Perjalanan dan Perkembangan Masjid Al Atiqiyah – Museum Keris Karadenan

cover Perjalanan dan Perkembangan Masjid Al Atiqiyah dan Museum Keris (sumber: CV CMJ)

Penulis          :  Akna Mumtaz Ilmi, dkk

QRCBN          : 62-839-5728-542

Penyunting   : Neneng Hendriyani

Lay out          : Tim CMJ

Desain Sampul: Tim Naskah X11  

Cetakan Pertama, Mei 2023

Kata “Masjid” berasal dari kata sajada-sujud yang berarti patuh, taat, serta tunduk penuh hormat, takzim. Sujud dalam syariat yaitu berlutut, meletakkan dahi, kedua tangan ke tanah adalah bentuk nyata dari arti kata tersebut. Oleh karena itu, bangunan yang dibuat khusus untuk salat disebut Masjid yang artinya tempat untuk sujud (Shihab, 1997:459). Menurut Eman Suherman, Masjid secara harfiah adalah tempat sembahyang, tetapi dalam bahasa Arab berarti tempat sujud, karena berasal dari kata sajadah. Sebagai tempat sujud, Masjid memiliki makna yang lebih luas, bukan sekedar gedung, sebab di mana pun umat Islam bisa melaksanakan sujud atau penghambaan kepada Allah SWT. Pada intinya masjid merupakan tempat yang sangat penting bagi seluruh umat Islam, karena di tempat itulah umat Islam menjalankan ibadahnya.

 Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas mengenai Masjid Al-Atiqiyah beserta Museum Keris Karadenan. Kami membahasnya dikarenakan masih banyak orang yang belum mengetahui bahwa ada tempat yang memiliki sejarah Islam seperti Masjid Al-Atiqiyah yang berada di Karadenan ini. Selain itu, masjid ini bisa dikatakan unik; unik karena jarang sekali ada museum yang terletak di lantai dua masjid seperti Masjid Al-Atiqiyah ini. Kami juga ingin mengembangkan nama Masjid Al-Atiqiyah dan Museum Keris yang letaknya berada di tengah-tengah pemukiman warga, sehingga jarang ditemui orang-orang.  Selain masjid, di lokasi yang sama juga terdapat Museum keris dan makam keramat. Masjid ini seperti masjid pada umumnya yaitu berfungsi sebagai tempat ibadah. Hal tersebut diperkuat oleh Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2015 tentang museum. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat.

Pada bulan Februari di minggu pertama dan kedua, kami mengobservasi tempat bersejarah yang ada di Jl. Kaum 1 R.T 04 R.W 04 Kelurahan Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor yang berbentuk Masjid Islam Tertua di Priangan Barat beserta Museum Keris yang terdapat di lantai 2 Masjid Tersebut. Kami meneliti 2 tempat bersejarah sekaligus di Jl. Kaum 1 ini, yakni Masjid dan Museum.

Di lantai pertama terdapat Masjid. Masjid yang kami datangi dikenal sebagai pusat perkembangan Islam Tertua di Priangan Barat. Bukti bahwa Masjid ini merupakan Kerajaan Islam tertua di Priangan Barat adalah terdapat tulisan atas nama Prabu Sri Baduga Maharaja Ratu Haji Siliwangi dan Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, yang kamudian bermoyangkan Nabi Muhammad SAW. Itulah yang membuat Masjid dan Kampung Karadenan Kaum menjadi istimewa. kampung itu merupakan pusat perkembangan agama Islam tertua di Priangan Barat. Di lantai kedua terdapat museum keris yang berisikan benda pusaka seperti keris, gong, batu peninggalan dan benda pusaka yang lainnya.

Pengertian Museum menurut International Council of Museums (Eleventh General Assembly of ICOM, Copenhagen, 14 June 1974) yaitu Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, dengan sifat terbuka dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Museum adalah suatu lembaga tetap tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, merawat, melestarikan, mengkaji, mengkomunikasikan bukti material hasil budaya manusia, alam, dan lingkungannya (Wardana 25).

Berdasarkan latar belakang dan mengacu kepada prinsip-prinsip dasar maka pendirian Museum Keris Karadenan juga termotivasi ketika peninggalan-peninggalan pusaka dari para leluhur yang berada pada masyarakat Karadenan dari masa ke masa atau dari tahun ke tahun keberadaanya semakin berkurang jumlahnya yang disebabkan benda pusaka tersebut banyak yang dihibahkan oleh pemiliknya kepada orang lain, yang dikarenakan ketidak mampuan dalam perawatannya yang pada akhirnya keberadaan benda-benda pusaka tersebut sudah tidak jelas lagi keberadaannya. Sebagai antisipasi dari kepunahan dan untuk menyelamatkan pusaka-pusaka yang masih ada maka pada tanggal 1 November 2015 Museum Keris Karadenan didirikan atas gagasan Bapak R. Dadang Supadma yang disepakati dan disetujui oleh Drs. R.H. Sudirja (Ketua Dewan Kemakmuran Mesjid), R. Adi Wijaya, S.Pd (Ketua RW 04), Bapak H. Karyawan Faturahman (Tokoh Budayawan Bogor), para Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda, para pemilik pusaka dan masyarakat Karadenan Kaum.*)

Kompilasi Cerita Muara Beres

Cover Kompilasi Cerita Muara Beres (Sumber: CV CMJ

Penulis          :  Anggit Destra Atmaja dkk

QRCBN          : 62-839-1120-858

Penyunting   : Neneng Hendriyani

Lay out          : Tim CMJ

Desain Sampul: Salma Nur Zafira

Cetakan Pertama, Mei 2023

Setiap wilayah di Indonesia memiliki ciri kebudayannya sendiri yang berbeda dari wilayah lain. Untuk masa ini melestarikan kebudayaan menjadi tantangan bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia. Melestarikan kebudayaan juga merupakan tanggung jawab bagi para pemuda-pemudi di Indonesia yang akan menjadi penerus bangsa. Kami sebagai para pelajar yang menjadi bagian dari pemuda-pemudi bangsa mengambil keputusan untuk ikut serta dalam melestarikan kebudayaan. Dengan memanfaatkan adanya P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) di sekolah yang merupakan bagian dari bagian  kurikulum merdeka memudahkan kami untuk mempelajari dan melestarikan  budaya. Di tema 3 yang bertemakan kearifan lokal ini kami ditugaskan untuk membuat buku yang mMbahas kearifan lokal wilayah kecamatan Cibinong. Tidak terbayang oleh kami harus membuat buku dari tema kearifan lokal kecamatan Cibinong, karena kami pikir sedikit sekali yang bisa kami pikirkan tentang Cibinong, tetapi setelah kami observasi ternyata banyak sekali cerita sejarah kearifan lokal Cibinong.

Kearifan lokal adalah identitas atau ciri khas etika dan nilai budaya yang berada di masyarakat lokal dan diturunkan dari generasi ke generasi. Dengan pengertian dari kearifan lokal di atas, kami sepakat untuk mengambil tema Muara Beres dengan judul buku “Kompilasi Cerita Muara Beres”. Alasan kami mengambil tema ini adalah karena di wilayah Muara Beres, Sukahati, terdapat banyak misteri dan kebudayaan sejarah mulai dari tradisi, mito,s dan larangan, bahkan ada cerita yang diyakini oleh masyarakat bahwa Muara Beres memiliki kerajaan yang bernama Kerajaan Muara Beres.

