Pemikiran Politik Klasik Hingga Kontemporer

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

All Right Reserved

Penulis          :  Irmawan Effendi, dkk

QRCBN         :   62-839-4078-260

Penyunting   : Neneng Hendriyani

Lay out          : Tim CMJ

Desain Sampul: Hapiah Wardah

Cetakan Pertama, Februari 2024

Penerbit

Cakrawala Milenia Jaya

Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No.11-12

Cibinong – Bogor Jawa Barat

cakrawalamileniajaya@gmail.com

https://cakrawalamj.co.id

Jumlah halaman vii+195

Buku ini merupakan hasil kompilasi pelbagai konsep pemikiran politik yang sudah menjadi rahasia umum untuk mendalami dasar-dasar berpijak dalam bicara tentang konsep politik secara menyeluruh. Karya ini berhasil dikemas dalam tiga bentuk pemikiran yang disesuaikan zamannya.

Pembahasan dimulai dari pemikiran klasik dengan menghadirkan para filsuf Yunani Kuno yang telah menjadi peletak dasar dari pemikiran-pemikiran politik selanjutnya. Dilanjutkan dengan pemikiran modern yang sebagian besar sangat dipengaruhi oleh pemikir pendahulunya. Tidak bisa dimungkiri bahwa para pemikir klasik telah menginspirasi para pemikir modern yang pada gilirannya telah banyak melahirkan paham yang akan dijadikan “label” bagi para pengikutnya, seperti rasionalisme, idealisme, relativisme dan masih banyak lagi.

Akhirnya melihat kondisi pada zaman sekarang, di mana perdebatan perpolitikan menjadi sebuah keniscayaan yang terus menerus berkembang, penulis sengaja menghadirkan karya pemikiran politik kontemporer yang bisa menjadi rujukan bagi para pemikir zaman now yang butuh dasar berpijak, agar masih dapat berpegang pada akar dan tidak terjebak pada praktik politik yang mengabaikan etika dan moralitas.

Diskursus perpolitikan di Indonesia saat ini menjadi aktual, manakala dikaitkan dengan perhelatan lima tahunan, yaitu pemilu. Praktik politik yang sudah meninggalkan etika politik seharusnya dikembalikan kepada arah yang seharusnya (das sollen) bukan sekadar kenyataan yang kadang penuh dengan intrik dan aktivitas yang menerjang aturan. Dalam kondisi seperti ini pembaca perlu kembali kepada “khitoh” dasar pemikiran politik yang seharusnya. Buku ini semoga dapat dipakai sebagai tempat kembali becermin melihat praktik politik yang benar, sehingga krisis praktik politik yang berlangsung selama ini dapat dikritisi dan akhirnya dapat menemukan jalannya yang merupakan dambaan semua umat manusia yaitu beretika secara politik.

27 Aksi Nyata GP7

Aksi Nyata Guru Penggerak Angkatan 7

Penulis                 : Neneng Hendriyani, dkk

QRCBN              :   62-839-1704-390

Editor                  : Neneng Hendriyani

Lay out               : Tim CMJ

Desain Sampul: Hawa

Cetakan Pertama, Juli 2023

Penerbit

Cakrawala Milenia Jaya

Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No.11-12

Cibinong – Bogor Jawa Barat

cakrawalamileniajaya@gmail.com

https://cakrawalamj.co.id

IG: cakrawalamj23

Jumlah halaman  xv + 304

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Buku ini berisi serangkaian aksi nyata yang telah dilaksanakan oleh 27 Calon Guru Penggerak Angkatan 7 yang telah dinyatakan lulus pada 3 Agustus 2023 lalu. Buku ini juga merupaakan hasil refleksi para penulis terhadap materi yang telah dipelajari secara MERDEKA baik pada LMS, Pendampingan Individu, maupun Lokakarya. Ada begitu banyak hal yang menjadi catatan penting dalam mengikuti program tersebut. Selain beraneka ragamnya kegiatan, dan perasaan yang mewarnai tumbuh kembangnya pemahaman kami terhadap filosofi pendidikan nasional dan tujuannya hingga perencanaan program berdampak positif bagi murid, buku ini diwarnai pula oleh beragam hal yang “dibuang sayang”.

Buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh para Calon Guru Penggerak dan para pendidik pada umumnya. Dengan memahami apa yang kami refleksikan selama mengikuti pembelajaran 10 modul pada program ini Insya Allah pembaca dapat memahami hakikat pendidikan nasional yang sebenarnya. Sehingga pada akhirnya membuat pembaca turut serta untuk ber”gerak” bersama penulis dan para Guru Penggerak Indonesia lainnya untuk menggerakkan diri sendiri menuju perubahan yang lebih baik.

Syahru Ramadan: Sehimpun Puisi Akrostik

Buku ini merupakan antologi puisi akrostik bertema islami yang ditujukan untuk menyiarkan nilai-nilai keagamaan melalui syair-syair indah ala puisi akrostik Kak Iye dkk. Buku ini ditulis oleh 20 penulis yang tergabung dalam komunitas Keluarga Asmaraloka KPPJB.

Penulis:

Keluarga Asmaraloka KPPJB

Judul:

Syahru Ramadan

Penerbit

Cakrawala Milenia Jaya

Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No.11-12

Cibinong – Bogor Jawa Barat

cakrawalamileniajaya@gmail.com

https://cakrawalamj.co.id

IG: cakrawalamj23

Cetakan Pertama, Agustus 2023

QRCBN:  62-839-4840-100

Editor: Drs. Iyus Yusandi, M.Pd.

Penata Letak: Drs. Iyus Yusandi, M.Pd.

Desainer Sampul: Hawa

x + 150  halaman; 14 cm x 20 cm

Love Story

cover Love Story (sumber: CV CMJ)

Karya                                                                                                      

Iyus Yusandi, Elis Sulastri, Yanti Mandalliyana, Hani Rohani, Maria Ulfah, Rendra Bagus Cahyono, Siti Suci Winarni, N. Evi Susantika, Eti Nurhayati, Asri Utami, Rini Marini, Erum Rumiasih, Nawangsih, Ahmad Hidayat, Iis Patimah, Imas Fatimah, Eulis Waliah, Sartikah, Jei Sobarry Buitenzorg, Euis Citarasa, Masiroh Tapah, Ade Sumarna, Iis Suminar, Cepi Fauzan, Restu Mulatsih, Lina Marlina, Neni Hendriati, Inar Hamsinar, Ginanjar Juang Nurjaman    

QRCBN                  :  62-839-4606-203 

Editor                     : Drs. Iyus Yusandi, M.Pd.

Lay out                  : Drs. Iyus Yusandi, M.Pd.

