicarakan selanjutnya. Perjalanan menuju rumah masih sangat jauh dan matahari sudah digantikan bulan. Aku dan adikku yang kelelahan memilih untuk tertidur dalam pelukan hangatnya. (Memori yang Berputar, Ghinaandhiyaa Pradja Wibowo)

Tahun demi tahun pun berganti. Di penghujung tahun 2019 menuju 2020 terjadi peristiwa besar yang mengubah hidup kami semua. Kemunculan kasus COVID-19 pertama kali menjadi awal pandemi di seluruh dunia. Seluruh sekolah, kantor dan tempat-tempat wisata ditutup untuk mencegah terjadinya kenaikan kasus COVID-19, termasuk MTs Negeri 3 Bogor tempatku bersekolah. Awalnya diumumkan bahwa sekolah hanya akan diliburkan selama 2 minggu, tetapi kenaikan kasus COVID-19 yang semakin parah menyebabkan libur diperpanjang. Akhirnya, aku dan teman-temanku yang tengah berada di tahun terakhirku di sekolah menengah pertama (SMP) batal mengikuti ujian akhir sekolah dan ujian nasional sebagai syarat kelulusan. (Diari Hidupku, Hana Zahra Anabela)

Sekolahku yang baru merupakan sekolah alam, kelasnya didesain seperti pondok atau saung. Terdapat kolam ikan yang besar, serta kebun yang ditanami berbagai macam tanaman, tak lupa kandang sapi dan ayam turut menghiasi pekarangan belakang sekolah. Di sekolahku ini pula aku menemukan jiwa petualang. Setiap hari Jum’at selepas shalat Duha selalu diadakan kegiatan di luar ruangan, seperti tracking sawah, autbond, hingga flyfox. Setiap tahun juga diadakan super camp di mana kami menginap tiga hari dua malam di hutan khusus bagi kelas 4, 5, dan 6. Tidak lupa pula Peradaban Festival yang merupakan sebuah acara perlombaan besar di mana mengundang banyak sekolah di kota Serang dari tingkat SD hingga SMA. Hari-hariku di sana dilalui dengan penuh kegembiraan dan petualangan baru. Aku pun pulang membawa seribu cerita yang selalu aku ungkapkan kepada kedua orang tuaku. (Euonia yang Menciptakan Baswara, Hiya Naura Aini)

Rasanya ingin kuputar balikan waktu untuk mengenang masa kecilku. Namun yang namanya manusia pasti harus berkembang dan beranjak lebih dewasa. Sejak SMP aku belum aktif dalam organisasi. Namun entah mengapa pada saat kelas 1 SMA aku berpikir ingin mengikuti sebuah organisasi karena menurutku apa salahnya keluar dari zona nyaman dan mencoba hal baru. Menurutku, banyak sekali kelebihan yang akan aku dapat jika aku mengikuti sebuah organisasi di SMAVO. Pada saat itu, OSIS SMAN 2 Cibinong membuka sebuah open recruitment bagi siswa-siswi baru. Langsung saja aku mendaftarkan diriku di OSIS SMAN 2 Cibinong karena kebetulan kakakku juga pernah menjabat di OSIS SMAN 2 Cibinong. Banyak sekali ilmu-ilmu yang kudapat dari kakakku tentang open recruitment, mulai dari membuat video perkenalan, tata cara wawancara yang baik dan benar, dan masih banyak lagi. (Keluar Dari Zona Nyaman, Keia Tirta)

Aku merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang memiliki seorang kakak perempuan dan adik perempuan. Hal itu menjadikan ayahku sebagai seorang pria satu-satunya di keluargaku. Meskipun aku bukan anak sulung atau cucu pertama dalam keluarga, kehadiranku amat sangat dinantikan. Dahulu, nenekku sangat mendambakan seorang cucu nan mungil yang berkulit sawo matang, rambut berwarna hitam pekat tetapi lurus dan lebat bak hutan rimba. Keinginan nenekku itu dijawab oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan kehadiranku. Kesenangan juga dirasakan kakakku karena ia akhirnya memiliki seorang teman di keluarganya. Ia selalu berdoa agar diberikan seorang adik perempuan yang dapat diajak bermain boneka bersama. (Goresan Tinta Kehidupan, Khairuna Nofitriani)

Karena selama berada di TK aku menggunakan antar-jemput sebagai transportasi dan rumahku cukup jauh dari sekolah aku sudah berkunjung ke berbagai tempat di sekitar Cibinong karena mengantar teman-teman yang berada di dalam antar-jemput yang sama. Aku memiliki beberapa teman dekat selama di TK. Mereka adalah Dania, Fattan, Firly, Putri, dan Sekar. Kami sering bermain bersama di playground saat jam istirahat dan juga sering bersama bila ada acara di luar sekolah, misalnya saat jalan-jalan ke Ancol. (Ragam Warna Kehidupanku, Khalda Salsabila)

Lembaran Hitam Putih Hidupku   214

Mazaya Raini Nurmaliza 

Jejak Menuju Maturitas  224

Nadira Basilla Firmansyah  

Senandika Seorang Wanodya  234

Nesha Oktaviana 

Wisata Kenangan   245

Nurul Ramadhani Putri

Kenangan Manis yang Penuh Pelajaran   256

Olsyen Akbar Pramudya Ananda 

Kisahku   263

Pandu Rahmadhani Tahir 

Goresan Jiwa di Atas Aliran Memori 271

Puti Rania Faiza 

Ini Manis Saat Aku Mengingatnya  278

Sany Nur Imammah  

Narasi Lampau yang Berkilau   288

Shakila Natasya 

Tangga Kehidupan   296

Sigit Ramadhan  

Tentang Diriku   304

Tasya Lailatuzzahra 

Memutar Kembali Masa Lampau   314

Valerina Hanna.S 

Untuk informasi lebih lanjut