Dengan adanya cerita ini menjadikan Muara Beres sering dikunjungi oleh mahasiswa dan bahkan para sejarawan yang berusaha mengupas misteri dari Kerajaan ini. Namun, hingga buku ini diterbitkan belum ditemukan bukti otentik yang menyatakan bahwa di Muara Beres pernah berdiri sebuah kerajaan sehingga cerita ini hanya bisa dijadikan keyakinan oleh masyarakat sekitar. Namun demikian, cerita mengenai Kerajaan Muara Beres ini terkenal hingga ke Banten. Ada beberapa bukti yang digunakan untuk mendukung keberadaan kerajaan ini, contohnya masyarakat yang tinggal di wilayah Muara Beres sebagian besar merupakan keturunan darah biru dengan memakai gelar “Raden” di depan namanya.

Dalam penulisan buku berjudul Kompilasi Cerita Muara Beres ini kami memilih jenis naskah menggunakan naskah naratif dan deksripsi. Naratif adalah bersifat narasi; bersifat menguraikan (menjelaskan dan sebagainya) dan deksripsi adalah bersifat deskripsi; bersifat menggambarkan apa adanya.Alasannya adalah karena kami mengangkat tema cerita yang beredar di masyarakat Muara Beres yang akan kami uraikan sejarah kerajaan berdirinya, keruntuhannya, dan keturunan-keturunannya dan kami juga akan menggambarkan peninggalan-peninggalan Kerajaan Muara Bers, tradisi-tradisi masyarakat Muara Beres, mitos dan juga larangan yang dipercayai oleh masyarakat di sekitar Muara Beres.

Untuk memudahkan pembaca menentukan inti dan kesimulan maka buku ini akan dibagi menjadi lima bab. Pada bab pertama berisi 4 sub bab, yaitu latar belakang, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan. Latar belakang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai apa yang ingin disampaikan dan menjelaskan alasan pemilihan tema. Tujuan dan manfaat penelitian bertujuan untuk memberikan motivasi pembaca untuk membaca buku ini agar mendapat manfaat yang berguna. Pada sub bab terakhir di bab satu berisi sistematika penulisan yang ditulis dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui semua informasi dengan jelas dan tepat dari isi buku ini sehingga tidak akan terjadi kesalahan saat membaca.

Bab dua berisi penjelasan mengenai Muara Beres Zaman Kolonial Belanda, Kerajaan Muara Beres, peninggalan dan silsilah keturunan-keturunannya.

Bab tiga berisi tradisi, mitos dan larangan yang ada di masyarakat.

Bab empat berisi simpulan, saran, waktu dan lokasi penelitian serta dokumentasi kegiatan yang telah kami lakukan dalam rangka mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.

Dapatkan e-booknya dengan menghubungi https://bit.ly/2mn0ZLN

Akar Lampau Peribadatan 3 Umat di Bek Ang Cibinong – Bogor

Cover Akar Lampau Perubadatan Tiga Umat Beragama di BekAng Cibinong-Bogor (sumber: CV CMJ)

Penulis               :  Argya Reizend Miftahul Putri, dkk

QRCBN             :   62-839-5760-932

Editor                 :  Neneng Hendriyani

Lay out              :  Tim CMJ

Desain Sampul :  Sabrina Alya Nursadila

Cetakan Pertama, Mei 2023

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan dengan total 17.508 pulau. Dengan luasnya wilayah Indonesia, keanekaragaman budaya yang dimiliki juga melimpah. Tanpa keanekaragaman, Indonesia tidak dapat mencapai titik saat ini. Keanekaragaman ini mencakup suku, budaya, dan agama. Berdasarkan catatan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, hingga tahun 2010 tercatat ada 1300an lebih suku bangsa di Indonesia. Sementara, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Bahan Bahasa Kemendikbud) telah memverifikasi 718 bahasa daerah di Indonesia. Sejak lama, sudah diketahui bahwa agama-agama yang dianut oleh penduduk Indonesia, jumlahnya ada 6 agama, yaitu agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Dengan keanekaragaman yang sedemikian rupa tentunya perlu dijaga dengan toleransi.

Contoh perwujudan toleransi keberagaman beragama dapat ditemukan di salah satu daerah di Cibinong, yaitu di Bek Ang Kostrad, sebuah komplek TNI AD yang secara administratif tercatat berada di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Di komplek ini terdapat 3 rumah peribadatan, yaitu Masjid, Pura dan Gereja Kristen Protestan.

Dit Bek Ang adalah sebuah pemukiman tentara yang terletak di Jl. Raya Jakarta – Bogor KM. 44 Cibinong, Kabupaten Bogor. Bek Ang merupakan salah satu komplek yang dihuni oleh warga dengan berbagai macam agama. Dimulai dari Islam, Kristen, hingga Hindu. Oleh karena itu juga komplek ini menyediakan 3 tempat ibadah yang berdekatan dalam satu kawasan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, warga di sini memiliki toleransi beragama yang tinggi.

Toleransi berasal dari kata toleran yang berati menahan diri, sabar, dan menghargai orang lain. Jadi toleransi itu adalah sifat atau sikap toleran. Toleransi juga merupakan sikap dasar dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Dengan bertoleransi, kita bisa belajar keluar dari zona nyaman dan memahami pentingnya untuk menghormati dan menghargai orang lain. Toleransi juga dapat meningkatkan rasa persaudaraan antarsesama. Hal ini terjadi lantaran adanya rasa pengertian dan saling memahami antarmanusia baik dalam satu kelompok atau antarkelompok. Maka dari itu, kami memutuskan untuk memilih topik tentang “Akar Lampau Peribadatan 3 Umat di Bek Ang Cibinong.” Sehingga dengan memaparkan salah satu bentuk toleransi yang sudah terealisasi di wilayah Cibinong tersebut, kami berharap buku ini dapat menyirami rasa toleransi yang sudah tertanam sejak dulu di dalam masyarakat Indonesia.

Masjid Al-Ishlah

Bek Ang yang berada di wilayah komplek Angmor Dua, memiliki jumlah masyarakat yang cukup banyak dan memiliki jumlah presentasi 80% warga muslim. namun pada tahun 1969 warga Bek Ang tidak memiliki masjid.

Pendiri masjid Al-Ishlah dulu adalah seorang komandan yang memiliki toleransi sangat besar karena ia bukan seorang muslim melainkan beragama nasrani. Pada saat itu dibangun TPA kemudian dijadikan SDIT.  Masjid Al Islah sendiri memiliki arti perdamaian.

Komplek Bek Ang adalah komplek yang berisi sekumpulan warga yang berasal dari bermacam-macam suku dari Aceh sampai Irian.

Setelah pembangunan masjid selesai kemudian orang Kristen menyusul membuat gereja, dan terakhir barulah membangun Pura sebagai tempat ibadah orang Hindu.

Setelah pembangunan masjid sudah maju, oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab melaporkan kepada Yayasan Jakarta. Yayasan Jakarta merebut masjid pada tahun 2006 sehingga terjadilah koflik perebutan masjid. Dengan kekuasaan Tuhan YME dengan bantuan Allah SWT warga meminta petujuk rahmat Allah dengan mendoakan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut agar terkena stroke.  Dengan rahmat Allah SWT oknum-oknum tersebut benar-benar terkena stroke.  Oknum pertama terkena stroke selama 10 tahun. Oknum kedua mengalami stroke hingga matanya buta. Dan yang ketiga mengalami stroke selama 6 tahun. Sisanya diberikan keselamatan dan kesehatan.  

Masjid Al-Ishlah kemudian kembali dibangun seiring perjalanan zaman. Masjid direnovasi dengan menelan biaya sekitar 500 juta lebih.  Dahulu masjid Al-Ishlah masih panas, namun setelah direnovasi masjid semakin nyaman dan tidak lagi kepanasan. Proses renovasi memakan waktu cukup lama. Yaitu sekitar 6 bulan lebih.