Desain Sampul     : Hawa

Cetakan Pertama, Juni 2023

Penerbit

Cakrawala Milenia Jaya

Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No.11-12

Cibinong – Bogor Jawa Barat

cakrawalamileniajaya@gmail.com

https://cakrawalamj.co.id

IG: cakrawalamj23

Jumlah halaman  x + 208

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

x + 208 halaman; 14 cm x 20 cm

Buku Sehimpun puisi Akrostik Love Story ini di dalamnya terdapat puisi-puisi yang mengungkapkan jalinan kisah cinta sesama manusia baik cinta anak terhadap orangtua, cinta sepasang suami istri maupun cinta sesama manusia.  Buku ini bisa digunakan sebagai bahan pengayaan literasi bagi para guru untuk menerapkan Kurikulum Merdeka di sekolahnya masing-masing.

Aksi Nyata

Andai kudapat mengubur benci

Kulangitkan cinta sepenuh hati

Sehingga bumi bersemi

Ingin kusirami dengan puisi

Namamu indah terpuji

Ya Allah yaa ilahi

Ampuni aku yang lemah ini

Tasbih tahmid takbir dan tahlil kusebut tanpa henti

Abadilah dalam hati sanubari

Akrostik_Iye, 15 Januari 2023

Love Story

Lengkung cakrawala panggung sandiwara

Orang-orang mainkan perannya

Vandalisme hiasi jagat raya

Ekosistem rusak binasa

Siklus berlalu sampai penghujung waktu

Tetap cinta alasan utama nan baku

Obsesi menghuni ruang kalbu

Renjana menancap kepala terpaku

Yogia riuh dunia pun berlaku

Akrostik_Iye, 14 Januari 2023

SAHABAT KECILKU: Sehimpun Puisi Togé

Sahabat Kecilku : Sehimpun Puisi Togé

Penulis           : Shiva Raya Anas, dkk

QRCBN           : 62-839-8221-299

Editor             : Kokom Komara

Lay out          : Neneng Hendriyani

Desain Sampul: Hawa

Cetakan Pertama, Juni 2023

cover Sahabat Kecilku : Sehimpun Puisi Togé (sumber: CMJ)

Puisi Togè adalah puisi kontemporer bebas, bentuk puisi baru dalam sastra Indonesia modern. Togè adalah sebuah akronim dari Tiga Ornamen Genap yang terdiri dari 3 larik/baris dan berpola 4 suku kata genap berjumlah 12 suku kata. Estetika diperindah diksi serta bukan merupakan kalimat sambung. Puisi ini diperkenalkan oleh Aa Roy (Edi Sudrajat) seorang penggiat Literasi yang aktif di KPPJB (Komunitas Penulis Pengajar Jawa Barat).
 
Buku Puisi Togè ini merupakan buku yang sederhana dengan bahasa yang ringan sesuai dengan bahasa anak dan dunianya, berkisar pada lingkungan anak seperti permainan, persahabatan, belajar, hobi dan kegiatan sehari-hari yang dialaminya. Kata demi kata yang terkumpul dirangkai menjadi bait-bait puisi. Walaupun belum merupakan diksi yang indah namun sangatlah istimewa dan menghibur karena menjadi sebuah kenangan dan karya terbaik siswa kami dalam bidang literasi.
 
Kami sangat gembira bisa mempersembahkan sebuah karya. Dari coretan-coretan hasil tangan-tangan kecil dalam balutan harapan mewarnai lembar demi lembar buku ini yang menjadikan perasaan bergelombang, kadang senang, kadang sedih, kadang ceria, dan kadang berduka. Mereka datang silih berganti. Semua berpelukan mesra dalam Sehimpun Puisi Togè Karya Siswa Kelas 6 SDN 1 Cikopo yang berjudul “Sahabat Kecilku”. (Umi Komara)

BELAJAR, karya Syifa Raya

Pagi hari
Awan cerah
Sinar surya
 
Ke sekolah
Jalan kaki
Bersemangat
 
Bawa ransel
Isi buku
Juga bekal
 
Ku belajar
Literasi
Sangat senang
 
Baca buku
Sangat seru
Dongeng raja
 
Meriviu
Ichikawa
Juga AIH



Perjalanan dan Perkembangan Masjid Al Atiqiyah – Museum Keris Karadenan

cover Perjalanan dan Perkembangan Masjid Al Atiqiyah dan Museum Keris (sumber: CV CMJ)

Penulis          :  Akna Mumtaz Ilmi, dkk

QRCBN          : 62-839-5728-542

Penyunting   : Neneng Hendriyani

Lay out          : Tim CMJ

Desain Sampul: Tim Naskah X11  

Cetakan Pertama, Mei 2023

Kata “Masjid” berasal dari kata sajada-sujud yang berarti patuh, taat, serta tunduk penuh hormat, takzim. Sujud dalam syariat yaitu berlutut, meletakkan dahi, kedua tangan ke tanah adalah bentuk nyata dari arti kata tersebut. Oleh karena itu, bangunan yang dibuat khusus untuk salat disebut Masjid yang artinya tempat untuk sujud (Shihab, 1997:459). Menurut Eman Suherman, Masjid secara harfiah adalah tempat sembahyang, tetapi dalam bahasa Arab berarti tempat sujud, karena berasal dari kata sajadah. Sebagai tempat sujud, Masjid memiliki makna yang lebih luas, bukan sekedar gedung, sebab di mana pun umat Islam bisa melaksanakan sujud atau penghambaan kepada Allah SWT. Pada intinya masjid merupakan tempat yang sangat penting bagi seluruh umat Islam, karena di tempat itulah umat Islam menjalankan ibadahnya.

 Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas mengenai Masjid Al-Atiqiyah beserta Museum Keris Karadenan. Kami membahasnya dikarenakan masih banyak orang yang belum mengetahui bahwa ada tempat yang memiliki sejarah Islam seperti Masjid Al-Atiqiyah yang berada di Karadenan ini. Selain itu, masjid ini bisa dikatakan unik; unik karena jarang sekali ada museum yang terletak di lantai dua masjid seperti Masjid Al-Atiqiyah ini. Kami juga ingin mengembangkan nama Masjid Al-Atiqiyah dan Museum Keris yang letaknya berada di tengah-tengah pemukiman warga, sehingga jarang ditemui orang-orang.  Selain masjid, di lokasi yang sama juga terdapat Museum keris dan makam keramat. Masjid ini seperti masjid pada umumnya yaitu berfungsi sebagai tempat ibadah. Hal tersebut diperkuat oleh Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2015 tentang museum. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat.

Pada bulan Februari di minggu pertama dan kedua, kami mengobservasi tempat bersejarah yang ada di Jl. Kaum 1 R.T 04 R.W 04 Kelurahan Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor yang berbentuk Masjid Islam Tertua di Priangan Barat beserta Museum Keris yang terdapat di lantai 2 Masjid Tersebut. Kami meneliti 2 tempat bersejarah sekaligus di Jl. Kaum 1 ini, yakni Masjid dan Museum.

Di lantai pertama terdapat Masjid. Masjid yang kami datangi dikenal sebagai pusat perkembangan Islam Tertua di Priangan Barat. Bukti bahwa Masjid ini merupakan Kerajaan Islam tertua di Priangan Barat adalah terdapat tulisan atas nama Prabu Sri Baduga Maharaja Ratu Haji Siliwangi dan Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, yang kamudian bermoyangkan Nabi Muhammad SAW. Itulah yang membuat Masjid dan Kampung Karadenan Kaum menjadi istimewa. kampung itu merupakan pusat perkembangan agama Islam tertua di Priangan Barat. Di lantai kedua terdapat museum keris yang berisikan benda pusaka seperti keris, gong, batu peninggalan dan benda pusaka yang lainnya.

Pengertian Museum menurut International Council of Museums (Eleventh General Assembly of ICOM, Copenhagen, 14 June 1974) yaitu Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, dengan sifat terbuka dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Museum adalah suatu lembaga tetap tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, merawat, melestarikan, mengkaji, mengkomunikasikan bukti material hasil budaya manusia, alam, dan lingkungannya (Wardana 25).

Berdasarkan latar belakang dan mengacu kepada prinsip-prinsip dasar maka pendirian Museum Keris Karadenan juga termotivasi ketika peninggalan-peninggalan pusaka dari para leluhur yang berada pada masyarakat Karadenan dari masa ke masa atau dari tahun ke tahun keberadaanya semakin berkurang jumlahnya yang disebabkan benda pusaka tersebut banyak yang dihibahkan oleh pemiliknya kepada orang lain, yang dikarenakan ketidak mampuan dalam perawatannya yang pada akhirnya keberadaan benda-benda pusaka tersebut sudah tidak jelas lagi keberadaannya. Sebagai antisipasi dari kepunahan dan untuk menyelamatkan pusaka-pusaka yang masih ada maka pada tanggal 1 November 2015 Museum Keris Karadenan didirikan atas gagasan Bapak R. Dadang Supadma yang disepakati dan disetujui oleh Drs. R.H. Sudirja (Ketua Dewan Kemakmuran Mesjid), R. Adi Wijaya, S.Pd (Ketua RW 04), Bapak H. Karyawan Faturahman (Tokoh Budayawan Bogor), para Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda, para pemilik pusaka dan masyarakat Karadenan Kaum.*)

Kompilasi Cerita Muara Beres

Cover Kompilasi Cerita Muara Beres (Sumber: CV CMJ

Penulis          :  Anggit Destra Atmaja dkk

QRCBN          : 62-839-1120-858

Penyunting   : Neneng Hendriyani

Lay out          : Tim CMJ

Desain Sampul: Salma Nur Zafira

Cetakan Pertama, Mei 2023

Setiap wilayah di Indonesia memiliki ciri kebudayannya sendiri yang berbeda dari wilayah lain. Untuk masa ini melestarikan kebudayaan menjadi tantangan bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia. Melestarikan kebudayaan juga merupakan tanggung jawab bagi para pemuda-pemudi di Indonesia yang akan menjadi penerus bangsa. Kami sebagai para pelajar yang menjadi bagian dari pemuda-pemudi bangsa mengambil keputusan untuk ikut serta dalam melestarikan kebudayaan. Dengan memanfaatkan adanya P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) di sekolah yang merupakan bagian dari bagian  kurikulum merdeka memudahkan kami untuk mempelajari dan melestarikan  budaya. Di tema 3 yang bertemakan kearifan lokal ini kami ditugaskan untuk membuat buku yang mMbahas kearifan lokal wilayah kecamatan Cibinong. Tidak terbayang oleh kami harus membuat buku dari tema kearifan lokal kecamatan Cibinong, karena kami pikir sedikit sekali yang bisa kami pikirkan tentang Cibinong, tetapi setelah kami observasi ternyata banyak sekali cerita sejarah kearifan lokal Cibinong.

Kearifan lokal adalah identitas atau ciri khas etika dan nilai budaya yang berada di masyarakat lokal dan diturunkan dari generasi ke generasi. Dengan pengertian dari kearifan lokal di atas, kami sepakat untuk mengambil tema Muara Beres dengan judul buku “Kompilasi Cerita Muara Beres”. Alasan kami mengambil tema ini adalah karena di wilayah Muara Beres, Sukahati, terdapat banyak misteri dan kebudayaan sejarah mulai dari tradisi, mito,s dan larangan, bahkan ada cerita yang diyakini oleh masyarakat bahwa Muara Beres memiliki kerajaan yang bernama Kerajaan Muara Beres.

Dengan adanya cerita ini menjadikan Muara Beres sering dikunjungi oleh mahasiswa dan bahkan para sejarawan yang berusaha mengupas misteri dari Kerajaan ini. Namun, hingga buku ini diterbitkan belum ditemukan bukti otentik yang menyatakan bahwa di Muara Beres pernah berdiri sebuah kerajaan sehingga cerita ini hanya bisa dijadikan keyakinan oleh masyarakat sekitar. Namun demikian, cerita mengenai Kerajaan Muara Beres ini terkenal hingga ke Banten. Ada beberapa bukti yang digunakan untuk mendukung keberadaan kerajaan ini, contohnya masyarakat yang tinggal di wilayah Muara Beres sebagian besar merupakan keturunan darah biru dengan memakai gelar “Raden” di depan namanya.

Dalam penulisan buku berjudul Kompilasi Cerita Muara Beres ini kami memilih jenis naskah menggunakan naskah naratif dan deksripsi. Naratif adalah bersifat narasi; bersifat menguraikan (menjelaskan dan sebagainya) dan deksripsi adalah bersifat deskripsi; bersifat menggambarkan apa adanya.Alasannya adalah karena kami mengangkat tema cerita yang beredar di masyarakat Muara Beres yang akan kami uraikan sejarah kerajaan berdirinya, keruntuhannya, dan keturunan-keturunannya dan kami juga akan menggambarkan peninggalan-peninggalan Kerajaan Muara Bers, tradisi-tradisi masyarakat Muara Beres, mitos dan juga larangan yang dipercayai oleh masyarakat di sekitar Muara Beres.