Pada akhirnya pembangunan dan renovasi masjid Al-Ishlah berhasil dilaksanakan dengan biaya yang sangat besar. Perlu diketahui bahwa Ketua Pembangunan Masjid Al-Ishlah jujur dan amanah serta tidak melakukan korupsi. Harapan untuk masjid Al-Ishlah ke depannya adalah semoga masjid Al-Ishlah semakin maju dan berkembang, kemudian semoga jama’ah semakin banyak.

Gereja GPIB Pengharapan

Dahulu, banyak warga di sekitar Bek Ang di antaranya merupakan tentara yang tidak punya tempat ibadah. Dari tahun ke tahun, akhirnya mereka merasa membutuhkan gereja yang dekat dengan rumah dan tempat dinasnya. Dahulu Bek Ang masih menjadi pos pelayanan. Dulu kebanyakan jamaat adalah orang di lingkungan ini. Lama kelamaan jumlah jemaat mulai berkembang. Warga jemaat bukan hanya dari sekitar sini saja, tetapi sudah dari luar. Ada yang dari Kelurahan Karadenan, Sukahati, Bogor, hingga Pabuaran.  Tercatat gereja ini sudah memiliki jamaat sejumlah 650 Kartu Keluarga.

Pemimpin dari gereja ini adalah pendeta yang disebut Ketua Majelis Jemaat dengan domisili Jakarta. Kini para pendiri gereja Bek Ang sudah tiada. Di antara mereka adalah Bapak Lintong, Ibu Jado, Pak Beni, dan Bapak Sujaddi.

Di komplek ini ada beberapa tempat salah satunya ada satu rumah tempat tinggal pendeta yang disebut pastori. Selain itu terdapat ruangan pelayanan Kesehatan, PAPT pembinaan pelayanan anak dan taruna serta gereja utama.

Gereja GPIB luasnya sekitar 350 meter ruang gereja. 100.000 meter keseluruhan kurang lebih. Tidak terdapat hambatan maupun masalah dalam pembuatan gereja.

Kemudian GPIB Bek Ang mengadakan ibadah pada hari minggu 3 kali dalam satu hari yaitu jam 6 pagi, jam 9 pagi, jam 5 sore (Senin libur).

Pura Raditya Dharma

Dalam dekade sekitar tahun 1960-an sebagian umat Hindu dari Bali mengabdikan dirinya sebagai Tentara Nasional Indonesia dan PNS di lingkungan TNI-AD yang bermukim di lingkungan Komplek Dit Bek Ang AD Cibinong Bogor. Karena setiap melakukan persembahyangan selalu berpindah-pindah dari rumah umat satu ke umat yang lainnya sehingga dikhawatirkan mengganggu ketentraman masyarakat sekitar. Akhirnya umat Hindu saat itu memikirkan tentang adanya pembangunan tempat ibadah yang memadai (Pura) agar dapat melakukan kegiatan keagamaan dengan lebih mudah. Pada awalnya perjalanan pembangunan Pura mengalami kendala, karena belum adanya organisasi resmi untuk menangani pembangunan Pura tersebut. Timbullah gagasan untuk mendirikan organisasi bernama Tempek Bek Ang yang berada di bawah Banjar Bogor, dan pada tanggal 8 Agustus 1984,

berkumpullah umat Hindu Cibinong di kediaman Letnan Satu Nengah Nugra. Saat itu, terpilihlah secara aklamasi para pengurus Tempek Bek Ang dengan susunan sebagai berikut:

Ketua: Mayor CPL Ketut Berana

Wakil Ketua: Sang Made Sidan

Sekretaris: Nyoman Sepir

Bendahara: Ketut Sorem

Seksi Pendidikan dan Agama: Lettu Nengah Nugra

Setelah berdirinya organisasi sosial keagamaan Tempek Bek Ang umat Hindu mulai bertekad mendirikan sebuah Pura di wilayah komplek Bek Ang walaupun pada saat itu sangat minim dana dan sumber daya manusia. Tetapi, seorang Komandan Batalyon saat itu, Letkol Cam Muproil selaku Komandan Batalyon Angkomposit Kostrad memberi dukungan moriil secara penuh. Maka, pada tanggal 12 November 1984, diajukan surat permohoan untuk mendirikan Pura kepada KAJAN ANGRAT MIL yang berkedudukan di Jakarta dengan tembusan Komandan Batalyon Angkoposit Kostrad yang berkedudukan di Cibinong, ditandatangani oleh Bapak Nyoman Sepir atas nama Umat Hindu Cibinong.

Kemudian, turun sebuah surat Perintah Nomor: SPRIN/1171/XII/1984, tanggal 11 Desember 1984 dari KAJAN ANG RAT MIL yang berkedudukan di Jakarta memerintahkan kepada Komandan Komplek Jang Ang Ratmil dan para anggota/warga umat Hindu yang bertempat tinggal di Cibinong dan sekitarnya agar menunjuk dan menyiapkan lokasi untuk pembangunan tempat ibadah/Pura di lingkungan Komplek Jang Ang Ratmil  Cibinong yang ditandatangani oleh Kolonel Kap. SOEHARDO. Nrp. 166302.

Lokasi terpilih untuk mendirikan bangunan Pura adalah sebidang tanah negara tepat berada di sebelah bangunan Gereja GPIB Pengharapan dengan luas kurang lebih 1.300 meter persegi. Bermodal nekat dengan swadaya umat yang perekonomian serba kekurangan, bangunan Pura akhirnya bisa terbentuk dengan tembok batako dan Padmasana yang terbuat dari cetakan beton yang bentuknya sangat sederhana. Pura ini disepakati umat Hindu dan para pendiri untuk dinamai Pura Raditya Dharma Cibinong.

Setelah tahun 1984, dimulailah pembangunan beberapa bangunan lain dalam areal Pura, contohnya adalah Aula, gudang, perbaikan pagar Pura dan lain lain. Tercatat hingga saat ini, sudah dilakukan 3 kali renovasi pada Pura Raditya Dharma.

Sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan umat Hindu di luar komplek Bek Ang Cibinong yang semakin pesat, maka tempek Bek Ang Shanty Paramita membentuk Korwil (koordinator wilayah) yang berfungsi untuk menaungi umat Hindu yang bermukim di luar komplek Bek Ang. Terdapat beberapa Korwil tergantung tempat bermukim umat Hindu terbanyak, yaitu Koorwil Ciriung, Koorwil Citeureup, Koorwil Pemda. 

Pada tanggal 14 Januari 2001 terbentuklah organisasi bernama Banjar Cibinong. Saat itu juga, penggunaan nama Korwil diubah menjadi Tempek. Banjar Cibinong berfungsi menaungi kegiatan dan membawahi 4 Tempek, yaitu: Tempek Bek Ang, Tempek Ciriung, Tempek Citeureup dan Tempek Pemda. Banjar dan tempek ibarat Kelurahan dan RW. Banjar ibarat sebagai kelurahan yang wilayahnya luas, berfungsi menaungi seluruh kegiatan dari Tempek, yang ibarat sebagai RW-RW dengan wilayah yang kecil. Dengan ini, Pura Raditya Dharma Cibinong, resmi dipimpin dan diurus oleh Banjar Cibinong.

Setelah terbentuknya Banjar Cibinong seluruh pengurus sepakat agar setiap Tempek mengganti namanya masing-masing, yaitu:Tempek Bek Ang berganti nama menjadi tempek Shanty Paramita

Tempek Pemda berganti nama menjadi Tempek Kusuma Bhakti

Tempek Ciriung berganti nama menjadi Tempek Widya Guna

Tempek Citeureup berganti nama menjadi Tempek Puspa Lingga

Penglingsir atau perintis Pendirian Pura Raditya Dharma berjumlah 40 orang, yaitu:

  1. I Ketut Berana
  2. I Ketut Sutama
  3. I Nyoman Sepir
  4. I Wayan Tunas
  5. I Made Tjontok
  6. Sang Made Sidan
  7. I Nyoman Manit
  8. I Wayan Mudra
  9. I Gusti Ngurah Irvin
  10. I Nyoman Rinata
  11. I Ketut Sorem
  12. I Made Ruma
  13. I Made Widia
  14. I Nengah Nugra
  15. I Made Sumada
  16. I Wayan Murka
  17. Agung Malen
  18. I Wayan Catra
  19. I Gusti Ngurah Supardan
  20. I Nengah Kasa
  21. Gede Mangku
  22. I Wayan Lamud
  23. I Wayan Wija
  24. Ida Bagus Alit
  25. Ida Bagus Rai
  26. Ida Bagus Rai Sugata
  27. I Nengah Dana
  28. Resi Gusti Ngurah Dharma Yuda
  29. Agung Nalendra
  30. Bagus Renes
  31. I Wayan Urdiasa
  32. I Wayan Sudiarta
  33. I Nyoman Susila
  34. I Gusti Ngurah Rai
  35. I Made Rai
  36. I Wayan Astawa
  37. I Made Sujana
  38. I Wayan Kompol
  39. I Wayan Siana
  40. I Wayan Merta

Dapatkan ebooknya dengan menghubungi https://bit.ly/2mn0ZLN

Pesona Kebun Raya Cibinong

Cover Pesona Kebun Raya Cibinong (Sumber: CV CMJ)

Penulis               :  Amanda Muthia, dkk

QRCBN               :   62-839-9102-494

Editor                 :   Dina Ardianti

Lay out               :   Tim CV CMJ

Desain Sampul:   Danika Pramesti

Cetakan Pertama, Mei 2023

Bogor memang selalu menyimpan wisata alam yang tiada habisnya. Namun, tahukah Anda bila di daerah Cibinong, Kabupaten Bogor, terdapat sebuah kebun raya yang indah dan asri. Namanya adalah Kebun Raya Cibinong.

Kebun Raya Cibinong biasa disebut dengan turunan dari Kebun Raya Bogor. Sama halnya dengan Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibinong juga menyimpan banyak koleksi tumbuhan dan keanekaragaman hayati. Ada sekitar lebih kurang seribu spesies tumbuhan tropis dataran rendah yang bisa Anda nikmati di kawasan wisata alam ini.

Mengapa bisa disebut sebagai turunan dari Kebun Raya Bogor? Hal ini disebabkan karena Kebun Raya Cibinong merupakan tempat pelengkap kekurangan tumbuhan di Kebun Raya Bogor yang terdiri dari spesies tanaman yang belum tersedia di Bogor.

Kebun Raya Cibinong juga menjadi tempat rehabilitasi tumbuhan yang sudah mulai langka dan tidak tersedia lagi di mana pun. Terdapat beberapa tanaman langka yang dirawat dan dikembangkan oleh penjaga dan petugas perawatan di Kebun Raya Cibinong ini. Selain itu, petugas bagian merawat tumbuhan di Kebun Raya Cibinong ini merupakan seseorang yang memiliki pengalaman mengenai pembibitan serta perawatan tumbuhan. Hal itu menjadikan tumbuhan di kebun raya ini menjadi sangat terjaga dan terawat.

Terkait kemampuan petugas Kebun Raya Cibinong, terdapat kutipan pernyataan dari narasumber. Kutipan ini menggambarkan kemampuan petugas Kebun Raya Cibinong.

Ada yang namanya Pak Teguh, beliau ini sangat pengalaman dalam melakukan pembibitan dan perawatan tumbuhan. Ia juga pernah menjuarai Lomba Sains tingkat Nasional dan meraih Juara 2, bahkan sampai mengalahkan seorang professor.”

(Sumber : Kak Faried-Narasumber)

Berdasarkan hal di atas, diketahui bahwa pengelola dan pihak yang terlibat dalam proses pengembangan dan pembibitan di Kebun Raya Cibinong adalah orang-orang yang sangat berpengalaman dan paham di bidangnya. Maka dari itu, Kebun Raya Cibinong menjadi salah satu tempat konservasi lingkungan dan tumbuhan langka dalam pembibitan tumbuhan-tumbuhan yang ada di Indonesia.

Awal berdirinya Kebun Raya ini dicetus oleh Ibu Hj. Sugiarti bersama rekan-rekannya yang di antaranya bernama Bapak H. Gogo dan Bapak H. Tahrodin. Setelah itu, pengelolaan dan pengembangannya dipegang alih oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang sekarang dikenal sebagai BRIN (Badan Riset Inovasi Nasional).

Kebun Raya Cibinong dikelola langsung oleh BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) yang sebelumnya dikelola oleh  LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Alasan pergantian nama lembaga tersebut adalah karena Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah dilebur menjadi organisasi riset di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Peleburan tersebut berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 78 Tahun 2021 tentang Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Dalam Perpres tersebut, diatur bahwa semua lembaga penelitian harus diintegrasikan ke dalam BRIN. BRIN adalah lembaga non-kementrian yang posisinya berada di bawah Presiden Indonesia melalui menteri yang ada dan membidangi urusan pemerintahan terkait riset dan teknologi. Staf pengelola Kebun Raya Cibinong terdiri dari beberapa staf kantor, penjaga keamanan dan juga petugas perawatan dan kebersihan. Petugas perawatan dan penjaga keamanan terdiri dari lebih kurang 50 orang, sedangkan staf dan manajemen kantor lebih kurang 23 orang.

Kebun Raya Cibinong merupakan salah satu dari enam kebun botani di bawah naungan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Bogor sebagai pihak pemberi anggaran penataan hutan di tengah kota. Kebun Raya Cibinong ini sudah dibuka untuk umum sejak tahun 2005 dengan nama Ecopark (Ecology Park), lalu pada tahun 2018 sampai 2020, pihak pengelola wisata melakukan penataan ulang pada kawasan wisata hijau ini. Oleh karena itu, akhirnya Ecopark berganti nama menjadi Kebun Raya Cibinong.*)

Sejarah Berdirinya Stadion Pakansari

Cover Sejarah Berdirinya Stadion Pakansari (sumber: CV CMJ)

Penulis               :   Asep Badru Zaman, dkk.

QRCBN               :   62-839-3322-655

Editor                 :   Dina Ardianti

Lay out               :   Tim CMJ

Desain Sampul :   Hawa

Cetakan Pertama, Mei 2023

Penerbit

Cakrawala Milenia Jaya

Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No.11-12

Cibinong – Bogor Jawa Barat

cakrawalamileniajaya@gmail.com

https://cakrawalamj.co.id

IG: cakrawalamilenia

Jumlah halaman xiv + 48

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

A.    Sejarah Stadion Pakansari

Teman-teman sekalian, apakah kalian pernah mendengar  sejarah Stadion Pakansari? Nah, kali ini kami ingin menceritakan kepada kalian semua tentang sejarah Stadion Pakansari. Seperti yang kalian tahu, Stadion Pakansari terletak di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tapi kalian tahu tidak, sih? Sebelum dibangunnya Stadion Pakansari, tempat tersebut dahulunya adalah sebuah pemukiman yang dikelilingi pohon-pohon. Di pemukiman tersebut terdapat lingkungan RT 04 dan 05 yang tinggal di daerah setempat. Lalu, pemukiman tersebut digusur karena lahan tersebut akan dibeli oleh pemerintah dan akan dibangun stadion. Para warga yang sebelumnya tinggal di daerah tersebut sekarang berpindah ke berbagai tempat. Ada warga yang masih tinggal di sekitar stadion dan ada juga yang berpindah ke kampung halaman mereka.