Untuk memudahkan pembaca menentukan inti dan kesimulan maka buku ini akan dibagi menjadi lima bab. Pada bab pertama berisi 4 sub bab, yaitu latar belakang, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan. Latar belakang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai apa yang ingin disampaikan dan menjelaskan alasan pemilihan tema. Tujuan dan manfaat penelitian bertujuan untuk memberikan motivasi pembaca untuk membaca buku ini agar mendapat manfaat yang berguna. Pada sub bab terakhir di bab satu berisi sistematika penulisan yang ditulis dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui semua informasi dengan jelas dan tepat dari isi buku ini sehingga tidak akan terjadi kesalahan saat membaca.

Bab dua berisi penjelasan mengenai Muara Beres Zaman Kolonial Belanda, Kerajaan Muara Beres, peninggalan dan silsilah keturunan-keturunannya.

Bab tiga berisi tradisi, mitos dan larangan yang ada di masyarakat.

Bab empat berisi simpulan, saran, waktu dan lokasi penelitian serta dokumentasi kegiatan yang telah kami lakukan dalam rangka mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.

Dapatkan e-booknya dengan menghubungi https://bit.ly/2mn0ZLN

Akar Lampau Peribadatan 3 Umat di Bek Ang Cibinong – Bogor

Cover Akar Lampau Perubadatan Tiga Umat Beragama di BekAng Cibinong-Bogor (sumber: CV CMJ)

Penulis               :  Argya Reizend Miftahul Putri, dkk

QRCBN             :   62-839-5760-932

Editor                 :  Neneng Hendriyani

Lay out              :  Tim CMJ

Desain Sampul :  Sabrina Alya Nursadila

Cetakan Pertama, Mei 2023

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan dengan total 17.508 pulau. Dengan luasnya wilayah Indonesia, keanekaragaman budaya yang dimiliki juga melimpah. Tanpa keanekaragaman, Indonesia tidak dapat mencapai titik saat ini. Keanekaragaman ini mencakup suku, budaya, dan agama. Berdasarkan catatan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, hingga tahun 2010 tercatat ada 1300an lebih suku bangsa di Indonesia. Sementara, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Bahan Bahasa Kemendikbud) telah memverifikasi 718 bahasa daerah di Indonesia. Sejak lama, sudah diketahui bahwa agama-agama yang dianut oleh penduduk Indonesia, jumlahnya ada 6 agama, yaitu agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Dengan keanekaragaman yang sedemikian rupa tentunya perlu dijaga dengan toleransi.

Contoh perwujudan toleransi keberagaman beragama dapat ditemukan di salah satu daerah di Cibinong, yaitu di Bek Ang Kostrad, sebuah komplek TNI AD yang secara administratif tercatat berada di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Di komplek ini terdapat 3 rumah peribadatan, yaitu Masjid, Pura dan Gereja Kristen Protestan.

Dit Bek Ang adalah sebuah pemukiman tentara yang terletak di Jl. Raya Jakarta – Bogor KM. 44 Cibinong, Kabupaten Bogor. Bek Ang merupakan salah satu komplek yang dihuni oleh warga dengan berbagai macam agama. Dimulai dari Islam, Kristen, hingga Hindu. Oleh karena itu juga komplek ini menyediakan 3 tempat ibadah yang berdekatan dalam satu kawasan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, warga di sini memiliki toleransi beragama yang tinggi.

Toleransi berasal dari kata toleran yang berati menahan diri, sabar, dan menghargai orang lain. Jadi toleransi itu adalah sifat atau sikap toleran. Toleransi juga merupakan sikap dasar dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Dengan bertoleransi, kita bisa belajar keluar dari zona nyaman dan memahami pentingnya untuk menghormati dan menghargai orang lain. Toleransi juga dapat meningkatkan rasa persaudaraan antarsesama. Hal ini terjadi lantaran adanya rasa pengertian dan saling memahami antarmanusia baik dalam satu kelompok atau antarkelompok. Maka dari itu, kami memutuskan untuk memilih topik tentang “Akar Lampau Peribadatan 3 Umat di Bek Ang Cibinong.” Sehingga dengan memaparkan salah satu bentuk toleransi yang sudah terealisasi di wilayah Cibinong tersebut, kami berharap buku ini dapat menyirami rasa toleransi yang sudah tertanam sejak dulu di dalam masyarakat Indonesia.

Masjid Al-Ishlah

Bek Ang yang berada di wilayah komplek Angmor Dua, memiliki jumlah masyarakat yang cukup banyak dan memiliki jumlah presentasi 80% warga muslim. namun pada tahun 1969 warga Bek Ang tidak memiliki masjid.

Pendiri masjid Al-Ishlah dulu adalah seorang komandan yang memiliki toleransi sangat besar karena ia bukan seorang muslim melainkan beragama nasrani. Pada saat itu dibangun TPA kemudian dijadikan SDIT.  Masjid Al Islah sendiri memiliki arti perdamaian.

Komplek Bek Ang adalah komplek yang berisi sekumpulan warga yang berasal dari bermacam-macam suku dari Aceh sampai Irian.

Setelah pembangunan masjid selesai kemudian orang Kristen menyusul membuat gereja, dan terakhir barulah membangun Pura sebagai tempat ibadah orang Hindu.

Setelah pembangunan masjid sudah maju, oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab melaporkan kepada Yayasan Jakarta. Yayasan Jakarta merebut masjid pada tahun 2006 sehingga terjadilah koflik perebutan masjid. Dengan kekuasaan Tuhan YME dengan bantuan Allah SWT warga meminta petujuk rahmat Allah dengan mendoakan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut agar terkena stroke.  Dengan rahmat Allah SWT oknum-oknum tersebut benar-benar terkena stroke.  Oknum pertama terkena stroke selama 10 tahun. Oknum kedua mengalami stroke hingga matanya buta. Dan yang ketiga mengalami stroke selama 6 tahun. Sisanya diberikan keselamatan dan kesehatan.  

Masjid Al-Ishlah kemudian kembali dibangun seiring perjalanan zaman. Masjid direnovasi dengan menelan biaya sekitar 500 juta lebih.  Dahulu masjid Al-Ishlah masih panas, namun setelah direnovasi masjid semakin nyaman dan tidak lagi kepanasan. Proses renovasi memakan waktu cukup lama. Yaitu sekitar 6 bulan lebih.

Pada akhirnya pembangunan dan renovasi masjid Al-Ishlah berhasil dilaksanakan dengan biaya yang sangat besar. Perlu diketahui bahwa Ketua Pembangunan Masjid Al-Ishlah jujur dan amanah serta tidak melakukan korupsi. Harapan untuk masjid Al-Ishlah ke depannya adalah semoga masjid Al-Ishlah semakin maju dan berkembang, kemudian semoga jama’ah semakin banyak.