Kalian tahu tidak mengapa Stadion Pakansari dibangun di daerah Pakansari? Pada tahun 1990, Pemerintah Kabupaten Bogor memindahkan kantor administrasinya ke daerah Cibinong dari pusat Pemerintahan Kota Bogor. Pada tahun yang sama, pembangunan kantor pemerintahan mulai dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Bogor termasuk daerah Pakansari. Kemudian, pada tahun 1999, Kabupaten Bogor ditunjuk menjadi tuan rumah Porda  VI. Kalian tahu tidak apa itu Porda? Porda merupakan kepanjangan dari Pekan Olahraga Daerah. Porda merupakan ajang kompetisi yang bertujuan meraih prestasi dalam bidang olahraga dan memiliki tujuan khusus untuk melahirkan atlet-atlet yang memiliki potensi untuk mewakilkan daerah dan negara pada kompetisi ajang tingkat nasional dan internasional. Kompetisi Porda diselenggarakan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) adalah organisasi yang bertanggung jawab untuk mengelola, membina, mengembangkan, dan mengoordinasikan seluruh pelaksanaan kegiatan olahraga.

Pembangunan Stadion Pakansari dimulai pada tahun 1996 sekaligus dibarengi dengan pembangunan Pemda. Namun, pada tahun 1998, pembangunan Stadion Pakansari terhenti karena adanya krisis moneter. Saat itu kondisi stadion baru selesai pondasi saja. Kalian tahu tidak pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis moneter yang sangat buruk, lho. Indonesia mengalami permasalahan ekonomi akibat nilai mata uang rupiah yang melemah terhadap mata uang asing, tingginya utang luar negeri terutama pada sektor swasta, pemerintah yang kurang tanggap dalam menyelesaikan masalah perekonomian yang semakin buruk, dan perekonomian masyarakat tidak stabil. Krisis ekonomi itu membuat para mahasiswa turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi menuntut Presiden Soeharto agar mengundurkan diri dari jabatan beliau sebagai Presiden Republik Indonesia kala itu.

Ada pun beberapa dampak krisis moneter 1998, yaitu banyak perusahan yang gulung tikar karena tidak sanggup membayar utang dan membeli bahan baku yang diperoleh secara impor sementara nilai mata uang rupiah mengalami penurunan, lalu harga bahan pokok meningkat dan terjadinya kerusuhan masyarakat. Pada tahun 1998, krisis moneter tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi ada beberapa negara di Asia yang mengalami krisis moneter, yaitu Thailand dan Korea Selatan. Akan tetapi, Indonesialah yang mengalami krisis moneter paling buruk di antara negara-negara tersebut.

Ada pun beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani krisis moneter 1998, yaitu pertama, memperbaiki sistem perbankan karena banyak praktik perbankan yang tidak berjalan dengan baik yang membuat pemerintah dan IMF sepakat untuk menutup bank yang bermasalah. Kedua, pemerintah membentuk BPPN (badan penyehatan perbankan nasional). BPPN memiliki tugas pokok untuk penyehatan perbankan, penyelesaian aset yang bermasalah, dan mengupayakan pengembalian uang negara yang tersalur pada sektor perbankan. Namun, karena kinerja BPPN dinilai kurang memuaskan pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Lembaga ini resmi dibubarkan pada tanggal 27 Februari 2004 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengakhiran Tugas dan Pembubaran BPPN.

Ketiga, restrukturisasi utang swasta, total utang luar negeri Indonesia pada maret 1998 mencapai 138 miliar dollar AS. Dari jumlah tersebut, utang perusahaan swasta sebesar 64,5%. Hal ini membuat pemerintah ikut andil dalam penyelesaian utang perusahaan swasta. Tim penyelesaian utang luar negeri swasta berhasil mencapai kesepakatan yang mencakup pembiayaan perdagangan, pinjaman perusahaan swasta, dan penyelesaian pinjaman antarbank.

Keempat, makroekonomi. Makroekonomi adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk menganalisis suatu peristiwa untuk mengetahui sebab dan akibat dari suatu masalah. Salah satu kebijakan yang ada dalam makro ekonomi adalah kebijakan moneter yang mencakup tentang langkah-langkah pemerintah untuk mempengaruhi pengeluaran agregat, mulai dari mempengaruhi penawaran atau peredaran uang di masyarakat hingga mengubah tingkat bunga pada periode tersebut. Oleh karena itu, peran kebijakan moneter dalam makroekonomi adalah untuk menjaga laju pertumbuhan perekonomian negara.

Karena krisis moneter 1998, kehidupan masyarakat tidak sejahtera terlihat pada data BPS. Penduduk miskin meningkat dari 17,47% menjadi 24,20%. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi krisis ini adalah APBN diperlonggar untuk memberikan bantuan kepada rakyat sebesar 8, 5%. Apakah kalian tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan Indonesia untuk mengatasi krisis moneter 1998? Indonesia membutuhkan waktu yang lama sekitar sepuluh tahun untuk pulih dari krisis moneter 1998 dan mengembalikan perekonomian seperti sebelum terjadinya krisis moneter 1998.

Terjadinya krisis moneter sangat berdampak pada pembangunan Stadion Pakansari. Selama belasan tahun, pembangunan stadion tersebut menjadi terbengkalai. Pada tahun 2012, Stadion Pakansari dibangun kembali  oleh Bupati Bogor, Drs. H. Rahmat Yasin. Pembangunan Stadion Pakansari menghabiskan dana sebesar Rp803 miliar. Proses pembangunan Stadion Pakansari selesai pada tahun 2016. Stadion Pakansari dibangun di atas tanah dengan luas 60 hektar dan memiliki lapangan utama dengan panjang 105 meter dan lebar 70 meter. Stadion Pakansari diresmikan oleh Bupati Bogor, Ibu Nurhayati dan Gubernur Jawa Barat, Bapak Ahmad Heryawan. Stadion pakansari mulai beroperasi secara formal setelah diresmikan pada tahun 2016 dan acara yang pertama kali diselenggarakan oleh Stadion Pakansari adalah kejuaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat dan piala AFF 2016. Teman-teman tahu, tidak? Sebelum nama stadion ini diresmikan dengan nama Stadion Pakansari, stadion ini dikenal dengan nama Pakansari Cibinong Raya yang disingkat menjadi Pacira, lho. Nama stadion tersebut dilelang dan dari hasil lelangan tersebut, stadion ini dinamakan Stadion Pakansari.

Kalian tahu tidak ternyata stadion Pakansari memiliki fasilitas yang cukup lengkap, lho. Stadion Pakansari menggunakan sistem kursi single seat sehingga para penonton akan duduk sesuai dengan nomor yang sudah tertera pada tiket masuk. Stadion Pakansari membedakan kursi reguler dengan kursi VVIP. Kursi VVIP bisa dilipat dan memiliki tempat untuk makan. Stadion Pakansari memiliki jumlah kapasitas penonton sebanyak 30.000 penonton. Jarak gerbang Stadion Pakansari adalah 10.000 meter gerbang timur, 5000 meter gerbang selatan, 5000 meter gerbang utara, 6000 meter gerbang barat, dan jarak gerbang VVIP adalah 850 meter.