Gereja GPIB Pengharapan

Dahulu, banyak warga di sekitar Bek Ang di antaranya merupakan tentara yang tidak punya tempat ibadah. Dari tahun ke tahun, akhirnya mereka merasa membutuhkan gereja yang dekat dengan rumah dan tempat dinasnya. Dahulu Bek Ang masih menjadi pos pelayanan. Dulu kebanyakan jamaat adalah orang di lingkungan ini. Lama kelamaan jumlah jemaat mulai berkembang. Warga jemaat bukan hanya dari sekitar sini saja, tetapi sudah dari luar. Ada yang dari Kelurahan Karadenan, Sukahati, Bogor, hingga Pabuaran.  Tercatat gereja ini sudah memiliki jamaat sejumlah 650 Kartu Keluarga.

Pemimpin dari gereja ini adalah pendeta yang disebut Ketua Majelis Jemaat dengan domisili Jakarta. Kini para pendiri gereja Bek Ang sudah tiada. Di antara mereka adalah Bapak Lintong, Ibu Jado, Pak Beni, dan Bapak Sujaddi.

Di komplek ini ada beberapa tempat salah satunya ada satu rumah tempat tinggal pendeta yang disebut pastori. Selain itu terdapat ruangan pelayanan Kesehatan, PAPT pembinaan pelayanan anak dan taruna serta gereja utama.

Gereja GPIB luasnya sekitar 350 meter ruang gereja. 100.000 meter keseluruhan kurang lebih. Tidak terdapat hambatan maupun masalah dalam pembuatan gereja.

Kemudian GPIB Bek Ang mengadakan ibadah pada hari minggu 3 kali dalam satu hari yaitu jam 6 pagi, jam 9 pagi, jam 5 sore (Senin libur).

Pura Raditya Dharma

Dalam dekade sekitar tahun 1960-an sebagian umat Hindu dari Bali mengabdikan dirinya sebagai Tentara Nasional Indonesia dan PNS di lingkungan TNI-AD yang bermukim di lingkungan Komplek Dit Bek Ang AD Cibinong Bogor. Karena setiap melakukan persembahyangan selalu berpindah-pindah dari rumah umat satu ke umat yang lainnya sehingga dikhawatirkan mengganggu ketentraman masyarakat sekitar. Akhirnya umat Hindu saat itu memikirkan tentang adanya pembangunan tempat ibadah yang memadai (Pura) agar dapat melakukan kegiatan keagamaan dengan lebih mudah. Pada awalnya perjalanan pembangunan Pura mengalami kendala, karena belum adanya organisasi resmi untuk menangani pembangunan Pura tersebut. Timbullah gagasan untuk mendirikan organisasi bernama Tempek Bek Ang yang berada di bawah Banjar Bogor, dan pada tanggal 8 Agustus 1984,

berkumpullah umat Hindu Cibinong di kediaman Letnan Satu Nengah Nugra. Saat itu, terpilihlah secara aklamasi para pengurus Tempek Bek Ang dengan susunan sebagai berikut:

Ketua: Mayor CPL Ketut Berana

Wakil Ketua: Sang Made Sidan

Sekretaris: Nyoman Sepir

Bendahara: Ketut Sorem

Seksi Pendidikan dan Agama: Lettu Nengah Nugra

Setelah berdirinya organisasi sosial keagamaan Tempek Bek Ang umat Hindu mulai bertekad mendirikan sebuah Pura di wilayah komplek Bek Ang walaupun pada saat itu sangat minim dana dan sumber daya manusia. Tetapi, seorang Komandan Batalyon saat itu, Letkol Cam Muproil selaku Komandan Batalyon Angkomposit Kostrad memberi dukungan moriil secara penuh. Maka, pada tanggal 12 November 1984, diajukan surat permohoan untuk mendirikan Pura kepada KAJAN ANGRAT MIL yang berkedudukan di Jakarta dengan tembusan Komandan Batalyon Angkoposit Kostrad yang berkedudukan di Cibinong, ditandatangani oleh Bapak Nyoman Sepir atas nama Umat Hindu Cibinong.

Kemudian, turun sebuah surat Perintah Nomor: SPRIN/1171/XII/1984, tanggal 11 Desember 1984 dari KAJAN ANG RAT MIL yang berkedudukan di Jakarta memerintahkan kepada Komandan Komplek Jang Ang Ratmil dan para anggota/warga umat Hindu yang bertempat tinggal di Cibinong dan sekitarnya agar menunjuk dan menyiapkan lokasi untuk pembangunan tempat ibadah/Pura di lingkungan Komplek Jang Ang Ratmil  Cibinong yang ditandatangani oleh Kolonel Kap. SOEHARDO. Nrp. 166302.

Lokasi terpilih untuk mendirikan bangunan Pura adalah sebidang tanah negara tepat berada di sebelah bangunan Gereja GPIB Pengharapan dengan luas kurang lebih 1.300 meter persegi. Bermodal nekat dengan swadaya umat yang perekonomian serba kekurangan, bangunan Pura akhirnya bisa terbentuk dengan tembok batako dan Padmasana yang terbuat dari cetakan beton yang bentuknya sangat sederhana. Pura ini disepakati umat Hindu dan para pendiri untuk dinamai Pura Raditya Dharma Cibinong.

Setelah tahun 1984, dimulailah pembangunan beberapa bangunan lain dalam areal Pura, contohnya adalah Aula, gudang, perbaikan pagar Pura dan lain lain. Tercatat hingga saat ini, sudah dilakukan 3 kali renovasi pada Pura Raditya Dharma.

Sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan umat Hindu di luar komplek Bek Ang Cibinong yang semakin pesat, maka tempek Bek Ang Shanty Paramita membentuk Korwil (koordinator wilayah) yang berfungsi untuk menaungi umat Hindu yang bermukim di luar komplek Bek Ang. Terdapat beberapa Korwil tergantung tempat bermukim umat Hindu terbanyak, yaitu Koorwil Ciriung, Koorwil Citeureup, Koorwil Pemda. 

Pada tanggal 14 Januari 2001 terbentuklah organisasi bernama Banjar Cibinong. Saat itu juga, penggunaan nama Korwil diubah menjadi Tempek. Banjar Cibinong berfungsi menaungi kegiatan dan membawahi 4 Tempek, yaitu: Tempek Bek Ang, Tempek Ciriung, Tempek Citeureup dan Tempek Pemda. Banjar dan tempek ibarat Kelurahan dan RW. Banjar ibarat sebagai kelurahan yang wilayahnya luas, berfungsi menaungi seluruh kegiatan dari Tempek, yang ibarat sebagai RW-RW dengan wilayah yang kecil. Dengan ini, Pura Raditya Dharma Cibinong, resmi dipimpin dan diurus oleh Banjar Cibinong.