Stadion Pakansari memiliki arsitektur bangunan yang modern. Akan tetapi, Stadion Pakansari juga masih menggunakan kearifan lokal Kota Bogor. Kearifal lokal di Stadion Pakansari terletak pada ornamen pagar stadion. Pagar stadion tersebut memiliki motif kawung di mana motif tersebut digunakan untuk bangunan-bangunan pemerintah di Kota Bogor.

Kalian tahu tidak, ternyata Stadion Pakansari menggunakan rumput yang cukup berkualitas. Stadion Pakansari menggunakan rumput yang berjenis cynodon dactylon yang sering disebut dengan rumput bermuda. Biaya perawatan yang dikeluarkan Stadion Pakansari untuk mengurus rumput tersebut bisa sampai ratusan juta rupiah. Stadion Pakansari memiliki tiang penangkal petir yang dipasangkan pada tiang-tiang tertentu yang diprediksi bisa menghalau petir.

Stadion Pakansari memiliki banyak sarana atletik selain lapangan sepak bola, yaitu arena lempar lembing, lintasan atletik, panjat tebing, arena panahan, dan arena lompat jauh. Di area Stadion Pakansari juga terdapat gedung olahraga laga tangkas dan laga satria yang biasa digunakan untuk cabang olahraga bulu tangkis dan tarung derajat.

Kalian tahu tidak daya tarik Stadion Pakansari? Daya tarik yang pertama adalah Stadion Pakansari berada di pusat kota, Kabupaten Bogor, yaitu Cibinong. Karena Stadion Pakansari terletak di tempat yang strategis dan memiliki area yang sangat luas, Stadion Pakansari memiliki hawa yang sejuk karena dikelilingi oleh pepohonan yang hijau serta memiliki pemandangan yang indah sehingga Stadion Pakansari sering digunakan sebagai tempat masyarakat berolahraga, seperti jogging, bermain bulu tangkis, dan bersepeda. Selain digunakan sebagai tempat berolahraga, Stadion Pakansari juga digunakan sebagai tempat wisata di mana banyak orang berkumpul di akhir pekan untuk berjalan-jalan di area Stadion Pakansari. Juga, banyak sekali orang yang berjualan dari makanan berat hingga makanan ringan.

Teman-teman, kalian tahu tidak ternyata Stadion Pakansari memiliki perbedaan dengan stadion lain. Pembeda antara Stadion Pakansari dengan stadion lainnya  adalah pintu masuk. Mengapa pintu masuk? Karena Stadion Pakansari memiliki pintu akses yang luas dan banyak. Hal ini berbeda dengan stadion lain yang kurang memerhatikan jumlah dan ukuran pintu akses. Kita ingat kembali Tragedi Kanjuruhan di mana pintu akses stadion yang tidak memadai telah memakan ratusan korban jiwa.

Stadion Pakansari memiliki gate dengan jenis yang berbeda-beda. Akses untuk keluar-masuk juga dibedakan. Selain itu, area selasar Stadion Pakansari sangat besar dan luas sehingga dapat meminimalisasi potensi kepadatan atau kerusuhan saat masuk dan keluar. Pintu masuk atau gate akan dibuka 20 menit setelah pertandingan selesai. Jika kalian bertanya mengapa gate tidak dibuka saat pertandingan berlangsung? Jawabannya adalah jika gate terus terbuka saat pertandingan berlangsung, ditakutkan akan ada banyak orang yang tidak memiliki tiket nekat untuk masuk ke dalam stadion.

Stadion Pakansari sudah berumur sepuluh tahun dan pertandingan yang pernah diselenggarakan oleh Stadion Pakansari sudah mencapai level internasional. Acara yang diadakan stadion pakansari pada tingkat internasional adalah AFC U17 ASIAN CUP 2023. Stadion Pakansari memiliki keamanan yang bagus karena setiap kali diselenggarakan acara, keamanan stadion diperketat dan gerbang untuk masuk daerah pemukiman warga ditutup. Bahkan, beberapa warga mengatakan bahwa mereka tidak terusik dengan acara yang diadakan oleh Stadion Pakansari dan sejauh ini meskipun terjadi kerusuhan antara penggemar klub sepak bola, tidak ada penggemar yang masuk ke daerah pemukiman warga.

Kalian tahu tidak? Stadion Pakansari belum pernah mendapatkan penghargaan. Stadion Pakansari sering kali mendapatkan pujian yang disampaikan secara lisan. Salah satunya adalah sebagai stadion terbersih.

Jejak Etnis Tionghoa di Cibinong

Cover Jejak Etnis Tionghoa di Cibinong (sumber: CV CMJ)

Penulis            : Alwan Putra Desriyanto, dkk

QRCBN           : 62-839-0941-855

Penyunting      : Neneng Hendriyani

Lay out            : Hawa

Desain Sampul: Andini Putri Erviyansyach

Cetakan Pertama, Mei 2023

Nama Hok Tek Ceng Sin diambil dari salah satu nama Dewa, yaitu Dewa Bumi yang bertugas dalam penjagaan kehidupan rakyat agar bahagia, aman dan memiliki banyak rezeki. Sejarah awal mula didirikannya Hok Tek Ceng Sin ini tidak diketahui secara jelas. Namun konon pendirinya ialah pedagang transmigran Tionghoa yang datang ke Indonesia dan saat mereka singgah di suatu tempat mereka membawa patung Dewa yang disembah hingga saat ini (Agi Widodo kepada tribunnewsbogor.com 11/2/20121). Menurut Hidayat, penjaga toko di kelenteng, kisaran tahun berdirinya kelenteng ialah sekitar 500-700 tahun yang lalu. Karena tidak ada catatan mengenai hal tersebut dikatakan bahwa sang pendiri tidak ingin dianggap sombong dengan menceritakannya.

Kelenteng ini memiliki arsitektur khas Cina yang dapat terlihat sangat jelas dari warna bangunannya yang sering dihiasi dengan warna merah dan kuning keemasan karena kedua warna tersebut memiliki makna simbolis yang penting dalam kepercayaan dan budaya Asia.

Warna merah melambangkan keberuntungan, kebahagiaan, dan kekuatan, serta diyakini dapat membantu mengusir roh jahat. Dalam kepercayaan Taoisme, merah juga melambangkan elemen api dan merupakan warna utama dalam festival Tahun Baru Imlek.

Sementara itu, warna kuning keemasan melambangkan kekayaan, kemakmuran, dan keberuntungan dalam kepercayaan dan budaya Asia. Warna ini juga dianggap suci dan dihubungkan dengan keilahian dalam agama Budha.

Kelenteng Hok Tek Bio Cibinong juga sering menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi umat Konghucu di wilayah tersebut. Beberapa kegiatan yang biasa diadakan di kelenteng ini antara lain:

  1. Ibadah: Umat Konghucu melakukan ibadah di Kelenteng Hok Tek Bio Cibinong secara rutin. Ibadah dilakukan pada hari raya besar seperti Cap Go Meh, Imlek, dan Tahun Baru Cina.
  2. Kegiatan Sosial: Kelenteng ini sering digunakan sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan sosial, seperti bakti sosial, pengobatan gratis, dan pemberian sembako bagi masyarakat kurang mampu.
  3. Kegiatan Budaya: Di Kelenteng Hok Tek Bio Cibinong, umat Konghucu dapat mengikuti kegiatan budaya seperti seni bela diri Kungfu, kesenian tradisional seperti Wayang Potehi dan Barongsai, serta pelajaran Bahasa Mandarin.
  4. Acara Tahun Baru Imlek: Kelenteng Hok Tek Bio Cibinong menjadi salah satu destinasi wisata religi yang populer pada saat perayaan Tahun Baru Imlek. Pada saat ini, kelenteng akan dihiasi dengan ornamen khas Tiongkok dan diadakan berbagai acara seperti parade Barongsai dan pertunjukan seni.
  5. Kegiatan Keagamaan Lintas Agama: Selain kegiatan keagamaan bagi umat Konghucu, Kelenteng Hok Tek Bio Cibinong juga sering menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan keagamaan lintas agama, seperti doa bersama dan dialog antar umat beragama. Hal ini menunjukkan semangat toleransi dan kerukunan antar umat beragama di wilayah Cibinong.

Dari daerah struktur pembangunannya terlihat memang Hok Tek Bio ini sengaja ditempatkan di dekat pasar karena di pasarlah mayoritas orang Tionghoa mencari rezeki. Dan pembangunannya yang berhadapan dengan arus air. Dikatakan bahwa alasan berhadapan dengan air karena air bermakna sebagai pembawa keberkahan dan rezeki. Ini sesuai dengan lokasi Kelenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong yang dekat dengan Kali Baru dan pasar Cibinong.

Sistematika penulisan buku ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Pada bab ini berisi alasan penulis mengambil topik dari buku ini. Bab ini menjelaskan pula latar belakang, tujuan dan manfaat dari penelitian Etnis Tionghoa di Cibinong.

BAB II Peninggalan Bangunan. Bab ini akan membahas tentang peninggalan bangunan etnis Tionghoa di Cibinong berupa kelenteng dan pemakaman. Kami memilih  Kelenteng Hok Tek Bio Cibinong, pemakaman, Feng shui rumah,  meja altar abu, dan Dewa Pintu.

BAB III Budaya Etnis Tionghoa. Bab ini berisi kebudayaan dari Etnis Tionghoa. Bab ini menjelaskan tentang hari-hari besar, tradisi yang biasa dilakukan, kepercayaan, pakaian tradisional, dan adat pernikahan.

BAB IV Kuliner. Bab ini membahas tentang arti, fungsi, kegunaan, dan nama-nama kuliner etnis Tionghoa.

BAB V Simpulan dan Saran. Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian. Isi kesimpulan yang merupakan kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan dan saran untuk pembaca dan peneliti selanjutnya.

LAMPIRAN. Pada bagian ini berisi data observasi, biodata penulis dan biodata pembimbing.

Kelurahan Cirimekar : Yon Bekang & TPU Cirimekar

cover Kelurahan Cirimekar Yon Bekang & TPU Cirimekar (sumber: CV CMJ)

Penulis                :  Ahmad Faizul Adnan dkk

QRCBN              : 62-839-5297-718

Penyunting         : Neneng Hendriyani

Lay out               : Hawa

Desain Sampul  : M. Ari Maulana Lubis dan Altahalli Nadhifa Nyssa

Cetakan Pertama, Mei 2023

Wilayah Cibinong memiliki enam kelurahan, yaitu Cirimekar, Ciriung, Harapan Jaya, Karadenan, Nanggewer Mekar, dan Pabuaran. Kelurahan yang paling dekat dengan kota Cibinong adalah Cirimekar.  

Wilayah Cirimekar merupakan salah satu kelurahan yang berada di Cirimekar. Kelurahan Cirimekar terbentuk pada tahun 1978. Cirimekar memiliki luas wilayah sebanyak 172.000.000 Hektare dan memiliki penduduk sebanyak lebih kurang 12.928 jiwa. Kelurahan Cirimekar memiliki kelembagaan masyarakat seperti RT (Rukun Tetangga), RW (Rukun Tetangga) dsb. Jumlah RT di Kelurahan Cibinong ini sebanyak 27 sedangkan RW berjumlah sebanyak tujuh.

Cirimekar merupakan kelurahan yang sedang berada pada masa pengembangan karena pada saat ini di Cirimekar banyak sekali terdapat tempat rekreasi, seperti Situ Gedong yang berada di dekat wilayah Yon Bekang, Cibinong.

Selanjutnya, ada Alun-Alun Cirimekar yang biasanya dimanfaatkan masyarakat setempat untuk berolahraga serta sarana rekreasi, yaitu Situ Citatah. Situ Citatah ini biasanya dimanfaatkan para warga setempat untuk memancing ikan dan bisa juga dijadikan tempat-tempat untuk bersantai.

Berdirinya  wilayah  Yon  Bek Ang  di kelurahan ini  melalui  sejarah  yang  panjang. Sebelum  menjadi  wilayah  Bek Ang  yang  dikenal seperti  sekarang,  pada  masa  kependudukan  Belanda  wilayah ini  digunakan sebagai  tempat  militer  Belanda. Saat itu tempat ini dimanfaatkan sebagai tempat latihan, dan tempat istirahat para prajurit Belanda. 

Seiring  berjalannya waktu wilayah ini telah berganti kekuasaan.  Wilayah  ini  pada  akhirnya  dikuasai  oleh  prajurit  perang  Indonesia. Kemudian, tempat ini dimanfaatkan sebagai tempat istirahat dan latihan para Tentara Indonesia. Pada awalnya wilayah ini tidak sebesar sekarang. Dulu  tempat  ini  banyak  tumbuhi oleh  pohon karet.  Tentara  Indonesia  menguasai  wilayah ini  pada  tahun  1961  dan  nama  wilayah  ini  adalah  Yon In Palad, tempat  ini  digunakan  sebagai  base camp  prajurit  Indonesia  dalam  operasi  perebutan  pembebasan  Irian  Barat  yang dikenal  dengan  operasi  Trikora. Operasi ini  dilakukan  selama  kurang  lebih  sepuluh  bulan  yakni  dari  tanggal  19 Desember  1961  sampai  1  Oktober  1962.

Pada  1965  munculnya  Partai  Komunis  Indonesia  (PKI)  di daerah  Cibinong wilayah  Yon  In  Palad  ini  direbut  oleh  PKI  (Partai  Komunis  Indonesia)  namun  tidak  berselang  lama  wilayah  ini  kembali  direbut  oleh  TNI  (Tentara  Negara  Indonesia). Di sisi lain PKI ini memiliki  wilayah  kekuasaan  di wilayah  LIPI  tempat  tersebut  digunakan  sebagai  Base Camp  para PKI. Namun  karena  PKI  pada  tahun  tersebut  tunggang  langgang  akhirnya  dikuasai  oleh  anggota  TNI  lalu  diserahkan  kepada  negara.

Seiring  berjalannya  waktu,  pada  tahun  1985  wilayah  Yon  In  Palad  berganti  nama  menjadi  Yon  Bekang  1.  Sekarang  wilayah  ini  digunakan  sebagai  tempat  latihan  tembak  Prajurit  TNI  dan  tempat  pembekalan  perlengkapan-perlengkapan  TNI.

TPU  Cirimekar  adalah  tempat  pemakaman  umum  yang  terletak  di  Cirimekar.  TPU  ini  sangat  tidak  asing  dengan  warga-warga wilayah Cirimekar. TPU ini memiliki luas 2 hektare. Secara geografis TPU Cirimekar berada di dekat wilayah komplek Yon Bekang Kostrad, yakni di jalan TPU Cirimekar, Cibinong, Kabupaten Bogor dan terletak di samping gedung bengkel Trijaya Ban. Selain itu TPU Cirimekar berseberangan dengan MTs Amaliyah.

Tempat pemakaman umum ini diresmikan pada tahun 1995 oleh pemerintah Kecamatan Cibinong. TPU Cirimekar memiliki petugas sebanyak tiga anggota yang terdiri dari ketua koordinator dan pengurus makam-makam yang ada di TPU Cirimekar tersebut. Di TPU tersebut terdapat makam dari berbagai agama seperti islam, kristen katolik, kristen protestan, konghucu dan sebagainya.