Setelah terbentuknya Banjar Cibinong seluruh pengurus sepakat agar setiap Tempek mengganti namanya masing-masing, yaitu:Tempek Bek Ang berganti nama menjadi tempek Shanty Paramita

Tempek Pemda berganti nama menjadi Tempek Kusuma Bhakti

Tempek Ciriung berganti nama menjadi Tempek Widya Guna

Tempek Citeureup berganti nama menjadi Tempek Puspa Lingga

Penglingsir atau perintis Pendirian Pura Raditya Dharma berjumlah 40 orang, yaitu:

  1. I Ketut Berana
  2. I Ketut Sutama
  3. I Nyoman Sepir
  4. I Wayan Tunas
  5. I Made Tjontok
  6. Sang Made Sidan
  7. I Nyoman Manit
  8. I Wayan Mudra
  9. I Gusti Ngurah Irvin
  10. I Nyoman Rinata
  11. I Ketut Sorem
  12. I Made Ruma
  13. I Made Widia
  14. I Nengah Nugra
  15. I Made Sumada
  16. I Wayan Murka
  17. Agung Malen
  18. I Wayan Catra
  19. I Gusti Ngurah Supardan
  20. I Nengah Kasa
  21. Gede Mangku
  22. I Wayan Lamud
  23. I Wayan Wija
  24. Ida Bagus Alit
  25. Ida Bagus Rai
  26. Ida Bagus Rai Sugata
  27. I Nengah Dana
  28. Resi Gusti Ngurah Dharma Yuda
  29. Agung Nalendra
  30. Bagus Renes
  31. I Wayan Urdiasa
  32. I Wayan Sudiarta
  33. I Nyoman Susila
  34. I Gusti Ngurah Rai
  35. I Made Rai
  36. I Wayan Astawa
  37. I Made Sujana
  38. I Wayan Kompol
  39. I Wayan Siana
  40. I Wayan Merta

Dapatkan ebooknya dengan menghubungi https://bit.ly/2mn0ZLN

Pesona Kebun Raya Cibinong

Cover Pesona Kebun Raya Cibinong (Sumber: CV CMJ)

Penulis               :  Amanda Muthia, dkk

QRCBN               :   62-839-9102-494

Editor                 :   Dina Ardianti

Lay out               :   Tim CV CMJ

Desain Sampul:   Danika Pramesti

Cetakan Pertama, Mei 2023

Bogor memang selalu menyimpan wisata alam yang tiada habisnya. Namun, tahukah Anda bila di daerah Cibinong, Kabupaten Bogor, terdapat sebuah kebun raya yang indah dan asri. Namanya adalah Kebun Raya Cibinong.

Kebun Raya Cibinong biasa disebut dengan turunan dari Kebun Raya Bogor. Sama halnya dengan Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibinong juga menyimpan banyak koleksi tumbuhan dan keanekaragaman hayati. Ada sekitar lebih kurang seribu spesies tumbuhan tropis dataran rendah yang bisa Anda nikmati di kawasan wisata alam ini.

Mengapa bisa disebut sebagai turunan dari Kebun Raya Bogor? Hal ini disebabkan karena Kebun Raya Cibinong merupakan tempat pelengkap kekurangan tumbuhan di Kebun Raya Bogor yang terdiri dari spesies tanaman yang belum tersedia di Bogor.

Kebun Raya Cibinong juga menjadi tempat rehabilitasi tumbuhan yang sudah mulai langka dan tidak tersedia lagi di mana pun. Terdapat beberapa tanaman langka yang dirawat dan dikembangkan oleh penjaga dan petugas perawatan di Kebun Raya Cibinong ini. Selain itu, petugas bagian merawat tumbuhan di Kebun Raya Cibinong ini merupakan seseorang yang memiliki pengalaman mengenai pembibitan serta perawatan tumbuhan. Hal itu menjadikan tumbuhan di kebun raya ini menjadi sangat terjaga dan terawat.

Terkait kemampuan petugas Kebun Raya Cibinong, terdapat kutipan pernyataan dari narasumber. Kutipan ini menggambarkan kemampuan petugas Kebun Raya Cibinong.

Ada yang namanya Pak Teguh, beliau ini sangat pengalaman dalam melakukan pembibitan dan perawatan tumbuhan. Ia juga pernah menjuarai Lomba Sains tingkat Nasional dan meraih Juara 2, bahkan sampai mengalahkan seorang professor.”

(Sumber : Kak Faried-Narasumber)

Berdasarkan hal di atas, diketahui bahwa pengelola dan pihak yang terlibat dalam proses pengembangan dan pembibitan di Kebun Raya Cibinong adalah orang-orang yang sangat berpengalaman dan paham di bidangnya. Maka dari itu, Kebun Raya Cibinong menjadi salah satu tempat konservasi lingkungan dan tumbuhan langka dalam pembibitan tumbuhan-tumbuhan yang ada di Indonesia.

Awal berdirinya Kebun Raya ini dicetus oleh Ibu Hj. Sugiarti bersama rekan-rekannya yang di antaranya bernama Bapak H. Gogo dan Bapak H. Tahrodin. Setelah itu, pengelolaan dan pengembangannya dipegang alih oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang sekarang dikenal sebagai BRIN (Badan Riset Inovasi Nasional).

Kebun Raya Cibinong dikelola langsung oleh BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) yang sebelumnya dikelola oleh  LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Alasan pergantian nama lembaga tersebut adalah karena Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah dilebur menjadi organisasi riset di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Peleburan tersebut berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 78 Tahun 2021 tentang Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Dalam Perpres tersebut, diatur bahwa semua lembaga penelitian harus diintegrasikan ke dalam BRIN. BRIN adalah lembaga non-kementrian yang posisinya berada di bawah Presiden Indonesia melalui menteri yang ada dan membidangi urusan pemerintahan terkait riset dan teknologi. Staf pengelola Kebun Raya Cibinong terdiri dari beberapa staf kantor, penjaga keamanan dan juga petugas perawatan dan kebersihan. Petugas perawatan dan penjaga keamanan terdiri dari lebih kurang 50 orang, sedangkan staf dan manajemen kantor lebih kurang 23 orang.

Kebun Raya Cibinong merupakan salah satu dari enam kebun botani di bawah naungan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Bogor sebagai pihak pemberi anggaran penataan hutan di tengah kota. Kebun Raya Cibinong ini sudah dibuka untuk umum sejak tahun 2005 dengan nama Ecopark (Ecology Park), lalu pada tahun 2018 sampai 2020, pihak pengelola wisata melakukan penataan ulang pada kawasan wisata hijau ini. Oleh karena itu, akhirnya Ecopark berganti nama menjadi Kebun Raya Cibinong.*)

Sejarah Berdirinya Stadion Pakansari

Cover Sejarah Berdirinya Stadion Pakansari (sumber: CV CMJ)

Penulis               :   Asep Badru Zaman, dkk.

QRCBN               :   62-839-3322-655

Editor                 :   Dina Ardianti

Lay out               :   Tim CMJ

Desain Sampul :   Hawa

Cetakan Pertama, Mei 2023

Penerbit

Cakrawala Milenia Jaya

Bumi Karadenan Permai Blok AA8 No.11-12

Cibinong – Bogor Jawa Barat

cakrawalamileniajaya@gmail.com

https://cakrawalamj.co.id

IG: cakrawalamilenia

Jumlah halaman xiv + 48

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

A.    Sejarah Stadion Pakansari

Teman-teman sekalian, apakah kalian pernah mendengar  sejarah Stadion Pakansari? Nah, kali ini kami ingin menceritakan kepada kalian semua tentang sejarah Stadion Pakansari. Seperti yang kalian tahu, Stadion Pakansari terletak di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tapi kalian tahu tidak, sih? Sebelum dibangunnya Stadion Pakansari, tempat tersebut dahulunya adalah sebuah pemukiman yang dikelilingi pohon-pohon. Di pemukiman tersebut terdapat lingkungan RT 04 dan 05 yang tinggal di daerah setempat. Lalu, pemukiman tersebut digusur karena lahan tersebut akan dibeli oleh pemerintah dan akan dibangun stadion. Para warga yang sebelumnya tinggal di daerah tersebut sekarang berpindah ke berbagai tempat. Ada warga yang masih tinggal di sekitar stadion dan ada juga yang berpindah ke kampung halaman mereka.

Kalian tahu tidak mengapa Stadion Pakansari dibangun di daerah Pakansari? Pada tahun 1990, Pemerintah Kabupaten Bogor memindahkan kantor administrasinya ke daerah Cibinong dari pusat Pemerintahan Kota Bogor. Pada tahun yang sama, pembangunan kantor pemerintahan mulai dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Bogor termasuk daerah Pakansari. Kemudian, pada tahun 1999, Kabupaten Bogor ditunjuk menjadi tuan rumah Porda  VI. Kalian tahu tidak apa itu Porda? Porda merupakan kepanjangan dari Pekan Olahraga Daerah. Porda merupakan ajang kompetisi yang bertujuan meraih prestasi dalam bidang olahraga dan memiliki tujuan khusus untuk melahirkan atlet-atlet yang memiliki potensi untuk mewakilkan daerah dan negara pada kompetisi ajang tingkat nasional dan internasional. Kompetisi Porda diselenggarakan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) adalah organisasi yang bertanggung jawab untuk mengelola, membina, mengembangkan, dan mengoordinasikan seluruh pelaksanaan kegiatan olahraga.

Pembangunan Stadion Pakansari dimulai pada tahun 1996 sekaligus dibarengi dengan pembangunan Pemda. Namun, pada tahun 1998, pembangunan Stadion Pakansari terhenti karena adanya krisis moneter. Saat itu kondisi stadion baru selesai pondasi saja. Kalian tahu tidak pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis moneter yang sangat buruk, lho. Indonesia mengalami permasalahan ekonomi akibat nilai mata uang rupiah yang melemah terhadap mata uang asing, tingginya utang luar negeri terutama pada sektor swasta, pemerintah yang kurang tanggap dalam menyelesaikan masalah perekonomian yang semakin buruk, dan perekonomian masyarakat tidak stabil. Krisis ekonomi itu membuat para mahasiswa turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi menuntut Presiden Soeharto agar mengundurkan diri dari jabatan beliau sebagai Presiden Republik Indonesia kala itu.

Ada pun beberapa dampak krisis moneter 1998, yaitu banyak perusahan yang gulung tikar karena tidak sanggup membayar utang dan membeli bahan baku yang diperoleh secara impor sementara nilai mata uang rupiah mengalami penurunan, lalu harga bahan pokok meningkat dan terjadinya kerusuhan masyarakat. Pada tahun 1998, krisis moneter tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi ada beberapa negara di Asia yang mengalami krisis moneter, yaitu Thailand dan Korea Selatan. Akan tetapi, Indonesialah yang mengalami krisis moneter paling buruk di antara negara-negara tersebut.

Ada pun beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani krisis moneter 1998, yaitu pertama, memperbaiki sistem perbankan karena banyak praktik perbankan yang tidak berjalan dengan baik yang membuat pemerintah dan IMF sepakat untuk menutup bank yang bermasalah. Kedua, pemerintah membentuk BPPN (badan penyehatan perbankan nasional). BPPN memiliki tugas pokok untuk penyehatan perbankan, penyelesaian aset yang bermasalah, dan mengupayakan pengembalian uang negara yang tersalur pada sektor perbankan. Namun, karena kinerja BPPN dinilai kurang memuaskan pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Lembaga ini resmi dibubarkan pada tanggal 27 Februari 2004 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengakhiran Tugas dan Pembubaran BPPN.

Ketiga, restrukturisasi utang swasta, total utang luar negeri Indonesia pada maret 1998 mencapai 138 miliar dollar AS. Dari jumlah tersebut, utang perusahaan swasta sebesar 64,5%. Hal ini membuat pemerintah ikut andil dalam penyelesaian utang perusahaan swasta. Tim penyelesaian utang luar negeri swasta berhasil mencapai kesepakatan yang mencakup pembiayaan perdagangan, pinjaman perusahaan swasta, dan penyelesaian pinjaman antarbank.

Keempat, makroekonomi. Makroekonomi adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk menganalisis suatu peristiwa untuk mengetahui sebab dan akibat dari suatu masalah. Salah satu kebijakan yang ada dalam makro ekonomi adalah kebijakan moneter yang mencakup tentang langkah-langkah pemerintah untuk mempengaruhi pengeluaran agregat, mulai dari mempengaruhi penawaran atau peredaran uang di masyarakat hingga mengubah tingkat bunga pada periode tersebut. Oleh karena itu, peran kebijakan moneter dalam makroekonomi adalah untuk menjaga laju pertumbuhan perekonomian negara.

Karena krisis moneter 1998, kehidupan masyarakat tidak sejahtera terlihat pada data BPS. Penduduk miskin meningkat dari 17,47% menjadi 24,20%. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi krisis ini adalah APBN diperlonggar untuk memberikan bantuan kepada rakyat sebesar 8, 5%. Apakah kalian tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan Indonesia untuk mengatasi krisis moneter 1998? Indonesia membutuhkan waktu yang lama sekitar sepuluh tahun untuk pulih dari krisis moneter 1998 dan mengembalikan perekonomian seperti sebelum terjadinya krisis moneter 1998.