TPU Cirimekar tidak hanya menjadi tempat pemakaman warga saja namun juga digunakan untuk tempat pemakaman para anggota TNI dan pada masa pandemi Covid-19 TPU ini digunakan pula untuk tempat pemakaman pasien yang terjangkit virus Covid-19.

Awalnya TPU ini dikenal dengan sebutan “Hutan Kuburan” yang disebabkan karena pada zaman dulu dikatakan tempat ini adalah hutan. Pada masa itu wilayah TPU ini masih berupa hutan yang jarang dilewati ataupun disinggahi manusia. Jalannya pun masih berupa tanah merah dan bebatuan. Menurut Pak Ali, “Ini makam memang sudah dari dulu kalau orang-orang Cibinong sini menyebutnya hutan kuburan, hutan kuburan gitu. Hutan kuburan karena hutan juga, dan dipakai buat ngubur juga. Jadi, orang-orang sini kalau nanya yang tua-tua di sini tetap dia nyebutnya hutan kuburan, bukan TPU Cirimekar, bukan”. Selain itu pun wilayah pemakaman tersebut banyak ditumbuhi oleh pohon bambu terutama pada wilayah belakang pemakaman. Selain pohon bambu masih banyak pohon lainnya seperti pohon beringin yang masih tumbuh hingga sekarang.

Seiring berjalannya waktu, hutan ini secara perlahan mulai banyak disinggahi oleh manusia dan menjadi tempat pemakaman. Hingga pada tahun 1995, tempat pemakaman ini diberi nama TPU Cirimekar. TPU Cirimekar ini diresmikan secara tidak langsung. Namun, dari pihak pengelola mengusulkan kepada kepemerintahan Cibinong untuk diresmikan. Setelah diresmikan pemakaman ini dibuatlah sebagai tempat pemakaman umum dan mulailah dibangun seperti patokan-patokan sebagai batas luas pemakaman tersebut, bangunan seperti kantor pengurus makam dan sebagainya. Lambat laun TPU Cirimekar mulai dipadati dengan pemakaman-pemakaman warga sekitar dan secara perlahan pun penjual-penjual bunga mulai menempati kios sekitar TPU. Akses jalan menuju ke pemakaman ini pun diperbaiki.*)

Jejak Rekam Masyarakat Cibinong Kabupaten Bogor

Cover Jejak Rekam Masyarakat Cibinong (sumber: CV CMJ)

Penulis           : Adriano Rahman, dkk

QRCBN         :  62-839-2275-232

Editor             : Dina Ardianti

Lay out          : Neneng Hendriyani

Desain Sampul : Bilqis Syasya Dwi Wijaya

Cetakan Pertama, Mei 2023

Buku ini berisi tentang penjelasan mengenai kondisi geografis wilayah Cibinong dan sekitarnya. Selain itu juga kondisi sosial, ekonomi, Pendidikan dan budaya masyarakat setempat. Pada bab berikutnya buku ini berisi latar belakang pembangunan monument perjuangan rakyat Cibinong yang menjadi bukti sejarah perjuangan rakyat Cibinong dalam mempertahankan kemerdekaan dan wilayah dari pendudukan NICA pada 24 Desember 1945. Dengan dikomandoi oleh Komandan Batalyon K. H. T.B. Syamsudin Noor, Komandan Batalyon W.K. K.H. Syamsuri (H. Syarun), Staf Batalyon Pengajar Kebangsaan, dan Batalyon Staf Madi seluruh rakyat Cibinong bersatu padu berjuang mempertahankan wilayah Cibinong.

Banyak dari mereka yang gugur di medan perang. Nama-nama mereka diabadikan di monument tersebut.

Buku ini ditutup dengan penjelasan mengenai keterlibatan masyarakat dalam pelestarian monument tersebut sejak tahun 1985 hingga saat ini.

Wilayah Cibinong merupakan daerah yang menjadi titik terjadinya peristiwa sejarah di masa awal kemerdekaan Indonesia melalui peristiwa perang melawan penjajah, yaitu Netherlands Indies Civiles Administration atau biasa disebut (NICA) yang dipimpin oleh Letjen Sir Philips Christison. Perlawanan yang terjadi bertujuan untuk menghadang tentara NICA pergi ke Kota Kembang Bandung dengan cara memberikan perlawanan untuk melemahkan tentara sekutu NICA.

Masyarakat Cibinong mengerahkan seluruh kekuatannya selama konflik, termasuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), Laskar Hizbullah, Kaum Hitam, preman, dan masyarakat Cibinong. Proses perlawanannya hanya mengandalkan senjata sederhana, seperti parang, ketapel, dan tombak bambu. Sejumlah pejuang Cibinong tewas di medan perang. Pasukan ini dipimpin oleh Dan Yon II Cibinong Mayor TB, Syamsudin Noor. Konflik yang dikenal dengan War Got Tjiluar Bivak terjadi di Cibinong antarawarga sekitar dengan pasukan NICA.

Sebagai bentuk upaya dalam mengenang peristiwa bersejarah di Indonesia, dengan semangat juang, Nasionalisme, dan Patriotisme, pada tanggal 17 Januari 1985, diresmikan sebuah monumen oleh Soedrajat Natamadja yang pada saat itu menjabat sebagai Bupati Bogor.

Pembangunan monumen ini bertujuan untuk mengenang jasa pahlawan dan menjadi salah satu wujud aset sejarah yang mencerminkan jiwa perjuangan para pahlawan cinta tanah air dalam membangun bangsa dan negeri. Kedua arti ini dapat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari di dalam masyarakat karena masyarakat pada hakikatnya adalah bagian dari sejarah. Oleh karena itu, tujuan monumen ini adalah untuk mengingatkan masyarakat setempat bahwa kawasan Cibinong memiliki sejarah perjuangan kemerdekaan yang di dalamnya terkandung nilai-nilai nasionalisme dan cinta tanah air.

Setelah 35 tahun berdiri, perhatian terhadap monumen berbentuk tugu tersebut semakin berkurang, seperti bangunan tertutup, ilalang tumbuh tinggi di sekitarnya, dan ditemukan beberapa bagiannya retak. Namun, tugu perjuangan tersebut mendapatkan fokus baru pada tahun 2016, dan Bupati Bogor kembali mengulang peresmian dan pemugaran tugu tersebut.

Pemugaran monument itu diselesaikan tanpa mengubah bentuk bangunan. Sebaliknya, fokus menata lingkungan monumen dengan memperbesar area taman, memperbaiki jalan setapak yang mengarah ke gedung, dan menambahkan tanda monumen di pintu masuk. Plang tersebut yang bertuliskan “Monumen Perjuangan Masyarakat Cibinong” menunjukkan bahwa masyarakat Cibinong yang terdiri dari banyak lapisan yang saling berhubungan mendukung mereka yang berjuang dalam konflik bivak.

Salah satu bidang yang menjadi perhatian keluarga lain yang terlibat dalam konflik sejarah penting bagi masyarakat Cibinong adalah pemugaran monumen. Salah satu cara untuk menafsirkan, memperdalam, dan memperkuat penafsiran sejarah adalah melalui tumbuhnya pengetahuan masyarakat tentang pemugaran monumen tersebut yang kemudian dapat memperdalam pemahaman tentang sejarah dan karakter suatu negara.

Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap sejarah memerlukan partisipasi guna menjaga kelestarian. Salah satu cara untuk menunjukkan penghormatan terhadap warisan sejarah adalah dengan tidak mencorat-coret benda peninggalan sejarah dan membantu menjaga bangunan tetap bersih dan utuh. Pelestarian ini sangat penting agar setiap individu dapat bersungguh-sungguh mengamankan dan menjaga aset bersejarah.