Terjadinya krisis moneter sangat berdampak pada pembangunan Stadion Pakansari. Selama belasan tahun, pembangunan stadion tersebut menjadi terbengkalai. Pada tahun 2012, Stadion Pakansari dibangun kembali  oleh Bupati Bogor, Drs. H. Rahmat Yasin. Pembangunan Stadion Pakansari menghabiskan dana sebesar Rp803 miliar. Proses pembangunan Stadion Pakansari selesai pada tahun 2016. Stadion Pakansari dibangun di atas tanah dengan luas 60 hektar dan memiliki lapangan utama dengan panjang 105 meter dan lebar 70 meter. Stadion Pakansari diresmikan oleh Bupati Bogor, Ibu Nurhayati dan Gubernur Jawa Barat, Bapak Ahmad Heryawan. Stadion pakansari mulai beroperasi secara formal setelah diresmikan pada tahun 2016 dan acara yang pertama kali diselenggarakan oleh Stadion Pakansari adalah kejuaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat dan piala AFF 2016. Teman-teman tahu, tidak? Sebelum nama stadion ini diresmikan dengan nama Stadion Pakansari, stadion ini dikenal dengan nama Pakansari Cibinong Raya yang disingkat menjadi Pacira, lho. Nama stadion tersebut dilelang dan dari hasil lelangan tersebut, stadion ini dinamakan Stadion Pakansari.

Kalian tahu tidak ternyata stadion Pakansari memiliki fasilitas yang cukup lengkap, lho. Stadion Pakansari menggunakan sistem kursi single seat sehingga para penonton akan duduk sesuai dengan nomor yang sudah tertera pada tiket masuk. Stadion Pakansari membedakan kursi reguler dengan kursi VVIP. Kursi VVIP bisa dilipat dan memiliki tempat untuk makan. Stadion Pakansari memiliki jumlah kapasitas penonton sebanyak 30.000 penonton. Jarak gerbang Stadion Pakansari adalah 10.000 meter gerbang timur, 5000 meter gerbang selatan, 5000 meter gerbang utara, 6000 meter gerbang barat, dan jarak gerbang VVIP adalah 850 meter.

Stadion Pakansari memiliki arsitektur bangunan yang modern. Akan tetapi, Stadion Pakansari juga masih menggunakan kearifan lokal Kota Bogor. Kearifal lokal di Stadion Pakansari terletak pada ornamen pagar stadion. Pagar stadion tersebut memiliki motif kawung di mana motif tersebut digunakan untuk bangunan-bangunan pemerintah di Kota Bogor.

Kalian tahu tidak, ternyata Stadion Pakansari menggunakan rumput yang cukup berkualitas. Stadion Pakansari menggunakan rumput yang berjenis cynodon dactylon yang sering disebut dengan rumput bermuda. Biaya perawatan yang dikeluarkan Stadion Pakansari untuk mengurus rumput tersebut bisa sampai ratusan juta rupiah. Stadion Pakansari memiliki tiang penangkal petir yang dipasangkan pada tiang-tiang tertentu yang diprediksi bisa menghalau petir.

Stadion Pakansari memiliki banyak sarana atletik selain lapangan sepak bola, yaitu arena lempar lembing, lintasan atletik, panjat tebing, arena panahan, dan arena lompat jauh. Di area Stadion Pakansari juga terdapat gedung olahraga laga tangkas dan laga satria yang biasa digunakan untuk cabang olahraga bulu tangkis dan tarung derajat.

Kalian tahu tidak daya tarik Stadion Pakansari? Daya tarik yang pertama adalah Stadion Pakansari berada di pusat kota, Kabupaten Bogor, yaitu Cibinong. Karena Stadion Pakansari terletak di tempat yang strategis dan memiliki area yang sangat luas, Stadion Pakansari memiliki hawa yang sejuk karena dikelilingi oleh pepohonan yang hijau serta memiliki pemandangan yang indah sehingga Stadion Pakansari sering digunakan sebagai tempat masyarakat berolahraga, seperti jogging, bermain bulu tangkis, dan bersepeda. Selain digunakan sebagai tempat berolahraga, Stadion Pakansari juga digunakan sebagai tempat wisata di mana banyak orang berkumpul di akhir pekan untuk berjalan-jalan di area Stadion Pakansari. Juga, banyak sekali orang yang berjualan dari makanan berat hingga makanan ringan.

Teman-teman, kalian tahu tidak ternyata Stadion Pakansari memiliki perbedaan dengan stadion lain. Pembeda antara Stadion Pakansari dengan stadion lainnya  adalah pintu masuk. Mengapa pintu masuk? Karena Stadion Pakansari memiliki pintu akses yang luas dan banyak. Hal ini berbeda dengan stadion lain yang kurang memerhatikan jumlah dan ukuran pintu akses. Kita ingat kembali Tragedi Kanjuruhan di mana pintu akses stadion yang tidak memadai telah memakan ratusan korban jiwa.

Stadion Pakansari memiliki gate dengan jenis yang berbeda-beda. Akses untuk keluar-masuk juga dibedakan. Selain itu, area selasar Stadion Pakansari sangat besar dan luas sehingga dapat meminimalisasi potensi kepadatan atau kerusuhan saat masuk dan keluar. Pintu masuk atau gate akan dibuka 20 menit setelah pertandingan selesai. Jika kalian bertanya mengapa gate tidak dibuka saat pertandingan berlangsung? Jawabannya adalah jika gate terus terbuka saat pertandingan berlangsung, ditakutkan akan ada banyak orang yang tidak memiliki tiket nekat untuk masuk ke dalam stadion.

Stadion Pakansari sudah berumur sepuluh tahun dan pertandingan yang pernah diselenggarakan oleh Stadion Pakansari sudah mencapai level internasional. Acara yang diadakan stadion pakansari pada tingkat internasional adalah AFC U17 ASIAN CUP 2023. Stadion Pakansari memiliki keamanan yang bagus karena setiap kali diselenggarakan acara, keamanan stadion diperketat dan gerbang untuk masuk daerah pemukiman warga ditutup. Bahkan, beberapa warga mengatakan bahwa mereka tidak terusik dengan acara yang diadakan oleh Stadion Pakansari dan sejauh ini meskipun terjadi kerusuhan antara penggemar klub sepak bola, tidak ada penggemar yang masuk ke daerah pemukiman warga.

Kalian tahu tidak? Stadion Pakansari belum pernah mendapatkan penghargaan. Stadion Pakansari sering kali mendapatkan pujian yang disampaikan secara lisan. Salah satunya adalah sebagai stadion terbersih.